Ada Kelezatan Unik Nasi nan Ajaib di dalam Bambu
Benar-benar kelezatan unik tiada banding
Buka dari pagi jam 10.00 s/d 21.00 WIB |
Orang Indonesia pada umumnya memang pengkonsumsi beras terbesar di Asia. Bangsa kita memakan beras dalam beragam olahan, namun yang paling umum beras dimasak menjadi nasi. Bentuk makanan pokok lainnya seperti lontong, ketupat, arem-arem, bacang atau bahkan bubur merupakan alternatif olahan mengkonsumsi beras yang memang lebih nikmat dibandingkan memakan nasi ala kadarnya.
Pak Iskandar, the owner of Nabung |
Dikukus dalam bambu dan daun kelapa |
Saat penyajian dikeluarkan dari bumbungnya |
Lain lagi dengan masyarakat Bali dan Sumatra yang biasa menyebut makanan pokok yang kaya akan karbohidrat ini dengan sebutan nasi belanga. Beda lagi dengan orang Jogdja, yang bisa memasak nasi dengan tungku atau kendil makanya masyarakat Kota Gudeg ini menyebutnya nasi kendil.
Kelezatan uniknya tiada tara |
Rasa penasaran bikin saya jadi mau datang dan pengen banget nyicipin menu Nasi Bumbung (Nabung), hmmmm...kebetulan harganya juga terjangkau (seandainya ada si Bos pemilik, bisa gratis neh!!!!)
Setelah tanya ini-itu sama pelayan warung, saya pun bulatkan tekad (nggak bulat banget seh, agak sedikit persegi lah) untuk mewawancarai sang pemilik resto. Saya pun bikin janjian ketemu dengan pak Iskandar. Dia pun setuju bikin janjian ketemu keesokan harinya.
Setelah cas-cis-cus dengan sang pemilik pak Iskandar, gak lama kemudian hidangan yang saya pesan datang. Sekilas tampilanya unik dan rasanyapun tidak seperti nasi pada umumnya.
Dari bilah bambu sepanjang 8 centimeter menyembul ujung janur. Tarik perlahan ujung janur sambil jari mendorong dari bawah bambu. Sedikit demi sedikit kepulan nasi hangat yang meriah dengan isi muncul dan kian menggoda selera. Itulah nasi bumbung atau bisa disingkat Nabung.
Harga terjangkau rasa melampau |
Kapasitas 60 pengunjung |
Keunikannya tentu saja terletak pada penyajian yang menggunakan bambu. Di daerah lain memang ada nasi bumbung yang memakai bambu hitam. Tapi karena langka yang warna hitam di Pondok Nasi Bumbung memakai bambu warna coklat.
Wangi aroma rempah dari dalam bambu |
"Kita kukus lagi agar bumbu dan rasanya lebih meresap," jelas Asril, sang pemilik menu yang juga mitra usaha Pondok Nasi Bumbung bekerjasama dengan pak Iskandar. Setelah itu disajikan di atas nampan bambu ditemani lauk pauknya.
Setidaknya ada tujuh menu Nabung antara lain
Menu lauk pauknya pas di lidah |
Selain menu Nabung, andalan tempat ini juga Nasi Bakar. Nasi ini tidak disajikan dengan bambu. Tapi dalam proses pembuatannya, agak mirip dengan nasi uduk. "Saat memasak menggunakan santan dan bumbu-bumbu," ujar Iskandar, pemilik Pondok Nasi Bumbung Ciangsana saat ditemui di restonya yang buka dari jam 10.00 pagi hingga 10.00 malam.
Daftar menu transparan tak ada sembunyi2 |
Nah, kalo ada banner yang kayak gene, pasti ada yang enak di dalamnya, Gan! |
Apalagi dengan suasana tempat yang mengingatkan kita dengan suasana desa. Tapi mungkin lebih pas lagi kalau Anda langsung saja datang ke tempat ini di bilangan jalan raya Ciangsana, Gunung Putri, Bogor, tak jauh dari samping Gerbang Villa Nusa Indah 5.
Ok sahabat, sampai jumpa di petualangan kuliner lainnya... dadaaaaaaaaaaaaaaaa! (ih jijai banget gaya gue yah!?)
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan