KEISTIMEWAAN SISTEM PERTANIAN SENGKEDAN DI BALI JADI TAK BERARTI KARENA TIADA DIDUKUNG PEMERINTAH DAERAH DALAM DISTRIBUSI HASIL TANI.
Dobeldobel dot com mewawancarai A. A. Ayu Triyana Tira melalui handphone, karena kebetulan ia sedang giat-giatnya lakukan sosialisasi di wilayah Badung. Untungnya dia mau meluangkan waktu sejenak untuk menjawab pertanyaan kami.
Caleg wanita PDIP yang sudah berjuang untuk jadi caleg semenjak tahun 1999 ini, kemudian kembali jadi caleg tahun 2004 walau tak terpilih namun Ayu meraih suara tertinggi dari seluruh caleg wanita di Bali, karena nomor urutnya 4 saat itu, dan ia gagal meraih kursi.
Kini dengan keluarnya keputusan MK dengan Perpu yang baru untuk perolehan suara terbanyak murni, maka ia seperti kembali mendapatkan adrenalin meningkat dalam dirinya untuk berjuang demi rakyat dalam pencalegannya lagi di tahun 2009 mendatang. Persoalan dia mendapatkan nomor urut 2 dikarenakan perjuangan dan prestasinya di tahun 2004 lalu kemudian juga karena posisinya di struktur kepengurusan partai yang berangkat secara perlahan namun pasti, mulai dari bawah hingga ke tingkat DPC. Dan bukanlah dia mendapatkan nomor 2 itu, karena UU tentang jatah kuota suara untuk caleg perempuan semata. Partai memberikannya karena alasan prestasinya selama ini.
Adalah Kabupaten Badung yang mempunyai Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi di Propinsi Bali, sebagai tempat masa kecil Ayu Triyana dibesarkan. Wanita kelahiran Denpasar ini sudah punya track record (rekam jejak) pengalaman yang lumayan lama (lebih dari 15 tahun) sebagai aktivis di partai pendukung Megawati, dia berkeinginan untuk membangun daerah dimana dia pernah tinggal dan dibesarkan juga dikarenakan perhatian dan kepeduliannya pada daerah yang sangat dicintainya ini. Jalur perekonomian di Kabupaten Badung memang sudah ada, baik itu Badung Utara maupun Badung Selatan.
Namun karena penyaluran pembangunan dari APBD tidak merata maka, kini terjadi ketimpangan pembangunan. Dalam pengamatannya, Ayu menilai pemerintah masih belum memberikan porsi pembangunan yang pas dan merata untuk daerah pedesaan di Badung, yang saat ini secara ekonomi masih lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain, demikian pula tingkat pendidikan rakyatnya masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan daerah lain.
Untuk itulah saya merasa terpanggil untuk mewakili rakyat dari wilayah ini, agar saya bisa turut mengawasi pembuatan kebijakan baik itu penganggaran dan alokasi pembangunan di tingkat propinsi dalam hal ini bidang pembangunan, pendidikan dan kesehatan, demikian imbuh wanita lajang berusia 33 tahun ini.
Dan yang paling penting bagi Ayu adalah bagaimana mengelola keuangan dari hasil PAD Badung untuk kesejahteraan rakyat, karena memang fungsinya DPRD itu adalah budgetingnya (penganggaran) kan?, tanyanya memastikan. Dengan harapan budgeting itu memihak pada rakyat, dimana nanti saya kan pasti terlibat di sana dalam membuat peraturan-peraturan yang memang berpihak kepada rakyat dan tidak merugikan kebhinekaan juga.
Di lain sisi, Ayu yang juga direktris satu perusahaan perdagangan umum ini, menilai bahwa anggaran belanja aparat memang masih lebih besar dari anggaran belanja publik. Dia menganggap anggaran belanja aparat yang identik dengan anggaran belanja rutin itu dikeluarkan dan harus dihabiskan. Sementara masyarakat untuk mencari kredit usaha menengah saja sangat susah. Sang wanita yang pernah ke luar negeri (Australia) ini berharap anggaran belanja daerah bisa dialokasikan untuk membantu usaha perekonomian rakyat yang berorientasi peningkatan kualitas manusianya, misalnya dengan UKM-UKM seperti UNPM (yang digiatkan pemerintah).
Ayu juga memperhatikan bahwa pemerintahan daerah di Badung masih memaksakan diri dengan menganggarkan dana yang terlalu besar untuk membangun gedung berfasilitas mewah untuk kantor pemerintahan, karena mendapatkan pinjaman dari bank, namun tetap saja pembayarannya dari APBD, yang artinya setiap sen-nya dibayar oleh rakyat melalui pajak-pajak yang harus mereka bayar. Ini berkesan sangat memaksakan diri bagi rakyat kabupaten Badung. Saya menentang hal itu, demikian Ayu menegaskan. Baginya rakyat tidaklah terlalu membutuhkan gedung pemerintahan dengan fasilitas mewah seperti itu, tapi bagaimana agar pemerintah bisa mengalokasikannya ke pendidikan juga pemberdayaan ekonomi rakyat kecil. Atau mungkin fasilitas-fasilitas umum yang saat ini sangat kurang. Di daerah Kuta sendiri, fasilitas umumnya masih saya nilai kurang, terbukti dengan terjadinya banjir.
PAD terbesar dari daerah Badung memang adalah pertanian, namun distribusi dari hasil pertanian itu, tidak begitu dibantu oleh pemerintah daerah. Terbukti dengan masih kurangnya perhatian pemerintah pada pembangunan sarana jalan keras di daerah pedesaaan dan pegunungan. Jadi petani itu harus mencari sendiri untuk pendistribusian hasil taninya ke kota. Kadang-kadang hasil taninya ada tapi mereka tidak bisa menjualnya, kan begitu, tanyanya menegaskan dengan sedikit logat Balinya.
Ketika ditanya lebih jauh tentang apa yang telah dia lakukan untuk Bali, Ayu mengungkapkan bahwa setidaknya selama ini dia telah berusaha memberikan pendidikan politik kepada para konstituennya terutama kaum perempuan. Dan hal itu memang sudah dari dulu ia lakukan, bukan sekarang saja karena momentumnya menjelang pemilu, timpalnya menghindari salah persepsi. Menurutnya, dirinya telah bekerja lama hingga ke tingkat desa-desa, dan juga karang taruna. Sehingga sampai masyarakat di pedesaan tidak lagi beranggapan bahwa politik itu adalah sesuatu yang perlu dijauhi, karena memang politik bukanlah satu hal yang perlu dijauhi.
Dia berharap dengan terjunnya ia ke dalam dunia politik, maka masyarakat pedesaan bisa merasakan manfaat kehadirannya di tengah mereka, dengan menjadi tempat menyalurkan aspirasi mereka, karena selama ini kebutuhan mereka belum juga didengar oleh pemerintah daerah, seperti yang dijabarkan sebelumnya.
Ayu pun menjelaskan ketika ditanya apa yang telah dia berikan atau tinggalkan selama sosialisasi ke masyarakat, bahwa dia tidak memberikan barang atribut kampanye apapun seperti kaos, stiker ataupun kalender, kecuali kartu nama saja kepada masyarakat di pedesaan. Bahkan memasang baliho atau spandukpun tidak. Karena dia sudah melakukan kegiatan sosial jauh-jauh hari sebelum kampanye ini saja. Jadi dia menanam investasi di tengah masayarakat Badung, tidak dalam bentuk barang, tapi justru berupa program yang saya tinggalkan, dimana program itu terasa langsung oleh rakyat yang saya kunjungi. Misalnya dari dulu saya sudah bantu mereka buatkan jalan dengan cara memproses proposal proyek mereka kepada pemerintah untuk mempercepat perbaikan desa tersebut.
Dari dulu saya melakukan pendampingan rakyat yang menyampaikan kebutuhan mereka secara massal. Dan itulah sebabnya ia sangat terbuka kepada siapa saja, hal ini ia buktikan dengan mencantumkan nomor teleponnya langsung kepada siapa saja di dalam kartu namanya. Baginya siapa saja bisa menghubungi dan berhubungan dengan dirinya, karena itu adalah konsekwensinya sebagai wakil rakyat, termasuk kepada para wartawan, imbuhnya. Dia hanya matikan handphone setelah jam 12.00 malam, karena waktunya untuk istirahat tidur, sekalipun demikian sungguh kesan super sibuk tap saja tmelekat di diri wanita berpenampilan supel dan mudah bergaul ini.
=====================================================================
A. A. AYU TRIYANA TIRA
CALEG DPRD PROPINSI BALI PDIP, NO. 2, DAPIL KAB. BADUNG
Ttl : Denpasar, 7 Agustus 1975
Agama: Hindu
Alamat: Puri Kawan Carangsari, Banjar Pemijian, Kecamatan Petang, kabupaten Badung
Telepon: 0812.3829.120, 0813.383.99105
Status: Belum menikah.
Riwayat Pendidikan:
-- SDN 3 Ubung, lulus tahun 1986
-- SMP Negeri 10 Denpasar, lulus tahun 1990
-- SMA Negeri Adian 6, lulus tahun 1993
-- Fakultas Hukum, Universitas Udayana, sedang skripsi.
Riwayat Pekerjaan:
-- Direktur PT Anggada Bara Manggara, tahun 2000
-- Manajer Marketing di Aloha Company, tahun 2003
-- Direktur PT Canang Patok Persada, tahun 2004 hingga sekarang
Riwayat Organisasi:
-- Ketua Ranting PDIP selama 2 periode, tahun 1998 - 2003 dan tahun 2003 - 2005
-- Wakil Ketua DPC dari 2005 - 2010
-- Sekretaris Banteng Muda Indonesia (BMI) Prop Bali, tahun 2003 - 2005
-- Ketua GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Prop. Bali
-- Ketua Srikandi Demokrasi Indonesia Prop. Bali, tahun 2006 - 2011.
(Sidik Rizal)
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan