Gemar Tahajud dan Sholat Jamaah di Masjid
Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo. Pria berambut 'gondrong' ini menghembuskan nafas terakhirnya saat melakukan kegiatan alam yang selama ini menjadi salah satu kegemaranya.
Widjajono wafat ketika menaklukkan ketinggian Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4) siang. Jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di San Diego Hill hari ini Ahad (22/4) siang.
Lelaki murah senyum itu lahir pada 16 September 1951 itu. Widjajono meninggalkan seorang istri, Ninasapti Triaswati (48) dan seorang anak perempuan Kristal Amelia (15). Widjajono diangkat menjadi Wamen sekitar enam bulan yang lalu.
Sebelum menjabat sebagai Wamen, lelaki kelahiran Magelang ini aktif mengajar di almamaternya di Institut Teknologi Bandung. Di Institut itu, Widjajono meraih gelar sarjana teknik dari Program Studi Teknik Perminyakan ITB pada 1975. Kemudian ia memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) dalam bidang Petroleum Engineering (1980), dilanjutkan M.Sc dalam bidang Operation Research (1982), dan MA dalam bidang Economics (1986) dengan judul tesis "An Energy Economy Model for Indonesia" dari University of Southern California (USC).
Gelar Ph.D ia dapatkan dari universitas yang sama pada 1987 setelah merampungkan desertasi berjudul "An Oil and Gas Supply and Economic Model for Indonesia".
Selama berkarir di ITB, Widjajono pernah menjabat sebagai Ketua Program Pasca-Sarjana Studi Pembangunan ITB (1993-2004), Ketua Kelompok Keahlian Pemboran, Produksi dan Manajemen Migas Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (kini dipecah menjadi FTTM dan FITB) (2005-2007), dan Sekretaris Komisi Permasalahan Bangsa, Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.
Widjajono dikenal sebagai sosok pejabat yang rendah hati dan unik karena tetap berambut gondrong. Semasa hidup, almarhum dikenal akrab dengan wartawan.
Wamen ESDM Widjajono Partowidagdo rajin membuat tulisan inspiratif, baik itu lewat buku atau pun media lainnya. Dalam salah satu catatannya terakhirnya, Widjajono berpesan agar para pemimpin selalu menyayangi orang yang dipimpinnya.
Pesan tersebut disampaikan dalam tulisan di milis ikatan alumni ITB. Rekan almarhum kemudian menyebarkannya pada wartawan, Sabtu (21/4/2012) malam.
Berikut catatan Widjajono:
Kalau kita menyayangi orang2 yang kita pimpin, Insya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendakNya terjadi.
Saya biasa tidur jam 20 dan bangun jam 2 pagi lalu Sholat malam dan meditasi serta ceragem sekitar 30 menit lalu buka komputer buat tulisan atau nulis email.
Dalam meditasi biasa menyebutkan:
"Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku... Tuhan Engkau Maha Pencipta, segala kehendakMu terjadi..."
lalu saya memohon apa yang saya mau...
(dan diakhiri dgn mengucap)
"Terima kasih Tuhan atas karuniaMu."
Subuh saya Sholat di Mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa Satpam, Pembantu dan Orang Jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak Pejabat, Pengusaha dan Diplomat), sehingga saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaan-Nya dan berusaha membuat keadaan lebih baik. Oh ya, Tuhan tidak pernah kehabisan akal, jadi kita tidak perlu kuatir. Percayalah...
Salam,
widjajono
اللّـٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
*sumber: Republika | detik.com
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan