Penderita Sakit Sekalipun Bisa Menikmati
TATA RiBs™ Daging Iga Bakar Empuk dan Lezat
TATA RiBs™ Daging Iga Bakar Empuk dan Lezat
Jakarta, dobeldobel.com - kelanakuliner.com
Seharian dari pagi di bilangan Mega Kuningan meliput peristiwa ledakan kedua di hotel yang sama JW Marriot dan Ritz Carlton memang membuat saya lelah serta sedikit lapar. Seperti biasa mas Dian rekan saya mengingatkan bahwa saya ada janji dengan klien-klien untuk diliput dan ditemui tentunya untuk sebuah penulisan. Namun karena saya menganggap berita peristiwa ledakan bom di Mega Kuningan jauh lebih penting untuk dilaporkan, saya menundanya dan akan menindaklanjuti setelah sholat Jum'at.
Kemudian saya pun sholat Jum'at di kawasan Mega Kuningan, kawasan yang mendadak jadi ramai oleh orang serta para pedagang jajanan kaki lima, tentunya membuat suasana tersendiri semenjak pihak aparat keamanan membuka blokade sejak siang setelah pukul 10.30 wib. Dan saya pun setelah mendapatkan beberapa gambar, kemudian langsung meluncur ke bilangan Tebet, untuk menemui Daeng Tata, sang pemilik rumah makan Sop Konro dan Iga bakar yang terkenal mAmink Daeng Tata®.
Sesuai dengan janjinya, saya bisa menemuinya di pintu masuk tanpa kesulitan, karena kebetulan ia sedang bertemu dengan salah satu kenalannya di meja makan dekat pintu masuk. Wah, tak seperti biasanya, Warung masakan Makassar ini sepi, hanya 5 meja saja yang saya perhatikan terisi oleh pengunjung. "Yah mungkin karena peristiwa ledakan bom di Mega Kuningan berimbas ke para pengunjung kami yang memang umumnya adalah orang kantoran," jelas Daeng sambil tersenyum kepada kelanakuliner.com
Siang itu, saya melihat anak dan istrinya duduk di meja pemesanan. Sang anak tampak dengan busana muslim karena habis sholat Jum'at, dan istrinya yang mengenakan jilbab terlihat masih cantik duduk di dekat sang anak. Daeng Tata sendiri mengenakan baju koko dan menyambut saya dengan ramah sambil menwarakan saya untuk menikmati Sop Konro sekaligus Iga Bakarnya yang dipatenkan. Wah pucuk dicinta ulampun tiba. (Sebenarnya saya enggan menerima tawarannya untuk makan daging, berhubung sakit gigi saya sedang kumat, maklum sebagai penikmat makanan dan jajanan saya memang tak pandai merawat kesehatan gigi saya. Anda bisa banyangkan sendiri, bila sedang berkelana kuliner, sehari saya bisa makan sedikitnya 3 tempat dan jarang bersikat gigi. Bisa Anda bayangkan repotnya kan?). Namun karena keramahan dan biar ada waktu saya mempersiapkan peralatan wawancara, saya biarkan dia dan mengangguk saja.
Menurut beberapa teman saya di jaringan FB, Sop Konro buatan Daeng Tata bukan saja terkenal lezat, namun juga sangat membantu para penderita kolesterol. Lho kok bisa? Karena racikan rempath-rempah dan sopnya yang dibuat mampu menetralisir bukan saja kolesterol yang ada di dalam daging iga yang disajikan, tapi juga secara tak langsung bisa mengurangi kolesterol jahat di dalam tubuh orang yang menikmatinya. "Seperti air tajin beras yang dijadikan kuah sop konronya, diyakini banyak orang bisa menurunkan kolesterol," jelas sang penggemar motor unik Skuter ini.
Saya pun awalnya tak begitu percaya, maklum sebagai penikmat kuliner saya selalu mengetahui bahwa penyumbang terbesar dari penyakit degeneratif adalah dari makanan. Terutama makanan yang masuk kategori junk food. Perlu Anda ingat, makanan sampah yang maksudkan bukan saja makanan import dari luar negeri, tapi di Indonesia juga ada. Cirinya adalah, penggunaan bahan pengawet, vitsin (atau micin dan bahasa ilmiahnya MSG), kemudian penggunaan bahan berkolesterol tinggi seperti santan kelapa yang jenuh seperti masakan daerah-daerah tertentu dan makanan atau minuman yang menggunakan zat pewarna.
Begitu datang di meja saya nasi bertabur bawang goreng dan sambal yang akhirnya saya tahu itu adalah saos bumbu tauco serta kecap, baru kemudian sop konro yang legendaris dari tanah Makassar itu hanya dalam waktu kurang dari 3 menit (cepet juga neh time service-nya). Tak lupa saya memesan es jeruk, kerana saya lupa memesan minuman istimewa sajian Daeng Tata. Ah masa bodo... Melihat sop konronya saja saya sudah terbit selera menggila dan sesaat lupa pula sakit gigi yang mendera semenjak pagi. Saya tahu saya bakalan menghadapi suwiran daging penyelip gigi nan menyiksa dari tulang iga sapi yang akan saya nikmati ini. Tapi gak peduli, karena bau harum Sop Konro mengalihkan dunia saya (iklan banget gak sih?)
Mulanya saya menikmati daging dengan garpu dan sendok dan setelah datang Iga Bakar (TATA RiBs™), sayapun menggunakan pisau untuk mengiris daging yang menempel di tulang iga sapi malang itu (maaf yah om sapi... tulang igamu tampaknya terlalu nikmat untuk disia-siakan).
Selagi saya menikmati daging iga yang empuk dan lunak ini, sesekali Daeng Tata, yang bernama asli Muhammad Amin ini, mengingatkan saya agar menikmati sop konronya dengan memegang tulang iganya, karena memang begitulah khas cara memakannya. Hehehe... gak perlu ja'im kalau makan di tempatnya Daeng Tata, karena sudah berapa pejabat presiden yang makan di tempat ini, kecuali bung Karno saja, karena memang bukan masanya beliau. (Saya percaya, semisalnya Daeng buka saat bung Karno berkuasa, pasti dia juga akan menikmati masakan khas Sulawesi Selatan ini, kan bung Karno terkenal sebagai pengelana kuliner sejati juga).
Kunyahan awal saya hanya berani manyuap nasi dan kuah sop konro yang gurih dan aroma bakaran daging yang khas, ditambah rasa bumbu tauco yang gurih dan manisnya kecap serta asamnya perasan jeruk nipis membuat saya mulai beranikan diri untuk mengunyah irisan daging iga. Empuk diirisnya dan hap!!! Sukses potongan daging iga berhasil melewati gigi-gigi lemah saya. Saat dikunyah saya mencoba cari-cari bagian terempuk dan tidak alot. Hmmmmm, juicy dan bau gosong daging yang khas menaikkan air liur saya ke permukaan lidah.
Dan masya Allah....! Ternyata gigi saya nggak ngalamin kesulitan yang berarti mengunyah sang daging.... (rahasia empuknya daging ternyata adalah proses presto yang sedikitnya 4 jam dan daging iga dipindah-pindah dari satu panci besar ke panci besar lainnya hingga beberapa kali... Baru saat hendak di sajikan dipanaskan atau dibakar sesuai pesanan, uangkap Daeng Tata tanpa kuatir).
Selesai mengunyah, saya pun mencoba periksa geligi saya dengan lidah apa ada sisa terselip suwiran daging di gigi. Bebas... dan itu saya lakukan hingga sop konro dan iga bakar yang tak kalah lezatnya itu tuntas habis tak bersisa, kecuali nasi. bahkan nasinya yang pulen itupun saya rasa tidak lebih empuk dari dagingnya... Luar biasa, dan pantas saja para pelanggannya mau kembali lagi menikmati masakan sang putra pengusaha minyak terkenal dari Sulawesi ini.
Tak habis sampai di situ, Daeng menganjurkan saya untuk mencuci mulut dengan Es Daeng Tata™ (sebenarnya ini adalah kombinasi es pisang hijau, es pallu butung, bubur sumsum, dan sepotong besar daging durian yang gurih dan lezat... (hmmmm jangan ngiri yah... hehehehe, emang begitulah enaknya kalau jadi pengelana kuliner... makan terus, walau sakit gigi!)
Dan kekuatiran saya sirna begitu menyeruput Es Daeng Tata™ yang tidak membuat ngilu gigi saya, karena di samping saya tidak terlalu terburu-buru menikmatinya, rasa durian (yang oleh ahli gizi dan kesehatan memang diketahui mempunyai antibiotik buat mikroba berbahaya tertentu... nggak percaya? Coba aja kamu minum tablet ampicillin dan makan duren pasti sekejap di lidah terasa sama).
Maka lengkap sudah, petualangan kuliner saya hari Jum'at ini. Gurih dan lezatnya daging iga bakar empuk serta sopnya yang membakar jiwa (huawalah berlebihan banget seh... paling menghangatkan tubuh aja kale!!!?). Memang rasanya lumayan pedas, karena beberapa kali Daeng menuangkan lada bubuk ke daging iga bakar di meja saya, sepertinya dia tahu selera saya yang suka dengan pedas-pedas. Cuma kali ini bukan pedasnya cabai, tapi saya suka itu... berbeda!
Mendengar betapa banyak sudah sapi-sapi yang dijadikan korban santapan lezat Daeng Tata Ribs, anda jangan terkejut kalau dari 5 cabang warung, demikian Daeng menyebut rumah makannya, sedikitnya 500kg iga sapi sehari. memang bukan sapi utuh, hanya iganya saja. Kalau dulu Dorce pernah bilang kepada Daeng Tata, bahwa Sop Konro khas Makassar itu terkadang menggunakan tulang punggung sapi, maka semenjak itu, Daeng hanya menggunakan Iga Sapi, dan 1 iga sapi utuh itu bisa menghasilkan sedikitnya 6 porsi. Jadi kalau 500 iga sapi, artinya ada 3000 porsi dalam sehari habis laku terjual. Harganya pun relatif terjangkau per porsinya, mulai dari harga termurah Rp. 10.000,-. Hitung sendiri berapa omzet yang dihasilkan rumah makan berlabel mAmink Daeng Tata yang mempunyai 300 karyawan ini.
Untuk rekomendasi buat para penikmat makanan daerah, maka saya sangat menyarankan makanan sehat dan bisa membantu Anda untuk menurunkan kolesterol serta beberapa penyakit degeneratif, karena kandungan rempah-rempahnya seperti bawang putih, sereh, lada hitam dan bumbu-bumbu lainnya tak ada yang dirahasiakan. Apalagi proses pembakaran yang menghilangkan lemak-lemaknya membuat masakan ini mejadi lebih nikmat untuk disantap bersama kolega atau keluarga Anda. Dan terakhir tentunya yang tak kalah penting adalah, sekalipun banyak kalangan artis dan pejabat negara serta beberapa kali Bondan Winarno maupun krew televisi wisata kuliner dan jajanan mendatangi serta memberitakan kelezatan makanan milik Daeng Tata ini, harganya tidak pernah melambung tinggi alias terlalu mahal untuk dinikmati semua kalangan. Justru Sop Konro dan Iga bakar (atau Daeng Tata Ribs) jadi terlalu nikmat untuk dilewati.
Sidik Rizal
--------------------------------------------------------------------
Riwayat Usaha Kuliner
DARI KAKI LIMA HINGGA LIMA CABANG RUMAH MAKAN
DAENG TATA GO FRANCHISE 2010
Berdiri semenjak tahun 1993, Daeng Tata memulai karirnya dengan berdagang kaki lima yang dinamainya Tenda Biru. Nama ini dibuat jauh sebelum Dessy Ratnasari ngetop menyanyikan lagu hitnya yang terkenal "Tenda Biru" (dan ternyata akhirnya Dessy Ratnasari menjadi pelanggan tetap). Daeng Tata yang sebenarnya mempunyai orang tua pengusaha perminyakan tersohor di Sulawesi Selatan dan kini pun masih memiliki Pompa Bensin di daerah Mampang dekat Kantor Republika, benar-benar tak ada keinginan untuk melanjutkan usaha ayahnya. Bahkan sang penggemar masak ini nekad berdagang kaki lima masakan khas daerahnya, kala itu Coto Makassar.
Muhammad Amin, yang sering diberi julukan Maming ini (atau mAmink, yang berarti singkatan namanya M. Amin) sudah sejak kecil suka memasak semenjak ikut kepanduan (pramuka, ia masih sebagai Penggalang) dan kakak kelasnya yang sudah jadi Pendega, Bondan Winarno sering membimbingnya. Wajar saja bila kini ia memanggil Kak Bondan, dan mereka jadi sering bertemu di televisi maupun acara jajanan kulinernya Bondan Winarno.
Perjuangannya membuat usaha warung makan kecil-kecilan semula tidak direstui oleh orang tuanya, apalagi sang ayah, H. Abdurrahim merasa bahwa usaha bidang perminyakan jauh lebih memberikan keuntungan yang menjamin daripada usaha rumah makan. Tapi Daeng Tata bersikeras hendak mandiri dan lepas dari adat dan kebiasaan keluarga. Anak ke 7 dari 11 bersaudara ini percaya bahwa ia harus memilik usahanya sendiri yang sesuai dengan minat dan keahliannya.
Karena semangatnya yang tinggi itulah, beberapa temannya terinspirasi untuk membuka usaha yang serupa. Tak kurang seperti Wahyu Saidi, sang Doktor Bakmi, mantan pegawai kontraktor konstruksi perusahaan besar beralih usaha menjadi pemilik rumah makan bakmi terkenal. Dan Daeng Tata tak merasa besar kepala justru dia merasa telah memberikan manfaat terhadap sesama saudara dan teman.
Lelaki kelahiran Makassar, 6 Juni 1956 ini memang berniat akan membuka waralaba rumah makannya. Persiapan teknis dan standardisasi telah ia persiapkan selama beberapa tahun terakhir untuk memenuhi persyaratan teknis waralaba. Daeng Tata yang selalu berpenampilan necis dan bersih ini mentargetkan paling lambat 2010 dia akan membuka waralaba dengan proyek percontohan 5 cabang usaha warungnya yang kini menyebar beberapa tempat. Dua di bilangan Tebet, Jl. Abdullah Syafi'i dan Cassablanca, satu di Kebayoran Lama, Simprug, Permata Hijau, satu di Pasar Minggu, Ruko Pejaten Raya, dan terakhir di Bandung.
Perjuangannya dari usaha kaki lima hingga kini mempunyai rumah makan besar dan ramai pengunjung dari semua kalangan ini memang mempunyai kiat yang perlu untuk dijadikan pelajaran. Strategi harga yang segmentasinya dalam piramida tingkatan strata sosial konsumennya adalah bagai piramida dimana segmen menengah ke bawah pasarnya jauh lebih besar. Dengan cara sederhana ia mencontohkan, bahwa dulu ketika ia meulai usahanya ia mempromosikan Coto Makassar melalui supir taksi yang biasa mangkal di depan warungnya di bilangan pancoran Jakarta Selatan. Sering dia mempromosikan kepada para supir taksi itu untuk mengajak penumpangnya untuk menjadi tamu di warungnya.
Walau terkadang dia diakali oleh para supirnya, yang applause (aplusan) dengan mengajak rekannya sesama supir untuk makan di tempatnya, sehingga mereka bisa makan 2 porsi dengan harga 1 porsi. Tapi justru di lain waktu para sopir itu dari mulut ke mulut mempromosikan Coto Makassarnya dan kemudian dari mereka membawa para penumpangnya untuk makan di warungnya. Proses promosi dari mulut ke mulut dan strategi harganya ini berlangsung sekian tahun, kini mAmink Daeng Tata menikmati hasil usahanya. Seperti tak kurang hampir semua presiden RI pernah mencoba masakannya Tata Ribs dan Sop Konronya, kecuali bung Karno. Dan banyak artis seperti Dorce, Dessy Ratnasari, Indro Warkop, Leroy Usmani dan artis ngetop lainnya yang menjadi pelanggan tetap mingguan atau bulanan.
Dan sudah sewajarnya Daeng akan go franchise (mewaralabakan) merk dagang Tata Ribs dan Sop Konronya yang mulai populer dan akrab di lidah orang Indonesia ini. Berkat perjuangan kerasnyalah makanan khas Sulawesi Selatan ini menjadi makanan yang dikenal nusantara. Sehingga makin menjamur saja rumah makan Sop Konro atau minuman yang khas Makassar ini di seluruh wilayah Indonesia. Dan menyikapi hal itu, Daeng pun akan mewaralabakan usahanya di tahun 2010, sebagai bukti ingin memenuhi permintaan pasar dan pelanggan.
Perjuangannya ternyata belum berakhir, dia masih punya keinginan untuk mewaralabakan usahanya setelah mempatenkan merk Tata Ribs-nya. Semua itu tidak pernah sedikitpun mengurangi keramahan pelayanannya, dengan selalu menyebutkan "Terima Kasih, tak ada yang ketinggalan?" Ciri khas pelayanan sang daeng dan ini sebuah pelajaran yang patut ditiru.
So, bagi Anda tinggal di luar Jakarta ingin menjadi pewaralaba merk dagang Sop Konro, Coto Makassar dan Iga Bakarnya Daeng Tata, segera saja hubungi nomoro telepon langsung ke mAming Daeng Tata di (021) 689.00.637 atau (021) 998.1111 atau rumahnya (021) 830.4455 "And please be franchisee, you will get much more benefit besides you promote Indonesia cuisine! Are you interested?"
(Sidik Rizal)
Meski bukan seorang pelaut, H Mamink Daeng Tata mewarisi tekad yang sama. Sekali mengin-jakkan kakinya di Jakarta, ia pantang pulang sebelum sukses sebagai seorang pengusaha.
Tahun 1993, Mamink membuka warung kaki lima di Jl Prof Supomo, Jakarta Selatan. Di situ ia menjajakan makanan khas Makassar, sop konro. Menurut pengakuannya, ide membuka warung ini karena tergelitik oleh maraknya restoran asing cepat saji di Jakarta. "Dengan resep dari luar, mereka bisa sukses di sini. Padahal, kita banyak mempunyai resep makanan dari berbagai daerah yang kaya rasa. Karena itulah saya mencoba menjajakan sop konro untuk lidah orang Jakarta," kata Mamink kepada Majalah Gontor.
Untuk itu Mamink meninggalkan usaha lamanya sebagai agen penjualan rumah di Jakarta yang ia rintis sejak tahun 1989. Bermodal Rp 5 juta, ia membuka warung kaki lima di areal seluas 5x8 meter persegi. Mamink, yang lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Makassar, itu memang bertekad sukses di Jakarta dan tak berniat kembali ke Makassar. Bersama sang istri, Hj Hermina, dan tiga anaknya --Molice G Amin, Kristin Putri Amin, dan Haris Amin-- ia bertekad menaklukkan Jakarta dengan sop konro.
Tekadnya bukan omong kosong. Ia gigih bertahan dengan bisnis sop konro di pinggir jalan, meski ayahnya tak setuju --sang ayah ingin Mamink meneruskan bisnis bahan bakar minyak (BBM) milik keluarga. Sebagai seorang anak, dia tidak pernah memiliki keinginan melawan keinginan orangtua yang tidak setuju dengan pilihan bisnisnya itu. Mamink berprinsip, apapun usaha akan ia jalankan asalkan halal. "Ketika itu ayah mengancam akan membakar warung yang saya bangun. Namun, saya bertekad untuk bertahan di Jakarta. Bisnis SPBU itu saya minta untuk dikelola adik-adik saja," ujarnya.
Dalam diri Mamink memang mengalir darah pebisnis. Karena itu insting bisnis Mamink cukup tajam. Warung kaki limanya banyak disapa pembeli. Bahkan, kini warung Mamink sangat favorit di kalangan eksekutif dan selebritis. Meski para penikmat warungnya itu tak semuanya orang Makassar. "Orang Makassar yang makan di sini 15 sampai 20 persen saja. Sisanya ya orang Jakarta yang beragam ini," kata pria kelahiran Makassar, 6 Juni 1956.
Jumlah pelanggan warung Mamink kian bertambah sehingga pada tahun 1996, ia mengubah warung kaki limanya menjadi rumah makan di Jl KH Abdullah Syafiie. Bahkan untuk mewujudkan impiannya itu, Mamink merelakan mobilnya dijual sebagai modal membangun warung. Keputusan yang diambilnya tak salah, restorannya terus berkembang sehingga mendorong lelaki ini untuk melakukan ekspansi lebih luas lagi. Pada tahun 1998 dibukalah cabang kedua di Jl Tebet Utara I, dan tahun 2001 dibuka cabang ketiga di Casablanca. Dan yang paling baru adalah cabang keempat di Jl Panjang.
Menurutnya, selain mempertahankan rasa yang khas rempah-rempah, kunci sukses Mamink dalam bisnis adalah silaturahmi. Karena itulah Mamink selalu menjalin silaturahmi dengan para pelanggannya. "Silaturahmi harus terjaga dengan baik," paparnya.
Rasulullah sendiri, kata Mamink, telah mengajarkan kepada umatnya untuk memperbanyak hubungan silaturahmi. Karena bisnis ini pada dasarnya menjalin komunikasi antara penjual dengan pembeli, "Hubungan silaturahmi ini harus tetap dipertahankan guna melanggengkan usaha ini," lanjutnya.
Mamink biasanya menjalin silaturahmi dengan para pelanggannya melalui pesan layanan singkat (SMS). Ia biasa mengirim SMS kepada para pelanggan yang lama tak berkunjung ke rumah makannya. Isi SMS sekadar menanyakan kabar sang pelanggan serta doa semoga sehat dan sukses dalam bekerja.
Kesederhanaan, begitulah ciri dan gaya pelayanan di warung Mamink. Keramahan gaya Makassar terus mengalir ketika ia menyambut para pelanggannya. Mamink tak segan-segan mengantar para pelanggannya hingga ke pintu mobil.
Keramahan Mamink bukan hanya kepada pelanggan, tetapi juga kepada pegawai yang berjumlah 185 orang. Bentuknya adalah insentif yang relatif besar bagi pegawai, terutama jika warung yang dibukanya sukses mendatangkan pelanggan. "Untuk kesejahteraan pegawai, saya mencontoh warung Padang. Keuntungan warung juga milik pegawai yang harus dibagi secara adil," ujarnya.
Selain itu, Mamink mencoba menerapkan dalam dirinya sendiri untuk berbisnis dengan dasar ketulusan, keikhlasan dan khalas. "Khalas artinya selesai atau yang sudah ya sudah, sebab rezeki itu yang mengatur Allah SWT," paparnya.
"Apa yang telah diajarkan oleh Islam, saya coba lakukan. Misalnya mengeluarkan zakat minimal 2.5 persen dari penghasilan," sambungnya. Zakat, kata Mamink, jika tidak dikeluarkan, sama saja dengan merampas hak mereka yang membutuhkan.
500 kilogram iga sapi
Latar belakang Mamink menciptakan resep "Tata Ribs" adalah kekhawatirannya atas bahan baku sop konro yang semakin sulit didapat. Seekor sapi hanya cukup untuk 16 porsi. Karena itu, untuk memenuhi bahan baku rusuk atau iga sapi untuk sop konro di empat warungnya, ia membutuhkan 500 kilogram iga sapi setiap hari. Menurutnya, setiap rusuk sebenarnya bisa dipotong menjadi dua bagian. Namun, tindakan itu menuai protes para pelanggan. Pasalnya, konro yang asli harus memiliki pangkal rusuk atau tulang punggung. Akhirnya, dia meramu bumbu untuk memanggang ujung rusuk yang ditolak oleh para penikmat sop konro dan mendaftarkan hak paten resepnya dengan nama "Tata Ribs". "Mungkin orang mengibaratkan 'Tata Ribs' seperti makan steak di restoran Amerika atau Eropa. Bedanya adalah rasa "Tata Ribs" ini lebih cocok dengan lidah kita dan terasa lebih sehat dengan bumbu tradisional yang segar," ujarnya.
Ancaman Sang Ayah
Awal berbisnis, Mamink ditentang sang ayah, H Abdul Rahim. Pasalnya, ia membuka warung tenda sop konro di pinggiran jalan. Sang ayah yang memiliki empat stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Makassar, tak rela jika anaknya berjualan di warung tenda di pinggir jalan.
Awal berbisnis, Mamink ditentang sang ayah, H Abdul Rahim. Pasalnya, ia membuka warung tenda sop konro di pinggiran jalan. Sang ayah yang memiliki empat stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Makassar, tak rela jika anaknya berjualan di warung tenda di pinggir jalan.
Saking jengkelnya, sang ayah pernah mengancam akan membakar tenda tempat Mamink berjualan sop konro. Tapi, ancaman ini tak menyurutkan langkah Mamink untuk tetap menjajakan sop konro, makanan khas Makassar. Berkat kesabaran dan keuletannya, Mamink meraih sukses. "Tantangan terberat datang dari ayah yang awalnya tidak setuju dengan bisnis yang saya rintis," ujarnya. [] roji
mAmink
Daeng Tata®
Taste Innovator
Tata Rib's - coTo - konRo - SaTEsapi - mie mAmink - Nasi Mix/box
Tebet 1:
- Cassablanca 33, Jl. KH. Moh Abd. Syafi'i - Telp. (021) 831.7777
Tebet 2:
- Jl. KH. Moh. Abd. Syafi'i 33 - Telp. (021) 8379.3333
Simprug, Kebayoran Lama:
- Soepono, Permata Hijau 25 - Telp. (021) 70 170 000
Pasar Minggu:
- Ruko Pejaten Raya, Pasar Minggu - Telp. (021) 799.11.33
Bandung:
- Dr. Setia Budhi 153, Bandung - Telp. (022) 916.11.111
tempat :
BalasHapusJln. Setiabudhi (no nya gw lupa :P)
pastinya di seberang Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Mamink Daeng Tata ini awalnya cuma ada di Jakarta, di daerah Casablanca. Nah, pas kmaren kta tmn gw Daeng Tata ini buka cabang di Setiabudhi Bandung, trus kita cobain deh.
Tmn gw blg, yg enak & terkenal dsini tuh Tata Ribs, makanya pas kmaren gw ksana gw nyobain itu. Tata Ribs tuh iga bakar dikasih bumbu kacang. Rasanya??? Tmn gw gak salah... Enak bgt!!!
Harganya 20rb ajah, termasuk murah klo dibandingin ama rasanya yg enak,hehe...
Karna Daeng Tata ini ngejual makanan khas Makassar, dsini juga jual Coto, Konro, Buras, Es Palu Butung, Es Pisang Ijo. Disini juga ada sate & minuman standar kya es teh manis ama es jeruk :D
Yah, cobain deh... Gak nyesel pokonya...
Makanan khas Makassar disini...
BalasHapusAda banyak menunya, waktu itu gue pesen Coto Makassar
Wahyu pesen Tata Ribs..minumnya Teh Obenk, which means itu es teh manis :p
Porsinya cukup gede...harganya 20ribuan gitu deh
Disana kayaknya selalu rame...
Posisinya di sebelah Telkom, di seberangnya juga ada, tapi lebih kecil tempatnya
Kalo pengen nyari jenis makanan Indonesia yang sedikit beda, cobain aja makanan khas Makassar ini :)
Selain itu disini juga ada Otak-Otak, Sate Ayam, Sop Makassar, dll...banyak deh
Tata Ribsnya enak looohhhh...hmmm...nyam nyam...
yap! gue suka banget tuh yang bakar.. pake bumbu kacang... makan siang, nasi nambah satu..
BalasHapussampe besok pagi nggak laper! hehehehe
Iga bakar (ribs) nya enak banget dan besar ukurannya. Es pisang ijo nya juga enak, seperti asli dari makasar. Ada juga menu seperti coto, ikan bakar, dsj. Tapi yang paling top memang iga-nya..
BalasHapusMamink Daeng Tata
BalasHapusKuallea tallangga na towalia (lebih baik tenggelam daripada kembali). Demikian tekad para pelaut Makassar. Sekali layar terkembang pantang kembali pulang sebelum tujuan tercapai.
Siang ini saya menikmati Sop Konro Mamink Daeng Tata di daerah Casablanka, Tebet. Benar-benar 'Maknyoss', igayna besar yang melengkung. Dagingnya empuk dan kuah sopnya hmmm...
BalasHapusTeman saya yang dari Makasar merupakan pelanggan setia Konro Daeng Tata bercerita, "awalnya usaha Mamink ini cuma dari lapak kaki-5 kecil di Jl Supomo"
Mamink, singkatan dari nama asli Muhammad Amin Rahim, merupakan seorang yang bermental baja. Tentangan dari keluarga diawal bisnisnya tahun 1993, tidak menyurutkan tekadnya untuk ber-TDA secara mandiri.
Orangtuanya yang pengusaha 'tengki' (begitu kawan Makasar saya menyebut untuk SPBU), menginginkan Mamink untuk meneruskan usaha keluarga di Makasar. "Bahkan ayahnya sampai mengancam untuk membakar warung kaki limanya agar mau kembali"
Mimpi Mamink yang kuat untuk bisa memasyarakatkan makanan Makassar di Jakarta, telah membulatkan niatnya untuk tetap meneruskan usaha kuliner.
Rupanya Mamink juga memegang teguh tekad pelaut Makasar : Kuallea Tallangga Ka Towalia! (lebih memilih tenggelam daripada kembali).
Dengan keteguhan, daya tahan dan tentu saja rasa makanannya yang khas, menjadikan usaha Mamink terus berkembang. Lapak kaki lima-nya tidak lagi menampung antusias pelanggannya.
Dan saat ini sudah 4 cabang dibuka yang kesemuanya selalu ramai penikmat makanan khas makasar ini. Setelah mampu menunjukan kesuksesannya, pihak keluarga berbalik mendukung penuh bahkan beliau menjadi kebanggaan keluarga.
Disamping Konro, ada lagi yang khas dari warung Mamink ini, yaitu Iga Bakar dengan nama Tata Ribs. Bumbu bakarnya benar-benar meresap ke dalam daging.
Salah satu kunci kesuksesan Mamink, disamping rasa dan kekhasan rasa makanan adalah kedekatan dengan pelanggan. Mamink tidak segan-segan mengantar pesanan pelangan langsung, mengajak ngobrol sampai membukakan pintu mobil pelanggan.
Mamink juga sering mengirimkan SMS hanya sekedar untuk menanyakan kabar. Strategi marketing yang jitu untuk tetap menjaga kedekatan pelanggan secara emosional.
Strategi marketing lainnya memanfaatkan supir taksi. Ya supir yang mengantar pelanggan ke warungnya akan mendapat special harga bahkan dapat free Sop Konro yang nikmat.
Hmm, sebagai penutup saya pesan es pisang hijau.... Lengkap sudah wisata kuliner siang ini...
Sop Konro Daeng Tata memang Maknyos-nya sebuah perjuangan
Ditengah macetnya Sudirman, bersama Natz, Jiewa, dan seorang temannya asal Surabaya (maaf gue lupa namanya ^:)^ ), gue mengontak Andree, konco lama di AKR... "Dre, kalo mau makan Daeng Tata daerah Sudirman Kungingan sing paling deket dimana yo?" Kepikiran telepon Andree karena kita sudah bermaksud menuju Tebet/Jl Panjang yang jelas masih beberapa jam lagi nyampenya akibat macet. Andree jugalah yang pertama kali merekomendasikan Daeng Tata, dulu waktu Natz lagi hamil Kelly, eh malah gue yang 'ngidam' = pengen sop iga. Sambil gue ceritakan ke Jie bahwa temen gue ini maestornya tempat makan enak... "wah ilmu gue ngga ada seujung kukunya..." :) sayang dia ngga bikin blog/review :(
BalasHapus"terus aja lewat terowongan casblang sampai Hotel Parkland, nah dekat dekat situ deh..." pesan Andree yang malah diakhiri dengan nanya nanya lowongan kerja :p soalnya dia masih di kantor jam 7 malam lewat.
Ok, Andree memang hebat... satu lampu merah setelah Hotel Parkland casblang, agak pojokan, disitulah letaknya Resto Mamink Daeng Tata, yang terkenal dengan Tata Ribs nya itu. Konon cara masak dan nama Tata Ribs sudah dipatenkan pemiliknya
Tampaklah sebuah rumah panggung dengan sedikit ornamen Makassar. Ohya, ini adalah request Jiewa dan temennya yang dua dua nya domisili Surabaya. "Di Surabaya belum ada" pengakuan Jie... Ternyata dia masih terngiang ngiang kelezatan sop konro dan konro bakar Karebosi (habis bertugas ke Makassar) :p Ngga heran sih, memang enak banget.
BalasHapusBerempat semuanya pesan menu utama yang sama: Tata Ribs. Memang ini menu andalannya, selain sop iga (konro), ada beberapa jenis ikan laut (Makassar terkenal dengan hasil laut) ada Ifumi Mamink, dll. Tata Ribs tak ubahnya konro bakar kalau di Sop Konro Karebosi. Kalau mau dibandingkan dengan Karebosi, rasanya potongan daging yang melekat di tulang nya Tata Ribs lebih besar dan lebih medok bumbunya :-bd
Tapi jangan salah lho, Resto Daeng Tata ini, walaupun mengusung masakan khas Makassar, ia tak dapat dijumpai di Makassar, dan hanya bisa dijumpai di Jakarta dan Bandung. Kalau di Makassar Daeng Tata malah nama Pahlawan dan dipakai sebagai nama jalan juga. Dan jangan keliru juga dengan panggilan Daeang, itu bukan panggilan spesifik ke bangsawan atau tingkatan sosio-ekonomi tertentu di Makassar. Daeng itu simply seperti bung kalau bahasa nasionalnya. Gue inget cerita temen di Makassar bahwa, becak susah dihapuskan dari Makassar, sebab "Tanah Daeng" sebutan kota Makassar, tak lengkap tanpa daeng daeng pengayuh becak... berarti daeng kalo bahasa Betawi = abang abang :)) kidding deh... Daeng itu panggilan orang yang lebih tua tepatnya :)
Duh, jadi banyak cerita... cerita makannya mana...??? :p kasih gambar dulu deh
Menu dinner, Tata Ribs (Konro Bakar)
BalasHapusCompletely enak
Absolutely recommended
dinner
Setelah piring nasi kedua :P
PADA TAKUT MAKAN d MALL REST ASiNG, APALAGI MALL Ambasador masih sputaran Ritz & marriot, JADix PD RAME2 k WRG D4ENG, SAMPE TUMPLEK SEJAK SIANg, SORE DAN MALAM iNi,. ..
BalasHapusmaknyusss nih Daeng Tata... :)
BalasHapusKalo mo Franchise brp nih modalnya?
BalasHapustx
BUAT YANG MAU WARALABA RM Daeng Tata, Sop Konro dan Konro Bakar khas ala Daeng Tata... minimal investasi sebesar 500juta... keterangan lebih jauh silakan hubungi (021)9346.1965
BalasHapusPosting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan