APAKAH SUDAH BENAR CARA PENGHITUNGAN PILEG KALI INI ATAU PEMILU KALI INI HANYALAH PILPAR BUKAN PILEG?
JAKARTA, bksOL - Bergaul dengan para caleg jauh hari sebelum pencoblosan 9 April lalu dan membandingkannya dengan setelah penetapan pengumuman siapa caleg yang memperoleh kursi di dewan, maka ada beberapa teori yang bisa saya ambil untuk berikan definisi tertentu bagi para calon peserta pemilu (pemilihan umum) dan bisa dijadikan bahan pelajaran di masa mendatang.
Perbedaan mendasar dari para petarung pada pemilihan umum tahun 2014 ini ada pada karakter pribadi dan sosial setiap individu caleg maupun calon anggota dewan perwakilan daerah (DPD).
Perbedaan mendasar atas mereka yang berhasil memperoleh kursi dan yang gagal memeproleh kursi pun penulis coba bagi menjadi dua lagi, yakni mereka yang dipengaruhi oleh sistem
perhitungan perolehan suara dengan cara BPP (Bilangan Pembagi Pemilih, ada pula yang menyebut Bilangan Pokok Pembagi) dan ada pula yang merasa perlu adanya perubahan mekanisme perhitungan suara dalam menentukan siapa yang pantas dan bisa menduduki kursi dewan.
perhitungan perolehan suara dengan cara BPP (Bilangan Pembagi Pemilih, ada pula yang menyebut Bilangan Pokok Pembagi) dan ada pula yang merasa perlu adanya perubahan mekanisme perhitungan suara dalam menentukan siapa yang pantas dan bisa menduduki kursi dewan.
Jika membahas tentang apa saja karakter para caleg yang berhasil dan gagal di pemilu, penulis mencoba membahas tentang cara penghitungan perolehan suara dan penghitungan bagaimana seorang caleg bisa memperoleh kursi di dewan.
Jadi penulisan dibagi menjadi beberapa bagian, dimulai dari awal penentuan DCS (Daftar Calon Sementara) hingga penentuan DCT (Daftar Calon Tetap) kemudian hingga tahapan bagaimana menentukan BPP setiap dapil (Daerah Pemilihan) dengan berdasarkan DPT (Daftar Pemilih Tetap)
yang hadir pada saat pencoblosan pemilu.
yang hadir pada saat pencoblosan pemilu.
Setelah pembahasan itu, maka kita bisa menarik beberapa kesimpulan dengan mengamati reaksi dari para calon wakil rakyat (cawara) terhadap mekanisme proses pemilu mulai dari awal hingga saat pelantikan anggota dewan di parlemen.
Beragam perilaku para cawara ini memang sangat luas, dan sebenarnya pengamatannya tidak bisa hanya dibatasi saat penentuan DCS hingga Pelantikan Anggota Dewan. Karena jika bicara tentang karakter dasar para calon wakil rakyat ini, maka bisa jadi tak ada batasan waktu, bahkan mungkin bisa dimulai sejak mereka lahir yang sering diwacanakan oleh mereka yang mencoba jujur dengan istilah, "Sudah Garis Tangan".
Namun penulis mencoba merumuskan kesimpulan dan membuat sebuah teori sederhana hanya berdasarkan pengamatan para cawara (calon jawara) mulai dari waktu penentuan DCS hingga Pelantikan mereka di gedung parlemen.
Hal ini dilakukan agar bisa terangkum dalam catatan kecil dan blogs yang saya buat ini.
PENENTUAN DCS (Daftar Calon Sementara)
Pada periode ini, sebenarnya perang antar calon di internal partai sudah terjadi, hanya saja mereka melakukan lobi-lobi tingkat tertentu dan tentunya langkah-langkah politis sudah dimulai jauh-jauh hari sebelum ini, tapi secara gamblang terlihat pada saat partai meminta sebagian calon mengajukan persyaratan dokumen yang valid dan bersifat rahasia.
PENENTUAN DCS (Daftar Calon Sementara)
Pada periode ini, sebenarnya perang antar calon di internal partai sudah terjadi, hanya saja mereka melakukan lobi-lobi tingkat tertentu dan tentunya langkah-langkah politis sudah dimulai jauh-jauh hari sebelum ini, tapi secara gamblang terlihat pada saat partai meminta sebagian calon mengajukan persyaratan dokumen yang valid dan bersifat rahasia.
Ada beberapa calon yang menganggap hal ini sebagai masalah sepele, padahal kenyatannya tidak seremeh itu. Justru pada saat inilah segala cara harus dimainkan, dan tentunya bukan masalah kekuatan finansial saja yang jadi
prasyarat utama, lebih dalam daripada hal itu.
prasyarat utama, lebih dalam daripada hal itu.
Ilustrasi #1:
Seorang teman sebut saja bernama Andi Firman (bukan nama sebenarnya, tapi sosoknya nyata) adalah tokoh besar di Kota Bekasi, dan katakanlah dia pernah dua kali menjadi kandidat calon walikota Bekasi. Karena aksesnya tidak hanya terbatas satu partai, dia bisa saja leluasa berangkat memilih partai manapun yang dia suka untuk menjadikannya sebagai
kendaraan politik. Perjalanan karir politiknya terbilang cukup dikenal oleh publik, terutama di kalangan politisi.Andi Firman (sekali lagi saya sampaikan bukan nama sebenarnya, dan jangan dipadan-padankan dengan nama satu tokoh populer di kota Bekasi, bisa jadi Anda salah besar, OK?) memiliki banyak usaha di samping ayahnya
adalah tokoh Bekasi yang juga punya nama besar. Tak sedikit sekolah menengah dan perguruan tinggi yang didirikannya berdasarkan namanya, dan usahanya pun terbilang cukup lancar untuk sekelas Kota Bekasi maupun Kabupaten Bekasi. Sayang perjalanan karir politiknya seperti memasuki medan perang tanpa peta, alias bermodalkan peta buta.
adalah tokoh Bekasi yang juga punya nama besar. Tak sedikit sekolah menengah dan perguruan tinggi yang didirikannya berdasarkan namanya, dan usahanya pun terbilang cukup lancar untuk sekelas Kota Bekasi maupun Kabupaten Bekasi. Sayang perjalanan karir politiknya seperti memasuki medan perang tanpa peta, alias bermodalkan peta buta.
Sebagai orang yang cukup terpandang dan punya banyak harta, memang sudah cukup bagi Andi Firman, tapi ternyata kiprahnya menghadapi banyak masalah, kalau tak mau gagal terus dalam karir politiknya, kalau boleh dihitung sudah lebih 15 tahun sejak Bekasi berubah bentuk pemerintahan jadi kota
administratif, kotamadya dan kini Kota Bekasi.
administratif, kotamadya dan kini Kota Bekasi.
Terakhir, perjalanan Adi Firman akan menjadi anggota DPR dari satu partai baru yang telah berusia lebih dari 5 tahun.
Sebelumnya Andi Firman memang mencoba peruntungannya di partai Golkar, namun persaingan dengan sesama putra daerah di partai kuning itu cukup ketat dan membuatnya mengambil jalan untuk pindah keluar dan mencari partai lainnya yang bisa mengangkutnya meraih ambisi politiknya.
Pencalonan dirinya menjadi walikota dan bupati di Bekasi, sudah bukan menjadi rahasia lagi, Kegagalannya pun tak membuatnya jadi surut untuk terus bermain politik.
Terakhir dia malah mencoba melakukan beberapa manuver
politik untuk menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Cabang partai baru di Kota Bekasi. Dan sekali lagi langkah politiknya itu kandas di tengah jalan, karena kurangnya akses dengan pengurus DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai yang mengusung purnawirawan jenderal menjadi capres itu.
politik untuk menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Cabang partai baru di Kota Bekasi. Dan sekali lagi langkah politiknya itu kandas di tengah jalan, karena kurangnya akses dengan pengurus DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai yang mengusung purnawirawan jenderal menjadi capres itu.
Andi Firman tak mengerti bahwa ada peranan God Father dalam jalur partai politik yang masih mengutamakan rantai komando itu. Andi Firman terlalu naif sehingga tak jarang dia menjadi korban penipuan.
(tulisan ini berlanjut....)
Penulis: DikRizal
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan