Perkenalkan, namaku, M. Ibnu Dewa Ndaru dan Aku Penyandang Tuna Netra, Ini Kisah Tragisku
kandidat-kandidat.com Jumat 22 Jan 2024, 15:52 WIB, Ndaru
JAKARTA, Kandidat2 — Aku adalah penyandang disabilitas tunanetra sejak 2018, kalo dipikir-pikir, aku tunanetra yang masih sangat junior, hehe.
Oke, dahulu aku sama seperti anak-anak lainnya, berlari-lari, bercanda lewat mata, tidak ada satu orangpun yang menghinaku karena fisikku, ya mungkin salah satu orang ada yang mencela masalah berat badanku dan kepalaku yang terlihat lebih besar dari anak seukuran saya, hehe.
Kali ini kita bahas cerita tentang seorang M. Ibnu DewaNdaru dihampiri musibah yang sejak dahulu tak pernah kubayangkan, mari kita mulai semua cerita sedih perjuanganku menjadikan musibah ini jadi berkah.
Pada saat itu di sore hari, aku berumur 20 tahun kurang 6 hari, aktivitasku kala itu adalah mempunyai usaha kebab sendiri, dan akulah yang melayani pelanggan.
Saat itu aku sedang santai ditemani secangkir kopi sambil menunggu pelanggan datang, aku iseng coba buka handphone, siapa tahu pujaan hatiku memberi kabar bahagia, hehe.
Dan setelah ku lihat handphone ku, ada salah satu sahabat terdekatku ketika kita masih duduk di bangku SMA, yang beri kabar yang tak enak untuk didengar dan gambar yang diberikan di dalam group perkumpulan kawan-kawan lama membuat aku tak fokus jaga kedai kebab ku.
Sebab di depan mataku sendiri aku melihat sahabat yang sangat dekat denganku kecelakaan hebat, dagu sampai kepala diikat seperti orang meninggal saja layaknya.
Tak lama kemudian dering telpon berbunyi, sahabatku yang bernama Gilang mengabari ku dan mengajakku untuk menjenguk temanku yang sedang sakit, aku terima ajakannya.
Tetapi aku berpikir, bahwa esok hari ketika kami janjian untuk menjenguk itu tepat pada hari Minggu, hari dimana selama aku membuka kedai kebab, aku tidak pernah tak buka alias libur di hari Minggu.
Wajar saja karena hari Minggu banyak orang kantor dan lain-lain. Aku ingin keluar rumah, dimana sekitaran kedaiku ramai oleh pengunjung. Tapi di satu sisi, aku sangat ingin sekali menjenguk sahabatku di RS.POLRI.
Setelah pertimbangan yang lumayan berat dan panjang, akhirnya aku putuskan niatku untuk menjenguk sahabatku.
Karena aku berpikir cari uang bisa kapan saja, tapi aku belum tentu bisa melihat sahabatku untuk yang terakhir kali.
Sampailah pada hari yang sudah kami sepakati, hari Minggu. Teman mengajakku bertemu di depan RS. POLRI, Kramatjati pada pukul 15.30, di tanggal 10/11/2018.
Sekitar jam 1 aku sudah mulai siap-siap untuk jalan, tetapi yang aku lupa adalah aku belum sepatah katapun menghadap minta izin kepada ibuku, jika aku ingin jenguk sahabatku dan pada hari itu aku tidak akan buka kedai.
Waktu terus berjalan, suara dering telepon selularku kembali berbunyi temanku menanyakan kedatanganku dan aku jujur belum mempunyai jawaban bisa datang atau tidak.
Dikarenakan sepatah katapun aku belum meminta izin ibuku untuk jenguk sahabat ku dan aku tak akan keluar atau melakukan sesuatu apapun, tanpa izin dari ibuku.
Karena aku yakin izin dan ridho ibu adalah ridho Allah S.W.T... Pada saat itu, sementara waktu.
Ku beranikan diri untuk meminta izin kepada ibuku, ya kalian pun pasti sudah tahu jawabannya, dan yang pasti tidak boleh hehe.
Tapi tak tahu mengapa diriku yang tidak biasa melawan jika ibuku sudah mengatakan tidak, tetapi kali ini sungguh berbeda.
Nada bicaraku naik atau sedikit membentak ibuku agar mengizinkan aku untuk jalan.
Dan pada akhirnya ibuku mengiyakan aku untuk pergi walaupun mulut beliau masih saja berkicau, haha.
Saat itu aku tinggal di rumah kontrakan yang tak besar, cenderung kecil mungil.
Tak ada kamar, hanya ada ruang TV, ruang tidur yang terbuka, dan kamar mandi dan dapur di bagian paling belakang.
Di rumah tersebut aku tinggal bertiga, ada Ratu Inggris yaitu ibuku, aku, dan kakakku.
Setiap harinya aku dan kakakku mempunyai kegiatan masing-masing, aku buka kedai kebab, dan kakakku kerja di digital agency.
Saat sedang mau jalan ke RS aku lupa semalam topi yang sering aku gunakan aku taruh dimana. Lalu dengan kurang ajarnya diriku, aku menyuruh ibuku yang sudah berumur 61 untuk mencarikan topiku didalam kardus-kardus bekas yang berisi baju dengan nada yang sangat tinggi.
Aku berbicara kasar, "Maah, topi Inu ditaro mana sih??? Kebiasaan banget barang yang mau dipake selalu dipindah tanpa sepengetahuan orangnya".
Ibuku menjawab dengan sedih "Kamu kok bentak-bentak mamah kaya gitu sih? Kan semalem kamu yang naruh sendiri topi yang sering dipakai!?"
Tiba-tiba tanpa sadar dan sudah gelap mata, aku benar-benar melakukan sesuatu yang sangat durhaka, aku tendang kardus yang sedang ibuku pegang sambil duduk.
Dan ibuku menjawab dengan air mata berlinang di pipi, "Kamu durhaka Nu, mamah tidak marah kamu lakukan ini ke mamah. Tetapi Tuhan tidak terima jika ibu yang melahirkan dan membesarkan mu kau perlakukan seperti ini, silahkan jalan. Rasa sakit Mamah begitu besar." ujarnya menahan tangis.
Dengan angkuhnya aku berjalan ke depan pintu keluar dan mengambil kunci motor, di sinilah masalah baru datang.
Karena aku tidak membuka kedai kebab ku, aku tidak boleh membawa motor oleh kakakku, karena jika aku membawa motor sama saja aku mengingkari perjanjian yang sudah dibuat.
Aku berkata "Gue pengen jenguk temen gue yang kecelakaan parah dan niat gue baik, gue pun sekali-sekali boleh dong libur di hari Minggu dan membawa motor!?"
Abangku berkata "Gue gak perduli dengan urusan lo! Gue cuma ga suka lo bikin air mata mamah jatuh, ga ada lo pergi sebelum lo minta maaf!" teriaknya.
Karena dahulu aku adalah anak yang arogan dan tempramen, aku berkata sambil berteriak ke abangku "Lo cowo, gue pun cowo. Kalo emang lo mau dilihat Mamah sebagai pahlawan atau jagoannya Mamah,"
Semakin marah aku menantangnya, "Ayuk kita selesain masalah ini di luar, agar tidak ada yang bisa misahin. Gue bakalan puas bikin lo bersimpuh ke lutut gue,"
Abangku tidak berkata apa-apa lagi, tetapi terlihat dari raut wajahnya yang begitu marah kepadaku.
Aku tak tinggal diam, ada tongkat kaki tiga dari besi yang dahulu bekas dipakai oleh nenekku, dan tongkat itu lumayan berat.
Aku ambil kunci motor sambil aku tantang-tantang abangku untuk berkelahi di luar rumah agar tidak ada yang memisahkan kami.
Tak sengaja mataku melihat tongkat tersebut dekat dengan pintu, tanpa banyak bicara langsung aku ambil tongkat tersebut dan aku hantamkan berulang kali abangku.
Ketika abangku sudah lemas langsung saja kutancap gas motorku pergi ke RS.
Setelah aku berjalan ingin ke RS, aku berhenti untuk beli obat-obatan terlarang yang sekarang sedang marak di toko obat dimana-mana, sebelum aku beli aku bertanya kepada penjualnya, kira-kira seperti ini;
"Bang, lo jual obat yang masuk golongan psikotropika, emang ga takut ketangkep? Terlebih lagi lo jualan seperti orang jualan kebutuhan kosmetik!?" kata ku menatap tajam.
Dia pun berkata "Tenang saja dek, kita selalu aman karena hampir setiap bulannya kita memberikan uang koordinasi, biasalah uang tutup mulut."
Sudahlah aku tak ingin mengetahui lebih jauh, karena bukan kapasitasku. Aku hanya warga sipil biasa yang sedikit pengaruhnya.
Setelah itu aku bayar obat jenis alprazolam, dan riklona gunanya aku membeli obat tersebut untuk membuat diriku relax.
Kemudian sampailah diriku di depan RS. POLRI Kramatjati dan tak lama temanku juga bergantian datang.
Kira-kira itu pukul 16.00, memang kelewatan setengah jam sih dengan perjanjian yang sudah ditentukan, tetapi hanya kami berdua yang sudah sama-sama mengerti dan hanya tertawa saja.
Tak lama kemudian aku ajak temanku ini menuju ruang parkir motor, dan motor kita bersebelahan, so sweet sekali jadinya, hehe.
Aku menyuruh temanku untuk chat hubungi keluarga atau teman yang sudah dahulu berada di RS ini, agar kita mudah untuk mencari kamar inapnya.
Karena dariku hanya berkata "Iya Tante," tanpa ingin mengulik lebih jauh bagaimana keadaannya.
Tak lama kemudian kami masuk ke ruangan tersebut dan merasa bingung, karena ruangan ini sangat bersih dan seperti sangat steril dan pasiennya tergolong parah keadaannya.
Aku jalan berada di depan dan temanku di belakang. Suster bertanya "Cari siapa Mas?Apa kalian sudah izin dengan dokter di sana?", tanyanya sambil menunjuk dokter penjaga.
Saya jawab dengan lantang "Saya ingin bertemu teman saya Sus, yang bernama Yordan Cahyono!"
Suster bicara "Ini dia mas Yordan yang kalian cari."
Long story short, jam menunjukan pukul 21.00 dan kami lagi bercengkerama sambil menikmati sebatang rokok di smoking area, tiba-tiba temanku satu lagi datang ingin menjenguk juga.
Dan temanku ini tidak mau ditinggal pulang terlebih dahulu, jadinya kita menunggu kepulangan teman kita menjenguk sekitar pukul 22.30. Namanya kawan, mau tidak mau kita temani walaupun di hati sedikit gondok, hehe.
Ketika semua sudah pamit pulang, kami berdua janjian tapi tidak ada sama sekali yang tahu bahwa temanku dirawat di kamar inap atau blok apa.
Harap dimaklumi, umur-umur tanggung seperti kami sebenarnya asal kelihatan datang oleh teman lainnya untuk menjenguk, sudah cukup, wkwkw.
Kami susuri lorong-lorong dan blok-blok di RS ini, mungkin semua kamar rawat inap sudah kami kunjungi tetapi belum ada tanda-tanda balasan chat group atau kami melihat keluarga korban atau teman.
Tak lama kemudian kami beristirahat di selasar yang tengahnya ada ruangan ICU dan benar-benar kebetulan, kami melihat kakak dan ibu dari teman kami yang sakit.
Ibu temanku berkata, "Baru kalian yang datang, ya sudah Ndaru dan temannya silahkan masuk lihat temanmu yang sakit."
Sekira pukul 22.30 kami semua pamit menuju rumah masing-masing, kebetulan sekali temanku ada dua yang pulang ke rumah sejalan denganku, ya sudah ketika sampai Taman Mini, aku goda Gilang dan Raja untuk jangan pulang terlebih dahulu, tetapi kita minum-minuman keras dulu.
Biasanya Gilang adalah temanku yang tak pernah menolak ajakanku, tetapi entah ada angin apa, ia memacu motornya dan berhenti di bank dan kita bertiga juga berhenti.
Aku bertanya "Ada apa Ja berhenti? Mau minum-minum dulu?"
Raja tidak menjawab, tetapi pertanyaanku langsung disambar oleh Gilang "Gue lagi capek banget Ndaru, dari Depok ke Kramatjati, besok kuliah lagi. Nah lo kan mau jemput pujaan hati, pacar lo dari tadi?"
"Nah ya udah sekarang lo ke tempat temen-temen lo biasa nongkrong terus lo charge itu handphone langsung deh lo jemput."
Dalam pikiranku ada benarnya juga yang dikata Gilang. Ya sudah saya setuju mampir sebentar ke tempat teman-teman saya biasa kumpul.
Tiba di sana sudah ada 4 orang temanku dengan plastik-plastik minuman keras berserakan.
Bisa dikatakan banyak temanku yang bernama Gembul menyapaku, "Dari mana Ru? Kok muka lo lesu banget, nginep aja ga usah pulang."
Begitu juga ketiga temanku, aku jawab, "Iya nih capek banget dari Kramatjati, mana abis ini harus jemput bokin di Rawalumbu lagi. Udah janji soalnya mau makan, betewe gue numpang ngecas ya!?"
Di warung itu memang warung yang menjual pop ice dan sebagainya, aku pesan Good Day dengan rokok 6 batang sambil berkabar melalui telpon with my girlfriend, hehe.
Tak lama kemudian temanku membuka omongan "Ru minum dulu lah biar ga kusut, kayanya, lo kusut banget, udah itu minum lah. Welcome drink bro, kurang masih banyak tuh." bujuknya sambil menunjuk plastik yang masih ada minuman.
Seketika aku jawab dan hanya sekedar menghargai "Iya nih gue minum ya, tapi sorry gue gak bisa lama dan banyak minumnya. Soalnya mo makan sama pacar."
Lalu aku pamit untuk pulang dan pergi makan dengan pacarku, ketika sampai di rumah pacarku, tak kusangka dia ngambek ala-ala lah, katanya dirinya terlalu lama nunggu diriku.
Ya sudahlah akhirnya kami berdua mencari tempat makan, ketemu lah dengan pecel ayam kesukaanku.
Tetapi pacarku tidak mau makan dan tidak mau minum, akhirnya hanya aku yang makan dan minum.
Itu sekitaran pukul 02.00 dini hari, setelah makan langsung ku antar pulang pacarku ini, dan aku pun langsung menuju rumah.
Sesampainya di rumah tidak ada apa-apa, ketika malam itu aku tidur dan besok pagi pukul 10.20 terbangun, kepalaku benar-benar sakit luar biasa.
Sampai-sampai aku menjedotkan kepalaku ke tembok, ketika ibuku mengetahui apa yang aku alami, ibuku langsung memberiku sarapan nasi telor ceplok campur kecap.
Belum sempat tertelan sarapan tersebut aku langsung lari ke kamar mandi dan muntah. Dan aku perhatikan kotoran muntah ku seperti makanan yang semalam aku konsumsi.
Akhirnya ibuku menyuruh ku kembali istirahat, dan akhirnya aku terbangun jam 12.00 karena sangat mual dari jam 12.00 siang sampai jam 04.00 aku tak pernah berhenti muntah.
Kurang lebih 10 menit sekali aku muntah, pada pukul 02.00 dini hari perutku terasa sakit dan ibuku memberikan kompres air panas untuk perutku dan berkata,
"Jika sudah tidak kuat bilang ya agar kita ke UGD rumah sakit depan gang kita." ujar ibuku penuh kasih sayang.
Akhirnya ibuku tertidur, tapi aku tidak bisa sedikitpun tertidur, rasa sakit yang berawal dari perut perlahan naik ke dada, dan dada berasa sangat sesak.
Pukul 04.00 ketika abangku sedang tertidur lelap, ibu membangunkan nya dan minta tolong membawa diriku ke RS yang kurang lebih berjarak 150 m jauhnya.
Ketika sudah berada di dalam UGD semua nampak biasa saja, hanya saja aku terlalu dehidrasi.
Pada akhirnya dokter memberikan obat lambung sebelum makan, karena saya bilang bahwasanya dari tadi pagi perut saya belum terisi makanan, dan dokter berkata bahwa itu memang obat sebelum makan.
Dokter tersebut salah diagnosa penyakitku lantaran gejala yang timbul hampir sama, gejala keracunan miras oplosan dan asam lambung.
Setengah jam kemudian ketika ibuku bersama dokter yang tadi mengobati ku pergi untuk menebus obat.
Dan di situlah saya merasa kepanasan dan bosan, sampai-sampai saya bilang ke suster penjaga bahwa tindakan apalagi selanjutnya yang akan diberikan, karena dadaku sudah sangat sesak.
Tak lama kemudian suster jaga itupun memberikan 3 butir obat tablet, dan kembali berkata bahwa aku belum makan.
Dan suster pun berkata setelah meminum obat ini langsung makan apa yang ibuku bawa saja.
Setelah 10 menit kemudian aku muntah dan ditadah kantong plastik, ibuku mengambil obat, dokter jaga tidak tahu kemana bersama suster.
Saking bosannya diriku, aku pun ke depan pintu UGD sekalian membuang bekas muntahan ku, lalu aku duduk disana.
Di sinilah titik dimana keanehan terjadi di mataku terasa. Aku ingin pipis ke kamar kecil sudah ku lihat tanda yg ada di depan kamar mandi ternyata aku masuk kamar kecil perempuan.
Aku kembali lagi duduk di depan UGD , di depan UGD terdapat jam dinding berwarna putih analog, aku iseng melihatnya tetapi ada yang aneh di pandanganku jam tersebut berputar-putar tanpa ada yg menggerakkan dan muter-muter ke segala arah.
Aku kucek mataku, aku belum percaya dengan apa yang kulihat, tiba-tiba ada serombongan dokter berjas putih menghampiri dan melewati depan ku.
Ketika aku pandang dengan benar-benar ternyata dokter itu hanya satu, mataku yang tidak baik-baik saja.
Saking bosannya diriku menunggu ibuku menebus obat, karena kontrakanku tidak terlalu jauh.
Karena cenderung dekat aku nekat untuk pulang sendiri, awal-awal aku berhenti dikarenakan lambungku ketika jalan sangat sakit.
Kedua aku berhenti dikarenakan mataku sudah tidak bisa melihat jalanan aspal, jika aku analogikan seperti TV rusak.
Pada akhirnya dengan sekuat tenaga dan tumpah darah aku berhasil sampai di pintu kontrakanku, dan ketika sampai aku berteriak kepada abangku.
"Mas tolongin gue please, tolongin gue! Gue kenapa!?" Abangku yang tadi Shubuh mengantarkan ku ke RS merasa kaget, karena tadi Shubuh ketika abangku antar aku ke RS, tidak apa-apa.
Tak lama ibuku datang dan aku langsung teriak seperti yang ku teriakan kepada kakakku sebelumnya.
Akhirnya aku disuapi nasi kuning oleh ibuku, believe or not guys, ketika nasi kuning tersebut masuk dalam mulutku aku merasa seperti ada tenaga baru di badanku.
Tak lama aku tertidur, mungkin aku tertidur hanya 1 jam dan aku terbangun di Kasur minta-minta disiram karena aku merasakan panas yang amat panas. Aku demam tinggi.
Tiba-tiba aku pun tertidur lagi.
Kontrakan dekat dengan RS sudah pasti banyak perawat yang tinggal disana. Ibuku melihat tubuhku seperti alien, berwarna kehijauan.
Akhirnya ibuku lari ke sebelah kontrakan, kebetulan dia perawat senior di rumah sakit tersebut.
Datanglah dia melihatku, ketika dipegang nadiku, suster tersebut sontak teriak memanggil penghuni laki-laki yang lain untuk membawa kembali ke UGD.
Kata suster tersebut nadiku sudah lemah sekali dan sudah bisa dikategorikan kritis.
Di bawalah aku ke UGD yang tadi pagi aku datangi bersama ibuku, dan ternyata dokter jaganya belum ganti dan berkata;
"Kok pasien yang asam lambung tadi bisa separah ini?!"
Seketika segala tindakan di UGD dikerahkan untuk menyelamatkan aku, dokter senior yang menangani diriku mencari ibuku dan berkata, "Mohon maaf ibu, anak ibu sudah kritis sekali. Tinggal menunggu mukjizat dari Tuhan saja bu. Yang sabar!"
Singkatnya dalam dua minggu aku kritis dirawat. Banyak peristiwa mistis dan keajaiban yang Allah berikan di dalamnya.
Setelah sadar aku dipindah di ruang ICU. Aku di sana selama seminggu, dimana hampir setiap hari aku mendengar suara seperti sakaratul maut.
Dan aku selalu mendengar jika ada yang menjengukku mereka pasti berkata; "Daru, lo harus banyak bersyukur, lo hanya dikasih tidak bisa melihat, walaupun itu juga berat. Tapi yang harus lo tahu 4 orang yang minum-minuman keras sama lo meninggal satu-satu."
Di situlah aku sebulan dirawat di rumah sakit tak merasa sedih akibat kenikmatan daya lihat ku kini sudah dicabut.
Justru aku jauh lebih beruntung dan mendapatkan berkah bahwasanya aku masih diberi kesempatan oleh Allah untuk benar-benar bertaubat kepada Nya.
Semoga ini jadi pelajaran kisah tragis diriku agar para pembaca khususnya kalangan mudah untuk tidak sekali-kali mencoba narkoba dan dicampur dengan miras apalagi dalam keadaan perut kosong, makan terlambat. Semoga kisah ini jadi hikmah.
Aku, Ndaru, penyandang disabilitas tunanetra. [■]

Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan