iklan header
iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Ekonomi Kerakyatan-nya Prabowo Subianto

Prabowo: Intinya Adalah Bagaimana Ekonomi Suatu Bangsa Membawa Kepada Kesejahteraan Rakyatnya

diposting oleh : EKO PRASTYO on Minggu, Mei 31, 2009

JAKARTA, Kandidat2  — Menjelang PilPres 8 Juli nanti masing-masing paket pasangan capres-cawapres dalam pre-kampanye mereka sudah mulai menggulirkan isu-isu tentang kebijakan yang akan dijalankannya bila terpilih.

Prabowo Subianto dari Gerindra dalam iklan-iklannya di televisi sejak menghadapi Pileg lalu menggemborkan tentang Gelora Indonesia Raya bermodalkan kekuatan rakyat (paling tidak begitulah yang telah dikatakannya);

SBY dari Demokrat selaku capres incumbent dari hasil polling beberapa lembaga survey masih menyatakan dia yg paling populer ternyata memilih Boediono sebagai pasangannya sebagai cawapres.

Tersebar rumor sorotan terutama dari yang kurang setuju, bahwa Boediono ini adalah seorang penganut paham ekonomi neo-liberal. Sedangkan, JK masuk kunjungan ke pasar-pasar tradisional.

Kita tentu patut bersyukur bila kini media massa terutama televisi dapat marak menampilkan dan mengulas visi-misi dari paket-paket pasangan Capres-Cawapres ini.

Hal seperti ini tidak terbayangkan pada 15 tahun yang lalu, saat membicarakan tentang suksesi saja (istilah halus untuk satu niat menjungkalkan Soeharto dari kursinya karena sudah terlalu membosankan), sepertinya dianggap tabu, pamali.

Kini publik dapat menilai visi-misi orang yg akan mereka pilih sebagai pemimpin nomer satu Republik ini, dari beberapa pilihan, lewat media televisi. Tentu kita patut bersyukur.

Dari banyak stasiun televisi yang tayangkan itu dengan modelnya masing-masing.

TVRI dengan acara Dialog Aktual Plus juga menghadirkan capres/cawapres ini. Pada Kamis 28 Mei 2009 jam 22.00-23.00 WIB ditampilkan lah Prabowo Subianto, sedangkan pada pada Senin 1 Juni 2009 yang akan datang, akan ditampilkan Boediono.

Pada saat menampilkan Prabowo ini, host didampingi oleh beberapa akademisi FE-UI anatar lain: Prof. Sri Edi Swasono, Dr. Nina; dan Prof. Irwan dari Universitas Andalas. Berikut ringkasan yang sempat saya catat:

Pengantar pembuka, menampilkan opini pandangan terhadap acara ini (direkam sebelumnya), dari;

Firmanzah, PhD (Dekan FE UI): Apa yang mulai sering diungkapkan tentang wacana Ekonomi Kerakyatan selama ini kurang mendalam kajiannya.

Memang perlu dipertemukan antara akademisi dengan politisi, sehingga bagaimana nanti menjadi public policy yg realistis dapat diterapkan.

Ekonomi global sekarang saling terkait satu sama lain. Bagaimana dengan kajian ini nanti kita dapat mendudukkannya dalam konstelasi nasional, regional, internasional.

Selanjutnya, Pendidikan Politik yg terkait dengab isu-isu ekonomi dapat kita lakukan.

Prabowo Subianto ditanya (T) host : Apa yg Anda maksudkan dengan ‘ekonomi kerakyatan’?

Jawab Prabowo (J) : Intinya adalah bagaimana ekonomi suatu bangsa membawa kepada kesejahteraan rakyatnya.

Visi-Misi saya ini telah muncul saya mulai sejak tahun 97-98 saat ekonomi kita mengalami crash, mengalami krisis; padahal kita ingat benar pada tahun 1997 World Bank memuji-muji Indonesia. Saat krisis itu nilai rupiah hancur, dari awalnya 2.000/US$ menjadi 15.000/US$, merosot 7 x lipat.

Dilihat dari neraca ekspor-impor, sesungguhnya sebagai bangsa kita untung.

Kalau demikian, kalau sebagai bangsa kita untung, kok kita alami krisis?

Ternyata… pada 1997-1998 itu, neraca untung 25 miliar US$/tahun. Selama 12 tahun.

Seharusnya devisa 300 miliar US$. Tetapi mengapa dari laporan yang dirilis BI tak lebih banyak dari 60 miliar US$?

Ini karena kita tidak mampu menjaga kekayaan alam yang ada di negeri kita.

Dalam hal pilihan kebijakan ekonomi, saya tidak mempermasalahkan istilah, apakah itu neo-liberal, neo-klasikal;… tapi ubahlah.

Saya sudah membaca tulisan-tilisan dari Pak Edi Swasono, Pak Mubyarto. Pasal 33 UUD ’45 itu sudah kita tinggalkan berapa puluh tahun?

(T)
: Bagaimana caranya?

(J) : Kita lihat mana sektor di mana Indonesia masih punya keunggulan? Ya Pertanian!

Wilayah kita ini adalah 1/3 zona tropis dunia. 11% dari 33% zona tropis dunia. Kita dapat panen 2-3 kali setahun. Air hujan sepanjang tahun.

Masalah mendasar adalah kemiskinan. Sektor pertanian paling banyak dan cepat menyerap Tenaga Kerja dan memperoleh nilai tambah kembali.

Beras 120 hari. Jagung 95 hari. Bisa cepat dapat keuntungan. Kita masih punya lahan. Justru kita punya 59 juta hektar hutan yang rusak, diubah menjadi lahan produktif.

Dari pertanian bisa swasembada energi, bio-fuel; bisa jadi penyuplai dunia, net-eksporter untuk dunia.

Dr. Nina (FE UI) : Ini kebijakan yang menarik. Dalam hal kebijakan pertanian, dibanding kebijakan pemerintah sekarang, perbedaannya di mana?

Prabowo : Padapemerintah sekarang, APBN kita tahun ini Rp 1000 triliun (=100 miliar US$), hanya 1,6 % untuksektor pertanian. 1,6 % saja!

Ini jelas bukan pro-poor. Padahal pemerintah juga mengalokasikan stimulus Rp 37 triliun untuk hadapi krisis global, dan yang diberi adalah perusahaan-petusahaan besar. 

Kita dapat lihat bukankah Kebijakan antara lain; dicerminkan oleh anggaran-anggaran, proyek-proyek?

Tapi apa yang terjadi? Memberi kredit untuk bikin apartemen mewah. Ini bukan ekonomi kerakyatan.

BRI memiliki 32 triliun; masih membiayai apartemen-apartemen mewah. Ini tidak berpihak kepada ekonomi kerakyatan. Ini ketidak-adilan sistemik.

Prof. Irwan (Univ. Andalas) : Kalau menyimak paparan tadi, betapa terlihat untuk niatan sudah adil dan makmur secepat mungkin.

Kita lihat Thailand, di sana ada Thai Farmer Bank yang benar-benar mengurusi petani. Apakah mau dibuat plat khusus utk itu? …

Selama ini memang terlalu banyak beban bagi rakyat bila mau pinjam duit. Mereka tak punya pengetahuan dan akses tentang itu.

Lalu juga Produksi mau dikemanakan, kalau memang subur? Ini memang visi bahwa bagaimana menciptakan titik tumbuh tidak hanya di Jakarta, bagaimana?

Selama ini masih yg terjadi adalah APBN masih menanggung APBD. Nasional masih menanggung daerah.

Nah visinya, harapannya di masa depan nanti, Daerah-lah yg justru kasih makan Presiden. APBD beri makan APBN. Bagaimana caranya ini?

Prabowo : Dulu BRI itu bank koperasi tani dan nelayan, itu dulunya BRI. Tapi kini pemimpin-pemimpin bank lupa akan tanggung-jawabnya.

Mau dibuat apa jagung? Lah Pemerintah harus ikut terjun, ikut intervensi! Kalo neo-klasikal itu = pemerintah nonton saja, jadi wasit saja.

Neo-liberal = semua akan diatur dikoreksi oleh pasar = invisible-hand.

Apa invisible-hand ini? Tangan hantu? (audiens tertawa)

Diserahkan kepada tangan yang tak terlihat?Dulu kita punya Bulog, koperasi-koperasi, KUD-KUD, .. jangan dibubarkan semua dulu belum bagus, tapi perlu diperbaiki, bukannya dibubarkan.

Pemerintah memberikan dukungan kepada dukungan-dukungan politis. Kini kita masih impor singkong!

Garam saja masih impor. Pemerintah harus intervensi. Pemerintah jangan hanya jadi wasit.

(T): Pemerataannya?

(J): Janganlah lembaga-lembaga keuangan beri perhatian kepada sektor-sektor mewah. Pada saat crash, kita ingat yang menopang adalah ekonomi rakyat. Pengusaha besar ngemplang hutang semua.

Prof. Edi: Neo-liberalisme= menggusur orang miskin. Ekonomi sekarang memang demikian. Mall baru akan menggusur ekonomi tradisional.

Dimana-mana sekarang ada Carrefour, menggasak retail-retail kita, mengaku bukan neo-liberal, tapi penggusuran orang miskin jalan terus.

No. 1: Sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Pasar, bagaimana? Bagaimana dengan penggusuran? … HKTI juga? Apa secara sistematis jabatan-jabatan itu disiapkan? (audiens tertawa) … maksud saya, kalau memang disiapkan, itu kan baik?

No. 2: Bank mengenakan bunga. Padahal ciri orang miskin = tak bisa membayar bunga. Jaminan? Orang miskin tak bisa memberi jaminan. Apakah dengan demikian UU Perbankan akan Anda ubah?

Prabowo: Di HKTI itu saya diminta jadi Ketua Umum. Kita sudah melakukan beberapa advokasi, dan sudah pengaruhi beberapa kebijakan.

Tapi untuk Pupuk memang belum. Sedangkan di Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional (APPTSI), Saya kaget (saat ada yg mengajukan / mengusulkan dirinya menjadi Ketua – pengutip).

Kok saya? Ternyata, pada waktu-waktu akhir ini sudah kejadian setiap minggu satu pasar terbakar.

Mereka bilang: “Pak, itu bukan terbakar. Itu dibakar.” Setiap minggu satu pasar terbakar. Setiap habis, datang developer kembangkan pasar baru. Kemudian dibangunlah pasar baru, … harga sudah tidak terbayar! Di blok M harganya per meter lebih mahal daripada Orchard Road (red: Singapura), bahkan daripada New York!

Ini menunjukkan tidak adanya keberpihakan dari pemimpin-pemimpin untuk membela rakyatnya sendiri.

Saya terjun ini karena memang didesak oleh mereka yang jadi anggota APPTSI dan HKTI.

Mereka bilang: “Kalau kita tak masuk, kita selalu dirugikan terus, pak. Kalau kita tak masuk.”

… UU Perbankan? Kalau bank-bank pemerintah itu di bawah eksekutif, Dirut-dirutnya bisa dipanggil.…. Tepuk tangannya di sini (sahut Prof Edi).

Kebijakan perbankan?
Bank-bank pemerintah itu dengan kehendak politik, direksi diberi mission yang jelas.

Dalam hal micro-financing itu, sesungguhnya bukan Bangladesh yang memulai.

Kita (/BRI?) dulu pernah tentang UU itu; kita akan kumpulkan ahli-ahli Prof.… Dengan kehendak politik, kita bisa larang juga beri lagi kredit untuk proyek-proyek bangun mewah-mewah.

Sulastri Surono (FE-UI) : Hutan kita 59 juta hektar mau ditanami bio-etanol? Untuk itu butuh anggaran. Bagaimana kita akan membayar hutang? Akan mengemplang-kah? Argentina pada 2001 tidak membayar hutang…. … Bagaimana pertumbuhan ekonomi double digit?

Prabowo : Dalam praktek dagang ya, sesungguhnya sangat lazim, minta dijadwalkan kembali itu. Begitu dalam praktek dagang. Tak ada alasan untuk tidak re-schedule of debt payment.

Sebagai contoh, tahun 2009 ini kita harus bayar hutang 10 miliar US$ (Rp 95 triliun) untuk pokok dan bunganya. Bagaimana kalau bayarnya itu 5 tahun lagi atau 10 tahun lagi. Ini dapat utk investasi itu.

Dalam waktu sekian tahun kita dapat bayar utang, krn kita dapat nilai tambah. 1 hektar = 19-20 ton etanol per tahun. Aren hutan produksi, 80 juta ton etanol itu equivalen dengan… BBM.

Edi Swasono : Ada satu catatan, pak. Ada utang IMF yang memang bisa jangan dibayar dulu, karena kesalahan IMF dan didikte oleh IMF. Kalau itu kesalahan IMF, ngapain dibayar?

Dibuka pertanyaan dari floor audience yg hadir di studio:

Nining Susilo (Kepala UKM Centre FE-UI): Saya mengurusi 48 debitur, pengusaha mikro kecil. 10 dalam skala Grameen Bank. Bagaimana kami menangani orang miskin ini. Ekonomi kerakyatan itu bahasanya nurani, menangani orang kecil.

Jangan salah (pak Edi). Orang kecil itu mampu membayar suku bunga! Ciptakanlah orang miskin punya bank sendiri.

Prabowo: Itulah arahnya, orang miskin mampu bayar. Betapa multiplier effect yang dapat dicapai dari itu.

Edi: Memang orang kecil kan tidak punya jaminan. Pasal mengenai jaminan harus diamandemen.

Prof. Irwan : Rakyat ini ada di desa dan daerah. Yang paling dekat dengan rakyat adalah Bupati, atau Gubernur; Camat dan lain sebagainya. Apakah Prabowo akan meng-otak-atik UU Otonomi . Mau diatur semua dari Pusat?

Prabowo : Tentu tidak. Tapi kita perlu efisiensi uang rakyat. Kita tak mau lagi ke ekonomi sentralistis. Uang yang digunakan pemerintah jangan malu dipertanyakan; itu uang di mana dipergunakan? BUMN harus digunakan sebagai lokomotif, bukan dijual, bukan diprivatisasi.

Ada yang terlupa dari Bu Sulastri tentang dua digit tadi: Ini sekarang jadi polemik.

Awalnya… saya tercengang saat Januari lalu mendapat kajian dari badan riset luar negeri tentang GDP Indonesia; kalau 1 digit, masih jauh GDP 200 dolar itu.

Kenapa kok kita puas dengan sasaran satu digit? Kita akan menerima vonis, masih miskin 50 tahun lagi.

Apa ini yang kita mau setelah 100 tahun merdeka? Kita biasa untuk dialog, dengan ahli ekonomi? Mau diskusi? Saya siap. Saya yakin itu tidak mustahil.

Edi: Ini karena tidak mendayagunakan resources-base lokal, they don’t transform ‘beban’ menjadi ‘asset’? Bagaimana caranya?

Prabowo: Saat saya jadi tentara, kita mendapat falsafah : Tidak ada prajurit yang jelek, yang ada hanya komandan-komandan yang jelek. Kita harus berpihak kepada bangsa sendiri.

Host memberikan kesempatan kepara Dr. Nina untuk memberikan penilaian

Dr. Nina: Kendala kita sesungguhnya sudah termasuk berpendapatan menengah, tapi kekepara

Dengan strategi yang dikemukakan: pertanian, pro-poor, ke mikro; itu ada 2 kemungkinan. Bisa tidak penting-lah pertumbuhan itu, karena yang penting adalah penyediaan lapangan kerja.

Saya tanya: Shift kalau target ini (pertumbuhan-peng.) tak tercapai bagaimana? BUMN menjadi motor, seperti apa? Tak hanya pro-poor, engine-nya itu?

Prabowo: Saya termasuk sangat keras menentang penjualan-penjualan BUMN. Saya ada mendengar akan ada Privatisasi lagi 33 -35 BUMN?

Tapi karena ini menjelang Pemilu lalu agak diubah? (audiens tertawa).

Ini saya tentang. Dari sudut pandang yang saya yakini: ekonomi suatu bangsa, survival bangsa itu? Kalau dijual, berarti tidak punya pertahanan ekonomi lagi.

Kita akan telanjang. BUMN ini pencetak uang yg sangat banyak. Di Singapore itu 70% adalah BUMN. BUMN menjadi motor alias lokomotif.

China, India, … Perancis. Kalau PLN privatisasi atau diswastakan, bayangkan! Kini pelabuhan-pelabuhan mulai dikuasai oleh swasta asing . Ini membahayakan.

Prof. Irwan : Jarang paralel; pertumbuhan dengan pemerataan itu. Kalau mengejar pertumbuhan, pemerataan tertinggal. Pertumbuhan = investasi. Investasi = pebisnis kelas kakap. Bagaimana ini agar konsisten?

Prabowo : Yang menciptakan lapangan kerja banyak! Bukan pertumbuhan akan membebankan pemerataan.

Kalau itu, pertumbuhan dengan kerangka pertumbuhan neo-klasikalneo-liberal.

Tapi kalo kita, kita akan gunakan BUMN untuk mendorong. Kalau investor-investor asing melihat, tertarik, kalau dari luar, ya monggo. Uang rakyat tidak akan kita lepas. Invisible hand….?

Realistis-kah ini? Saya bukan hanya asal … e.. njeplak, ya. Sudah satu tahun lebih ini saya kumpulkan kelompok pemikir.

Mengkaji rekomendasi-rekomendasi. Kalau ada waktu 3,5 jam saya akan siap siap bertemu dengan ahli-ahli, …. tentu saja saya juga didampingi dengan ahli-ahli yang mendukung. (audiens tertawa).

Prof. Edi: Pesan untuk Pak Prabowo, kalau terpilih, hati-hatilah memilih anak buah. Yang punya hobi menjual itu anak buahnya. Hati-hati memilih anak-buah.

….

Begitulah yang sempat saya catat. Tentu Anda yg tahu banyak ilmu ekonomi dapat menilainya jauh lebih baik daripada saya.

Kalau saya sih, catatan di atas menarik karena ada yang membuka wawasan saya.

Tentang benar-tepat atau tidaknya dari segi keilmuan, realistis atau tidaknya; tentu saja saya tidak tahu. Anda yang lebih tahu saya mohon komentarnya.

Kutipan: THE NURDAYAT FOUNDATION
Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara
iklan header

Post a Comment

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

أحدث أقدم
Pimpinan DPRD Kota Bekasi