Bagaimana Prabowo menggambarkan kemiskinan rakyat Indonesia?
Jakarta, dobeldobel.com
Memperhatikan kampanye-kampanye yang dilakukan Cawapres Prabowo, maka mau nggak mau saya melihat banyak sisi kreatif ide dan komunikasi taktis serta strategis yang dilakukan sang kandidat termuda ini. Berikut berita yang saya peroleh dari internet.
Jakarta - Cawapres Prabowo memaparkan visi misi menyangkut pembangunan diri bangsa. Menurut Prabowo, pembangunan jati diri tidak akan berhasil tanpa pembangunan ekonomi. Saat memaparkan soal kemiskinan, Prabowo menunjukkan selembar uang Rp 20 ribu.
"Cita-cita kita ingin membangun masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Tidak ada jati diri bngsa yang bisa lepas dari kemakmuran. Bila miskin bangsa itu akan punya jati diri lemah," kata Prabowo dalam debat cawapres di Studio SCTV, Senayan City, Jakarta Selatan, Selasa (23/6/2009).
Prabowo prihatin bangsa yang telah merdeka secara politik selama 64 tahun ini masih ditinggali oleh sekian banyak orang miskin. Berdasarkan standar Bank Dunia, kata Prabowo, hampir 50 persen penduduk Indonesia, yakni 115 juta orang, hidup dengan kurang dari Rp 20 ribu per hari.
"Mereka hidup dengan kurang dari Rp 20 ribu," tegas Prabowo seraya mengeluarkan selembar uang Rp 20 ribu dari saku kemeja batiknya dan membebernya ke arah hadirin.
"Kalau di Senayan City, 1 cangkir saja tidak bisa kita beli," imbuh mantan Pangkostrad ini dengan penuh semangat.
Dia mengatakan, kekayaan Indonesia selama ini terus mengalir keluar dan tidak dinikmati oleh bangsa sendiri. Jika itu tidak dihentikan, Prabowo yakin pembangunan jati diri bangsa akan gagal.
"Tidak bisa kita membangun jati diri tanpa menyelesaikan masalah kunci, yakni menyelamatkan kekayaan agar tidak bocor ke luar negeri," tegasnya.
Untuk mewujudkan itu, Prabowo bersama Mega berjanji menerapkan ekonomi kerakyatan. Dengan ekonomi kerakyatan, kekayaan Indonesia bakal dinikmati seluruh masyarakat secara merata, tidak hanya oleh segelintir orang yang diuntungkan dengan sistem. ( sho / nrl )
detikPemilu.
Jakarta, dobeldobel.com
Memperhatikan kampanye-kampanye yang dilakukan Cawapres Prabowo, maka mau nggak mau saya melihat banyak sisi kreatif ide dan komunikasi taktis serta strategis yang dilakukan sang kandidat termuda ini. Berikut berita yang saya peroleh dari internet.
Jakarta - Cawapres Prabowo memaparkan visi misi menyangkut pembangunan diri bangsa. Menurut Prabowo, pembangunan jati diri tidak akan berhasil tanpa pembangunan ekonomi. Saat memaparkan soal kemiskinan, Prabowo menunjukkan selembar uang Rp 20 ribu.
"Cita-cita kita ingin membangun masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Tidak ada jati diri bngsa yang bisa lepas dari kemakmuran. Bila miskin bangsa itu akan punya jati diri lemah," kata Prabowo dalam debat cawapres di Studio SCTV, Senayan City, Jakarta Selatan, Selasa (23/6/2009).
Prabowo prihatin bangsa yang telah merdeka secara politik selama 64 tahun ini masih ditinggali oleh sekian banyak orang miskin. Berdasarkan standar Bank Dunia, kata Prabowo, hampir 50 persen penduduk Indonesia, yakni 115 juta orang, hidup dengan kurang dari Rp 20 ribu per hari.
"Mereka hidup dengan kurang dari Rp 20 ribu," tegas Prabowo seraya mengeluarkan selembar uang Rp 20 ribu dari saku kemeja batiknya dan membebernya ke arah hadirin.
"Kalau di Senayan City, 1 cangkir saja tidak bisa kita beli," imbuh mantan Pangkostrad ini dengan penuh semangat.
Dia mengatakan, kekayaan Indonesia selama ini terus mengalir keluar dan tidak dinikmati oleh bangsa sendiri. Jika itu tidak dihentikan, Prabowo yakin pembangunan jati diri bangsa akan gagal.
"Tidak bisa kita membangun jati diri tanpa menyelesaikan masalah kunci, yakni menyelamatkan kekayaan agar tidak bocor ke luar negeri," tegasnya.
Untuk mewujudkan itu, Prabowo bersama Mega berjanji menerapkan ekonomi kerakyatan. Dengan ekonomi kerakyatan, kekayaan Indonesia bakal dinikmati seluruh masyarakat secara merata, tidak hanya oleh segelintir orang yang diuntungkan dengan sistem. ( sho / nrl )
detikPemilu.
Jakarta - Utang pemerintah dalam kurun empat tahun terakhir rata-rata meningkat sekitar Rp 100 triliun per tahun. Peningkatan terjadi baik pada utang luar negeri maupun surat berharga. Demikian ditegaskan pengamat ekonomi Ichsanuddin Noersy.
BalasHapusKepada harian Merdeka, beberapa waktu lalu, Ichsanuddin mengungkap, utang pemerintah pada tahun 2004 sebesar Rp 1.275 triliun. Sementara awal tahun 2009 melonjak menjadi Rp 1.667 triliun.
"Jika diambil rata-rata, maka dalam empat tahun terakhir, utang pemerintah mencapai Rp 100 triliun per tahun," kata mantan anggota DPR-RI dari Fraksi Golkar tersebut.
Komposisinya, tambah Ichanuddin, pinjaman luar negeri meningkat dari Rp 613 triliun menjadi Rp 764 triliun. Sementara surat berharga negara meningkat dari Rp 662 triliun menjadi Rp 920 triliun.
"Melihat fakta-fakta itu, maka klaim pemerintah bahwa utang kita sudah menurun, salah besar," kata pengamat ekonomi yang selama ini dikenal suka bicara apa adanya tersebut.
Sebagai perbandingan: selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, jumlah utang sebesar Rp 1.500 triliun, atau hanya meningkat sekitar Rp 46.875 triliun per tahun. Sementara di era pemerintahan Megawati selama 3.5 tahun, utang cuma meningkat Rp 12 triliun, atau 4 triliun per tahun. (adv/adv)
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan