JAKARTA- CEO PolMark Indonesia, Eep Syaifulloh Fatah, mengatakan bahwa pengungkapan skandal Bank Century justru semakin meningkatkan popularitas Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Bersamaan dengan itu, kata Eef, popularitas Presiden SBY terus menurun.
"Segi manajemen dukungan publik atau popularitas, selepas kasus Century, dukungan popularitas Boediono dan Sri Mulyani justru meningkat. Sedangkan popularitas SBY terus menurun. Ini hasil evaluasi yang belum kita publish namun sangat perlu mendapat perhatian pemerintah khususnya SBY sendiri," kata Eep saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Citi Indonesia; Economic and political Outlook di Jakarta, Kamis (18/3).
Penyebab dari turunnya popularitas SBY ini kata Eep, karena publik menilai bahwa Presiden SBY yang seharusnya tampil percaya diri, justru tidak menunjukkan sikap yang diinginkan publik. Akibatnya, publik menilai SBY lamban mengambil keputusan dan sikap hati-hati SBY dalam mengambil kebijakan tidak disukai oleh masyarakat. Terlebih saat situasi politik mulai memanas ketika Pansus Century bekerja.
"Di saat seharusnya Presiden mengambil sikap, SBY justru memilih diam. Harusnya bertindak cepat, SBY justru sangat lamban. Saat seharusnya SBY menyatakan bertanggungjawab (bailout Century), SBY mengatakannya setelah 3 bulan dan itu sangat-sangat terlambat. Kalau seandainya popularitas SBY yang terus menurun ini tidak di-support oleh Wapres Boediono, ini akan berdampak sangat serius pada kepercayaan publik terhadap kepemimpinannya," kata Eep.
Seharusnya kata Eep, SBY saat ini berada di atas angin dari segi "kekuatan politik". Karena kepemimpinan kedua SBY di pemerintahan dan posisi SBY sangat kuat untuk melakukan perlindungan politik pemerintahan. Lima tahun ke depan merupakan tahun terakhir bagi SBY menjadi Presiden RI.
"Di kepemimpinan kedua ini, harusnya SBY tidak lagi memikirkan soal popularitas karena tidak ada lagi yang harus dikejar. Sikap hati-hati dan lamban bersikap tidak selamanya baik. Justru membahayakan pemerintahan karena bisa diintervensi lawan politik," kata Eep.(afz/jpnn)
"Segi manajemen dukungan publik atau popularitas, selepas kasus Century, dukungan popularitas Boediono dan Sri Mulyani justru meningkat. Sedangkan popularitas SBY terus menurun. Ini hasil evaluasi yang belum kita publish namun sangat perlu mendapat perhatian pemerintah khususnya SBY sendiri," kata Eep saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Citi Indonesia; Economic and political Outlook di Jakarta, Kamis (18/3).
Penyebab dari turunnya popularitas SBY ini kata Eep, karena publik menilai bahwa Presiden SBY yang seharusnya tampil percaya diri, justru tidak menunjukkan sikap yang diinginkan publik. Akibatnya, publik menilai SBY lamban mengambil keputusan dan sikap hati-hati SBY dalam mengambil kebijakan tidak disukai oleh masyarakat. Terlebih saat situasi politik mulai memanas ketika Pansus Century bekerja.
"Di saat seharusnya Presiden mengambil sikap, SBY justru memilih diam. Harusnya bertindak cepat, SBY justru sangat lamban. Saat seharusnya SBY menyatakan bertanggungjawab (bailout Century), SBY mengatakannya setelah 3 bulan dan itu sangat-sangat terlambat. Kalau seandainya popularitas SBY yang terus menurun ini tidak di-support oleh Wapres Boediono, ini akan berdampak sangat serius pada kepercayaan publik terhadap kepemimpinannya," kata Eep.
Seharusnya kata Eep, SBY saat ini berada di atas angin dari segi "kekuatan politik". Karena kepemimpinan kedua SBY di pemerintahan dan posisi SBY sangat kuat untuk melakukan perlindungan politik pemerintahan. Lima tahun ke depan merupakan tahun terakhir bagi SBY menjadi Presiden RI.
"Di kepemimpinan kedua ini, harusnya SBY tidak lagi memikirkan soal popularitas karena tidak ada lagi yang harus dikejar. Sikap hati-hati dan lamban bersikap tidak selamanya baik. Justru membahayakan pemerintahan karena bisa diintervensi lawan politik," kata Eep.(afz/jpnn)
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan