Peringatan 80 Tahun RI, Bekasi Disentil Soal Monumen yang Terlupakan, Keping Tembaga Tugu Raib, Kelalaian Pemkot

Sejumlah anggota Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) Distrik Kota Bekasi memilih mengisi momentum itu dengan aksi bersih-bersih di Monumen Perjuangan Kali Bekasi, di tepi jembatan rel kereta api, Kali Bekasi Jl. Ir H. Juanda, Bekasi Timur, kota Bekasi.
Namun, di balik kegiatan simbolik tersebut, kritik tajam dilontarkan kepada pemerintah daerah.
Ketua Distrik GMBI Kota Bekasi, Zakaria, bersama sekretarisnya, Asep, menilai peringatan hari kemerdekaan di kota ini sering kehilangan substansi.
Monumen yang Terabaikan
Menurut mereka, Monumen Perlawanan Kli Bekasi yang secara simbolik gambarkan perlawanan Rakyat Bekasi terhadap kejamnya penjajahan Jepang adalah titik penting sejarah.
Di tempat inilah pertempuran besar pernah terjadi, namun kini kondisinya dinilai memprihatinkan.
Sejumlah keping lempengan logam tembaga yang seharusnya menghiasi monumen bahkan disebut hilang.
"Dulu ada sepuluh lempengan tembaga, sekarang banyak yang lenyap. Ini jelas tanggung jawab pemerintah kota," kata Zakaria.
Sekretaris GMBI Distrik Kota Bekasi, Asep Sukarya menjelaskan, "Supaya gak salah persepsi, yang di puncak tugu secara simbolik itu benar tembaga berwarna keemasan dan itu masih ada,"
"Sedangkan yang hilang itu adalah 10 keping lempengan tembaga yang berwarna kehitaman! Biar gak salah persepsi." tegas Asep lagi.
GMBI dalam hal ini Ketua Abah Zakaria menuding pemerintah daerah maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat lalai menjaga situs sejarah.
Padahal, anggaran pemeliharaan sudah tersedia. "Situs bersejarah ini dibiarkan terbengkalai, seakan tak masuk prioritas," imbuhnya.
Kritik Lebih Luas
Kritik GMBI tidak berhenti pada soal monumen. Mereka menyinggung soal "kemerdekaan hakiki" yang dinilai belum sepenuhnya dirasakan masyarakat.
"Rakyat kecil masih termarjinalkan. Banyak pejabat justru memperparah ketimpangan," ucap Asep.
Zakaria pun menyayangkan gaya kepemimpinan pemerintah yang, menurutnya, lebih sering sibuk menggusur warga ketimbang mencari solusi.
"Pemerintah jangan hanya pandai beretorika. Amanahnya adalah menyejahterakan rakyat, bukan menambah beban hidup mereka," katanya.
Harapan ke Depan
Menjelang usia ke-80 tahun Republik Indonesia, GMBI berharap pemerintah lebih serius dalam merawat situs sejarah sekaligus memperhatikan nasib masyarakat kecil.
"Indonesia belum merdeka sepenuhnya. Kemerdekaan sejati itu ketika rakyat hidup sejahtera, hukum ditegakkan, dan situs sejarah dihargai," tutup Abah Zakaria. [■]


Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan