Hasil otopsi Ardiansyah, wartawan Merauke yang tewas di Kali Maro beberapa waktu lalu akhirnya diumumkan oleh Mabes Polri (20/8). Wakil Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian Komisaris Besar Untung Yoga Ana kepada wartawan menyebutkan bahwa Alm. Ardiansyah masih hidup saat dimasukkan kedalam air.
Ia juga menyebutkan bahwa hasil otopsi menunjukkan jika gigi depan korban memang tanggal dan pada beberapa bagian tubuh korban terdapat bengkak, keduanya kemungkinan akibat pukulan benda tumpul. Meskin demikian, menurut Kombes Untung Yoga, untuk menyimpulkan apakah kematian korban akibat pembunuhan atau bukan, masih harus menunggu hasil otopsi organ tubuh korban dari Labfor Makasar
Hasil otopsi ini sesuai dengan keterangan keluarga korban yang menyebutkan bahwa ada beberapa keganjilan saat korban diangkat dari Sungai Maro, terutama tanda-tanda penganiayaan di leher korban dan bengkak-bengkak di sekitar tubuh korban. Dari hasil investigasi AJI Jayapura juga diketahui bahwa kepergian Ardiansyah sekitar pukul 13.00 WIT pada saat hari ia dilaporkan hilang, Ardiansyah diduga telah menemui seseorang disuatu tempat.
Entah apa yang terjadi selama kurang lebih tiga jam dengan orang tersebut, namun kemudian yang terjadi adalah, ia tak lagi pulang ke rumah selamanya. Motor Ardiansyah berdasarkan kesaksian seorang anggota Polres Merauke, berada dilokasi kejadian di Jembatan Tujuh Wali-Wali, Merauke sekitar pukul 16.00 WIT. Namun kesaksian lain dari para sopir truck dari Distrik Semangga, selama dalam perjalanan bolak balik melintasi jembatan itu, mereka tak pernah melihat motor pada jam 16.00 WIT, tapi malah melihatnya sekitar pukul 18.00 WIT. Motor tersebut diparkir dipinggir jembatan dengan kondisi tanpa kerusakan.
Ada dugaan, pada jam 16.00 WIT, motor Ardiansyah memang berada di TKP, namun kemudian dibawa pergi oleh seseorang. Selang beberapa lama, motor tersebut diletakkan kembali sekitar pukul 18.00 WIT ditempat semula.
Ketua AJI Kota Jayapura, Victor Mambor saat dihubungi menegaskan kembali agar pihak kepolisian agar segera mengungkap siapa pelaku pembunuhan almarhum Ardiansyah, jika memang amarhum dibunuh.
Ia juga menyebutkan bahwa hasil otopsi menunjukkan jika gigi depan korban memang tanggal dan pada beberapa bagian tubuh korban terdapat bengkak, keduanya kemungkinan akibat pukulan benda tumpul. Meskin demikian, menurut Kombes Untung Yoga, untuk menyimpulkan apakah kematian korban akibat pembunuhan atau bukan, masih harus menunggu hasil otopsi organ tubuh korban dari Labfor Makasar
Hasil otopsi ini sesuai dengan keterangan keluarga korban yang menyebutkan bahwa ada beberapa keganjilan saat korban diangkat dari Sungai Maro, terutama tanda-tanda penganiayaan di leher korban dan bengkak-bengkak di sekitar tubuh korban. Dari hasil investigasi AJI Jayapura juga diketahui bahwa kepergian Ardiansyah sekitar pukul 13.00 WIT pada saat hari ia dilaporkan hilang, Ardiansyah diduga telah menemui seseorang disuatu tempat.
Entah apa yang terjadi selama kurang lebih tiga jam dengan orang tersebut, namun kemudian yang terjadi adalah, ia tak lagi pulang ke rumah selamanya. Motor Ardiansyah berdasarkan kesaksian seorang anggota Polres Merauke, berada dilokasi kejadian di Jembatan Tujuh Wali-Wali, Merauke sekitar pukul 16.00 WIT. Namun kesaksian lain dari para sopir truck dari Distrik Semangga, selama dalam perjalanan bolak balik melintasi jembatan itu, mereka tak pernah melihat motor pada jam 16.00 WIT, tapi malah melihatnya sekitar pukul 18.00 WIT. Motor tersebut diparkir dipinggir jembatan dengan kondisi tanpa kerusakan.
Ada dugaan, pada jam 16.00 WIT, motor Ardiansyah memang berada di TKP, namun kemudian dibawa pergi oleh seseorang. Selang beberapa lama, motor tersebut diletakkan kembali sekitar pukul 18.00 WIT ditempat semula.
Ketua AJI Kota Jayapura, Victor Mambor saat dihubungi menegaskan kembali agar pihak kepolisian agar segera mengungkap siapa pelaku pembunuhan almarhum Ardiansyah, jika memang amarhum dibunuh.
“Sudah jelas, pihak Mabes Polri sendiri yang menyebutkan jika almarhum dipukul kemudian ditenggelamkan, sesuai dengan hasil otopsi. Kemungkinan besar pembunuhan almarhum ini memang berkaitan dengan teror wartawan yang terjadi pada waktu yang bersamaan dengan kematian almarhum, yang dimaksudkan untuk membuat situasi di Merauke tampak mencekam.”
AJI Jayapura juga menyebutkan bahwa seminggu sebelum dilaporkan hilang, seseorang yang tak dikenal oleh keluarga almarhum kerap mendatangi almarhum dan berbicara dengan almarhum. (Musa Abubar)
copas dari http://tabloidjubi.com
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan