Mengapa Pelabuhan Sunda Kelapa Harus Disjerang oleh Raden Fatahillah?
jabar-online.com, Rabu 29 April 2015, 19:27 WIBJAKARTA, JabarOL - Penulis sedang melakukan kajian kepustakaan sejarah dari berbagai sumber & mencoba untuk membandingkannya antara satu sumber dengan sumber yang lain serta mencari kesesuaian serta mengambil hipotesa untuk dijadikan sebuah postulat yang akan saya uji dengan beberapa ahli sejarah lainnya, demi mencari kebenaran fakta sejarah itu sendiri.
Sebagai penulis saya memang harus banyak belajar dan membaca dari berbagai referensi baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri tanpa mempertimbangkan faktor politis.
Demi sebuah tujuan mulia mencari kebenaran sejarah itu sendiri dimana sebagai peneliti saya beribadah dengannya dan mengharapkan ridho Allah semata sebagai harta warisan buat anak cucu saya dan buat kejayaan bangsa Indonesia serta kemaslahatan ummat muslim di kemudian hari.
Pengungkapan fakta sejarah ini diharapkan akan mengangkat harkat dan martabat kaum Betawi yang selama ini hanya dicekoki tentang cerita tanpa kekuatan latar belakang sejarah yang menyatakan si Pitung adalah PERAMPOK, PEMERKOSA dan PEMBUNUH serta PREMAN seperti artninya yang negatif di zaman modern ini.
Apakah mungkin seorang santri dan mujahidin dilabeli perampok dan mirip seperti tokoh RobinHood dari Inggris itu? Kita akan temui faktanya hingga tiba waktunya.
Berikut ini kutipan artikel tentang penaklukkan Sunda Kelapa dan kisah tokoh-tokoh yang berkaitan dengannya seperti siapakah Fatahillah dan siapakah Sunan Gunung Jati.
Berikut ini kutipan artikel tentang penaklukkan Sunda Kelapa dan kisah tokoh-tokoh yang berkaitan dengannya seperti siapakah Fatahillah dan siapakah Sunan Gunung Jati.
Perlu diketahui adalah Sunda Kelapa juga merupakan nama dari Jakarta sebelum tahun 1527, yang akhirnya berubah menjadi Jayakarta atau kemudian populer dikenal sebagai tanah Betawi.
Dalam pelajaran sejarah, kita MASIH menemukan bahwa Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah, Fatahillah, Faletehan adalah nama atau sebutan untuk satu orang yang sama. Jadi Sunan Gunung Jati alias Fatahillah alias Syarif Hidayatullah, alias Faletehan alias Tagaril.
Kesimpulan ini bersumber dari disertasi DR. Husein Djajadiningrat tahun 1913 yang menyatakan bahwa nama-nama itu merupakan sebutan untuk satu orang. Pendapat ini masih banyak memengaruhi para penulis sejarah.
Menurut Edi S.Ekadjati dalam Seminar Sejarah Jawa Barat di Sumedang tanggal 21-23 Maret 1974 yang mengambil sumber dari Carita Purwaka Caruban Nagari, menyatakan bahwa nama tersebut merupakan nama dua tokoh yang berlainan.
Makam kedua tokoh itu sama-sama ditempatkan secara berdekatan di Pasir Jati Bukit Sembung Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 sedangkan Fatahillah wafat tahun 1570.
Dalam pelajaran sejarah, kita MASIH menemukan bahwa Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah, Fatahillah, Faletehan adalah nama atau sebutan untuk satu orang yang sama. Jadi Sunan Gunung Jati alias Fatahillah alias Syarif Hidayatullah, alias Faletehan alias Tagaril.
Kesimpulan ini bersumber dari disertasi DR. Husein Djajadiningrat tahun 1913 yang menyatakan bahwa nama-nama itu merupakan sebutan untuk satu orang. Pendapat ini masih banyak memengaruhi para penulis sejarah.
Menurut Edi S.Ekadjati dalam Seminar Sejarah Jawa Barat di Sumedang tanggal 21-23 Maret 1974 yang mengambil sumber dari Carita Purwaka Caruban Nagari, menyatakan bahwa nama tersebut merupakan nama dua tokoh yang berlainan.
Makam kedua tokoh itu sama-sama ditempatkan secara berdekatan di Pasir Jati Bukit Sembung Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 sedangkan Fatahillah wafat tahun 1570.
Berdasarkan Carita Purwaka Caruban Nagari dijelaskan bahwa silsilah Sunan Gunung Jati yaitu bahwa Nyai Subanglarang ibu dari Nyai Lara Santang, nenek Sunan Gunung Jati adalah putri dari Ki Gede Tapa.
Ratu Singapura dan penguasa pelabuhan Muara Jati. Nyai Subang Larang lahir tahun 1404 dan menikah tahun 1422, kemudian dari pernikahannya lahir putri Nyai Lara Santang pada tahun 1426.
Ratu Singapura dan penguasa pelabuhan Muara Jati. Nyai Subang Larang lahir tahun 1404 dan menikah tahun 1422, kemudian dari pernikahannya lahir putri Nyai Lara Santang pada tahun 1426.
Nyai Lara Santang menikah dengan Sultan Mahmud dari Mesir. Dari pernikahannya itu lahirlah Syarif Hidayatullah pada tahun 1448. Sultan Mahmud masih merupakan keturunan dari Nabi Muhammad s.a.w dan Syarif Hidayaatullah merupakan keturunan yang ke 22.
Jika dihitung dari masa hidup Rasulullah jangka waktunya mencapai jarak 800 tahun. Karena Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati merupakan keturunan sultan, beliau berhak menggantikan ayahnya.
Jika dihitung dari masa hidup Rasulullah jangka waktunya mencapai jarak 800 tahun. Karena Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati merupakan keturunan sultan, beliau berhak menggantikan ayahnya.
Namun hal itu ditolaknya karena beliau lebih senang menjadi mubaligh di tanah Jawa yaitu di Tanah Sunda sebagai tanah leluhurnya.
Setelah mengembara di Pasai, Sunan Gunung Jati datang ke Banten. Islam berkembang pesat di Banten berkat usaha dakwah dari Sunan Ngampel yang berpusat di Surabaya.
Setelah mengembara di Pasai, Sunan Gunung Jati datang ke Banten. Islam berkembang pesat di Banten berkat usaha dakwah dari Sunan Ngampel yang berpusat di Surabaya.
Kemudian beliau berguru kepada Sunan Ngampel. Setelah menjadi santri Sunan Ngampel, beliau menetap untuk menyebarkan Islam di Cirebon dan wafat tahun 1470 dan bergelar Maulana Jati atau Syech Jati atau Sunan Gunung Jati.
Dari uraian ini jelaslah bahwa Syarif Hidayatullah bukanlah Fatahillah. Siapakah Fatahillah, Faaletehan atau Tagaril itu?
Fatahillah lahir di Pasai tahun 1490. Ayahnya bernama Maulana Mahdar Ibrahim dari Ghujarat sehingga Fatahillah bergelar Fahillah Khan al Pasai Ibnu Maulana Mahdar Ibrahim Alghujarat.
Dalam berita Portugis Fatahillah disebut Tagaril yang merupakan sebutan dari Fatahillah yang artinya kemenangan dari Allah. Demikianlah kisah dua tokoh penting dalam sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara.
Jadi penulis mengambil kesimpulan dan hipotesa, sangat dimungkinkan sekali bila Fatahillah bekerjasama dengan Sultan Banten dan tentunya hal ini juga berhubungan dengan Sunan Gunung Jati karena mereka sama-sama para ulama muslim yang sedang mengembangkan ajaran Islam.
Dari uraian ini jelaslah bahwa Syarif Hidayatullah bukanlah Fatahillah. Siapakah Fatahillah, Faaletehan atau Tagaril itu?
Fatahillah lahir di Pasai tahun 1490. Ayahnya bernama Maulana Mahdar Ibrahim dari Ghujarat sehingga Fatahillah bergelar Fahillah Khan al Pasai Ibnu Maulana Mahdar Ibrahim Alghujarat.
Dalam berita Portugis Fatahillah disebut Tagaril yang merupakan sebutan dari Fatahillah yang artinya kemenangan dari Allah. Demikianlah kisah dua tokoh penting dalam sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara.
Jadi penulis mengambil kesimpulan dan hipotesa, sangat dimungkinkan sekali bila Fatahillah bekerjasama dengan Sultan Banten dan tentunya hal ini juga berhubungan dengan Sunan Gunung Jati karena mereka sama-sama para ulama muslim yang sedang mengembangkan ajaran Islam.
Setidaknya kemungkinan terbesar adalah adanya kerjasama antara 3 orang, yakni Sultan Banten, Sunan Gunung Jati dan utusan Sultan Trenggono, yakni Fatahillah untuk merebut Pelabuhan Sunda Kelapa dari kekuasaan Portugis dan Kerajaan Pasundan pada masa itu. Hal ini seperti tertulis dalam sejarah Sunda Kelapa, dengan rincian sebagai berikut. [■]
SEJARAH SUNDA KELAPA
Penulis: DikRizal
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan