Teman memberi nasihat yang selalu saya ingat, "Mas Sidik, nanti kalau jualan madu dan sukses jadi pedagang madu, jangan suka cari madu ya?"
"Lah? Kenapa gak boleh cari madu, kan saya jualan madu?"
Tapi itu dulu, sekarang saya mengerti apa maksudnya, tapi saya sudah terlanjur punya istri dua. Bagaimana lagi, toh saya poligami pada saat saya belum sukses jualan madu.
Definisi sukses dagang madu sendiri, cukup absurd buat saya. Tapi itu nanti saya jelaskan kemudian. Yang mau saya bahas pada wacana kali adalah tentang penting kah nasihat dari seorang teman?
Seorang teman memberikan nasihat dengan analogi, "Mas Dik, jangan kencing lawan kipas angin!" Saat dengar nasihatnya ya saya tertawa dengan makna harfiah nya. Lagian siapa juga yang mau kencing di depan kipas angin? Apalagi kalau putarannya kecepatan tinggi, pasti kita tahu kan hasilnya. Gak lucu banget, kita kencing tepat di depan kipas angin, brrrr.... menggigil gitu. Tahu-tahu selesai kencing, kita berasa habis disunat lagi.
Atau pernah seorang teman menasihati saya karena secara tak sengaja saya melecehkan orang lain. "Mas Sidik jangan suka menghina orang lain, karena tak ada yang lebih hina daripada orang yang suka menghina orang lain!" Saya pun menyesal, kenapa orang itu hina banget ya? Jadi saya tak bisa LEBIH menghinanya lagi. Hehehe becanda Bro!
Tapi kadang kita suka kesal sendiri bukan, teman kita menasihati sesuatu yang kita sudah tahu, dan kita tidak pernah melakukan hal buruk yang jadi nasihatnya itu, atau setidaknya kita tahu tidak melakukan hal buruk yang jadi nasihatnya itu. Misalnya, "Mas Sidik, jangan suka pake narkoba!" Lah? Gimana saya suka pake narkoba? Segala hal yang membuat mabuk saja, saya coba hindari. Misalnya minum alkohol, merokok ganja atau minum alkohol campur rokok ganja.
Lagian yang menasihati saya aja, merokoknya pal-pul, kayak cerobong pabrik bata. Berani-beraninya dia nasihati saya, sementara dia sendiri merokok tanpa henti.
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan