Belajarlah dari Kesalahan bukan Salah Belajar, Apalagi Belajar Salah.
bekasi-online.com - Rabu, 22 Juli 2015, 23:09 WIB
Misalnya 2 ditambah 2 itu sama dengan 5. Ini salah, karena jawabannya adalah 7. (Itu kalo ditambah 3, kalo gak ditambah, ya gak mantap lah. Enaknya sih ditambah, saos sambal).
Belajarlah dari kesalahan. Mungkin ini adalah satu kalimat inspiratif yang bisa kita tularkan kepada orang lain. Ini jelas lebih baik daripada kita menularkan influenza, bukan?
Karena kita tak punya banyak waktu untuk melakukan semua kesalahan sepanjang hidup kita, bukan? Berbahagialah orang yang pernah berbuat salah dan dia tahu dia berbuat salah, tahu kenapa? Ya bahagialah, sudah berbuat salah, terus dimaafin. Siapa yang gak bahagia? Tapi bagaimana mungkin? Membaca saja aku tak bisa. *Eh?
Celakanya ada aja orang yang berbuat salah tapi gak pernah bisa move on, alias masih aja tenggelam dalam rasa bersalahnya. Mendingan tenggelamnya kapal Titanic, daripada tenggelam dalam kesalahan yang salah kaprah. Anehnya, sudah salah kaprah tapi BETAH, dikiranya pulang kampung ke rumah neneknya kali? Bisa betah.
BELAJAR DARI ANAK.
Sebagai seorang ayah yang memiliki 5 orang anak, 2 remaja cowo-cewe dan 3 bayi, 2 cewe 1 cowo, pastinya membuat saya berasa seperti seorang bapak-bapak. Padahal maunya saya seperti Aliando, si pemeran GGS. Ganteng-Ganteng Sinting.
Tapi maksudnya saya mempunyai banyak masalah dalam berkomunikasi dengan mereka, anak remaja. Dan inilah masalah saya, punya anak remaja yang karakternya mirip dengan teman-teman komunitas stand up comedy di Kota Bekasi. Ya, saya adalah seorang komika yang terlambat daftar SUCI. Ini bukan salah saya, tapi salah pemerintah kita, kenapa stand up comedy baru masuk Indonesia beberapa tahun terakhir, bukan saat saya masih remaja. Dasar kampret tuh kelelawar.
Kembali ke tanktop.... eh laptop.... eh kembali ke pokok permasalahan. Semakin dekat dengan anak sendiri khususnya yang masih remaja, sepertinya mudah. Tidak buat saya, karena anak remaja saya yang sulung kuliahnya jauh dari rumah dan yang gadis pesantrennya di luar kota. Jadi sangat susah bisa dekat dengan mereka saat mereka kuliah atau di pesantren.
Anehnya lagi meskipun mereka sedang liburan kuliah ataupun liburan sekolah, saya gak pernah bisa dekat dengan mereka, karena apa? Karena saya lagi di kamar mandi, sedang BAB. Ya nggak bisa dekat-dekat mereka lah.
Riset membuktikan bahwa dari 100 orang bapak yang mempunyai anak remaja, 70 orang bapak ternyata dia mempunyai istri yang berjenis kelamin wanita. Sisanya 30 orang ternyata istrinya bisa melahirkan. Sorry... itu gak lucu.
Maksud saya adalah kebanyakan bapak-bapak berusaha dekat dengan anaknya dengan cara mencoba mendengarkan mereka saat mereka sedang bercerita tentang kehidupannya di luar sana. Padahal hal ini adalah sesuatu yang sangat berat, meskipun terkadang menyenangkan. Bingung kan? Saya aja yang nulis bingung, apalagi situ yang baca.
Saya belajar dari anak-anak saya. Meskipun saat liburan lebaran tahun ini, anak-anak remaja saya punya waktu libur panjang hampir 2 bulan. Dan ini membuktikan liburan mereka selama 2 bulan itu ternyata adalah liburan yang waktunya 60 hari. Sungguh ini penemuan saya yang paling hebat. Meskipun fakta berikutnya mengemuka, bahwa liburan lebaran 2 bulan itu ternyata lamanya cuma 8 minggu. Aneh kan?
Tahukah Anda, syarat menjadi seorang ayah yang baik? Gampang, pertama kali adalah; Anda harus punya anak. Yang kedua sebelum punya anak, sebaiknya Anda sudah pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Sekalipun Anda pernah dilahirkan dari seorang ibu, belum tentu anda bisa jadi seorang Bapak yang baik. Kenapa? Karena anda masih jomblo kan. Makanya buruan kawin.... eh maaf nikah maksud saya. Buruan nikah dulu sanah. nanti baca lagi tulisan ini. Kalo masih ngotot gak mau nikah dulu.... Ya udah, terserah kamu. Toh yang mau baca tulisan ini, bebas kok... Siapa saja boleh, termasuk orang gak ada kerjaan seperti Anda. Hehehehe.... jangan marah, karena saya pun gak ada kerjaan lain, selain buat tulisan ngaco seperti ini. Padahal belum tentu bakalan Best Seller.
Sudah sampai dimana tadi? Masya Allah, sudah kelewatan ya? Terlalu... kata Bang Haji. Ini kan sudah di Km 28, jalan tol Cikarang Cikampek? Ah sudahlah. Ayo kita lanjutkan,
Seorang ayah yang baik itu belajar dari kesalahan dirinya dan orang lain dalam mendidik anaknya. Bagi saya sendiri mendidik dan membimbing anak itu memang gak ada sekolahnya, tapi saya punya figur contoh teladan yang bisa diikuti semua orang. Siapa dia? Betul sekali pikiran Anda, yang jelas bukan Farhat Abbas ataupun Dhani Ahmad.
Tokoh figur ayah yang baik buat saya bukanlah Aliando ataupun Dorce Gamalama, kenapa? Karena mereka berdua bukanlah bapak yang baik. Yang pertama Aliando belum menikah. Yang kedua, Dorce Gamalama, sudah menikah tapi gak bisa jadi bapak-bapak.
Kalau anda pernah nonton film komedi di tahun 80-an, ada film The Huxtable, Cosby Show, yang diperankan oleh Bill Cosby, seorang komedian yang berperan sebagai dokter dan menjadi bapak teladan di Amerika Serikat dalam cerita sinetron komedi situasi terpopuler saat itu. Tapi apa akhirnya? Ternyata tak seindah dengan kisah di televisi. Bill Cosby terlibat banyak masalah kriminal yang justru mencoreng nama baiknya yang telah dia bangun dari pertunjukan sitcom-nya. Tragis. Setelah hampir 3 dekade, malah bisa jadi komedi lagi. Ingat rumusan Tragedi + Waktu = Komedi?
OK. (maaf sedang dicari kelanjutannya... tunggu bentar yah?)
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan