iklan banner gratis
iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Bukan Senjata, Satgas Ini Bawa Obat di Lembah Baliem

Laporan dari Jayawijaya: Festival, Luka, dan Kehadiran Aparat di Lembah Baliem Bersama Operasi Damai Cartenz

kandidat-kandidat.com | Jumat 8 Agt 2025, 10:31 WIB |NMR / SidR

 — JAYAWIJAYA | Pagi di Wamena, udara tipis dan sejuk membawa kabar riuh. Lapangan festival di Lembah Baliem telah penuh dengan warna: tenda-tenda suku, derap kaki para penari perang, dan bunyi tifa yang menghentak.

Di sela dentum itu, ada derap langkah lain—sepatu dinas, kotak P3K di tangan, dan rompi bertuliskan Ops Damai Cartenz.

Sejak pukul delapan, Jumat 8 Agustus 2025, Tim Kesehatan gabungan dari Satgas Ops Damai Cartenz, Dinas Kesehatan Jayawijaya, dan Dokkes Polres bergerak di tepi arena.

Mereka bukan sekadar pengunjung, tapi garda medis yang siaga di festival budaya terbesar Papua Pegunungan ini.

Tujuh Pasien, Tujuh Cerita
Hari itu, tujuh orang mendatangi posko kesehatan. Seorang bapak paruh baya pusing karena tekanan darahnya melonjak. Dua anak kecil terisak, lututnya lecet setelah tersandung di tanah berbatu.


Seorang penjual suvenir mengeluh radang tenggorokan setelah tiga hari berteriak menawarkan dagangan.

Ada juga pengunjung yang matanya merah akibat debu, serta seorang pemuda yang batuk berat, diagnosa awal: ISPA.

“Di festival seperti ini, jumlah pengunjung membludak, risiko kesehatan meningkat,” ujar Brigjen Pol. Faizal Ramadhani, Kepala Ops Damai Cartenz, yang siang itu ikut berkeliling tenda medis bersama Wakaops, Kombes Pol. Adarma Sinaga.

“Kami ingin semua pulang dalam keadaan sehat, bukan membawa penyakit.”

Pendekatan Humanis
Di permukaan, kehadiran tim medis ini terlihat murni sebagai layanan publik.

Namun, bagi sebagian pengunjung yang sudah lama mengamati dinamika keamanan di Papua, ini adalah bagian dari strategi soft approach aparat.

Satgas Damai Cartenz, yang biasanya diasosiasikan dengan operasi penegakan hukum di wilayah rawan, hari itu hadir dengan stetoskop, bukan senjata laras panjang.

Kombes Pol. Yusuf Sutejo, Kasatgas Humas, mengakui strategi itu. “Kami ingin membangun kedekatan dengan masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah pintu masuk yang efektif,” katanya.

Ia mengimbau pengunjung membawa masker, jaket hangat, dan tidak ragu memeriksakan diri.

Di Balik Festival
Festival Lembah Baliem selama ini dikenal sebagai magnet wisata internasional, tapi juga tak lepas dari sorotan isu keamanan.

Ribuan orang datang, termasuk wisatawan asing, pejabat, dan awak media. Peristiwa kecil—entah sakit mendadak, atau kericuhan—bisa menjadi berita besar.

Dalam konteks itu, partisipasi tim medis bukan sekadar antisipasi insiden. Ia juga simbol bahwa kehadiran aparat di Papua bisa mengambil rupa yang ramah.

Tapi, seperti biasa di tanah bergunung ini, semua bergantung pada kepercayaan: seberapa jauh masyarakat memandang aparat bukan hanya sebagai pengawal acara, tapi juga bagian dari nadi kehidupan di lembah.

Di akhir hari, tenda medis kembali sunyi. Tujuh pasien pulang, sebagian membawa obat, sebagian lagi membawa rasaJabarO

Sementara dari panggung utama, tarian perang kembali menggelegar—menutup hari yang mempertemukan budaya, kesehatan, dan politik dalam satu arena debu Lembah Baliem. [■]
Reporter: NMR - Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL
Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara
iklan header

Post a Comment

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

Lebih baru Lebih lama
Banner Iklan Kandidat square 2025