Wisnyuwati: “Mutasi Itu Wajar, Bukan Karena Saya Dibuang atau Disingkirkan” tegasnya kepada BekasiOL
Dalam kasus Iis Wisnyuwati, publik bisa menilai sendiri — apakah ini bagian dari reformasi atau sekadar rotasi yang berpindah dari meja audit ke rak arsip. Yang jelas, jika semua pejabat seterbuka Iis dalam menjawab isu, mungkin publik Bekasi tak perlu repot menebak-nebak, mana reformasi, mana rotasi yang dibumbui rasa politis.
— KOTA BEKASI | Di tengah riuh isu mutasi tujuh pejabat eselon II di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi yang disebut-sebut sarat muatan politis, salah satu pejabat yang terkena mutasi, Iis Wisnyuwati, S.Sos., CRA., CRP., CGCAE., QGIA, dengan tenang membantah anggapan tersebut.Bahwa dirinya disingkirkan secara halus dari jabatan Kepala Inspektorat Kota Bekasi (Itko) menuju Dinas Kearsipan dan Perpustakaan.
“Mutasi dan rotasi adalah hal yang wajar dalam reformasi birokrasi, khususnya para pejabat eselon. Jadi tak ada istilah dibuang halus atau dipindah karena alasan tertentu,” ujar Iis Wisnyuwati kepada BekasiOL.
Isu yang beredar sebelumnya sempat menyebut bahwa Iis termasuk pejabat “vokal” yang kerap bersinggungan dengan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain. Namun, hal itu langsung dibantah olehnya.
“Apalagi anggapan bahwa Saya dinilai oleh kalangan media sedikit lebih vokal dan dikenal sering berbenturan dengan OPD lain di Kota Bekasi. Saat saya duduk jabatan Kepala Itko gak ada musuh dari OPD lain manapun, baik yang satu eselon ataupun pejabat di bawahnya,” paparnya lugas.
Dikenal Akomodatif dan Terbuka untuk Wartawan
Dalam kesehariannya sebagai pejabat publik, Iis dikenal kalangan jurnalis sebagai sosok yang terbuka, komunikatif, dan mudah diajak koordinasi lintas dinas.
Dirinyapun berterima kasih diperhatikan wartawan dan dianggap sebagai sosok birokrat yang akomodatif, menerima wartawan manapun, dan mau berkoordinasi dengan dinas manapun tanpa kecuali.
Sikap terbuka itu sempat terlihat saat BekasiOL menghubunginya beberapa bulan silam di kantor Inspektorat terkait kasus pengadaan barang dan jasa (barjas) ambulans jenazah sebanyak 43 unit dengan alamat penyedia yang diduga palsu.
Baca juga: Abah Zakaria: Fokus Kami Bukan Ke Inko Saja, Tapi Kasus Iis Wisnyuwati Bisa Dianggap Contoh Buruknya Mutasi
Kala itu, Iis Wisnyuwati justru mengambil langkah proaktif dengan memanggil beberapa pejabat dan instansi terkait agar bisa menyambungkan komunikasi antara wartawan dan pihak yang berwenang.
Walau kasus tersebut belum sepenuhnya selesai, bagi sebagian awak media, nama Iis Wisnyuwati tetap diingat sebagai salah satu kepala Inspektorat yang paling mudah diajak berkoordinasi tanpa menutup diri.
Baca juga: Netizen Menyindir Mutasi Rasa Mutilasi. Di Kota Bekasi, Nama Wisnyuwati Kembali Menguji Garis Batas Itu
Mutasi jabatan dalam birokrasi memang kerap disebut “penyegaran”.
Namun, di lapangan, istilah itu sering punya tafsir ganda: ada yang benar-benar disegarkan, ada pula yang disingkirkan dengan aroma halus berbalut administrasi.
Dalam kasus Iis Wisnyuwati, publik bisa menilai sendiri — apakah ini bagian dari reformasi atau sekadar rotasi yang berpindah dari meja audit ke rak arsip.
Yang jelas, jika semua pejabat seterbuka Iis dalam menjawab isu, mungkin publik Bekasi tak perlu repot menebak-nebak, mana reformasi, mana rotasi yang dibumbui rasa politis. [■]

Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan