Karena Semua Teman SBY Cuma yang Namanya Berakhiran "O"?
bekasi-online.com, Kamis 4 Juni 2009, 15:10 WIBJAKARTA, bekasiOL -- Menonton acara "CAPRES BICARA" TransTV, yang dibawakan oleh Helmy Yahya tgl 04 Juni 2009, jam.... saya tersenyum mendengar Helmy mengatakan, bahwa semua teman dekatnya di sekolah dulu, namanya semua berakhiran huruf "O".
Bisa dibayangkan kan, kenapa cawapres SBY untuk pilpres 2009 jelas bukan Megawati SP, atau Jusuf Kalla, apalagi Tiffatul Sembiring. Lah bagaimana dengan Sutrisno Bachir, kan "O" tuh belakangnya. Memang dia berakhiran "O" namanya, tapi Sutrisno Bachir (yang nama terakhirnya berakhiran "R"), ternyata adalah "teman" dari semua capres... (hehehehe! Maaf Bung Trisno). Ini artinya dalam kamus politiknya SBY, (dan saya berani memastikan, nggak pake mungkin lagi deh!!!), tidak ada kata "teman" bagi semua orang. Apalagi di politik, kan kita tahu sendiri, "Tak ada teman yang abadi, tak ada musuh selamanya. Yang ada adalah kepentingan yang abadi."
Seandainya seluruh orang Indonesia berfikiran "setengah imbisil" menanggapi pernyataan Helmi Yahya, bahwa kalau begitu kalau mau jadi temen deketnya SBY ya harus mengubah namanya berakhiran "O", kan? Maka mungkin nggak aneh kalau terjadi "pesta bubur merah-putih" besar-besaran penggantian nama para capres di Indonesia.
Bisa dibayangkan kan, kenapa cawapres SBY untuk pilpres 2009 jelas bukan Megawati SP, atau Jusuf Kalla, apalagi Tiffatul Sembiring. Lah bagaimana dengan Sutrisno Bachir, kan "O" tuh belakangnya. Memang dia berakhiran "O" namanya, tapi Sutrisno Bachir (yang nama terakhirnya berakhiran "R"), ternyata adalah "teman" dari semua capres... (hehehehe! Maaf Bung Trisno). Ini artinya dalam kamus politiknya SBY, (dan saya berani memastikan, nggak pake mungkin lagi deh!!!), tidak ada kata "teman" bagi semua orang. Apalagi di politik, kan kita tahu sendiri, "Tak ada teman yang abadi, tak ada musuh selamanya. Yang ada adalah kepentingan yang abadi."
Seandainya seluruh orang Indonesia berfikiran "setengah imbisil" menanggapi pernyataan Helmi Yahya, bahwa kalau begitu kalau mau jadi temen deketnya SBY ya harus mengubah namanya berakhiran "O", kan? Maka mungkin nggak aneh kalau terjadi "pesta bubur merah-putih" besar-besaran penggantian nama para capres di Indonesia.
Misalnya Megawati Sukarnoputri.... berubah jadi Megawati Sukarnoputro... hehehehe nggak lucu yah? Atau Jusuf Kalla, berubah jadi Jusuf Kallo.
Dan gue juga akan heran kalau dari PKS, mungkin Tiffatul Sembiring akan dengan "setengah ikhlas" mengganti namanya jadi Tiffatul Sembirong (nggak enak dengernya, afwan ya Bang Tiffatul!!! Jauh lebih baik daripada Tiffatulo, kan?), atau Tiffatul Sembiringo (Wah keren banget neh namanya, panggilannya pasti Bang Ringo... hehehe!), atau misalnya Hidayah Nur Wahid berubah jadi Hidayah Nur Wahido (bukan Hidayahoo Nuro Wahido, kan bang?).
Terus bagaimana dengan nama Prabowo Subianto dan Wiranto? Kan dua-duanya berakhiran "O". Wah kalau ini seorang rekan saya, "Si Entong" (maaf nama aslinya nggak mau disebut, yang jeas dia Betawi Asli) yang merasa pakar di bidang kalkulasi politik bilang,
"Nggak bakalan mungkin tim sukses SBY mau dengan bodohnya memilih serta memperhitungkan capres-capres dari partai pengusung yang "kecil" jumlah perolehan parlemennya, om Sidik!". (Saya sih cuma mengangguk-ngangguk seolah ngerti... padahal?)
Terus bagaimana dengan nama Prabowo Subianto dan Wiranto? Kan dua-duanya berakhiran "O". Wah kalau ini seorang rekan saya, "Si Entong" (maaf nama aslinya nggak mau disebut, yang jeas dia Betawi Asli) yang merasa pakar di bidang kalkulasi politik bilang,
"Nggak bakalan mungkin tim sukses SBY mau dengan bodohnya memilih serta memperhitungkan capres-capres dari partai pengusung yang "kecil" jumlah perolehan parlemennya, om Sidik!". (Saya sih cuma mengangguk-ngangguk seolah ngerti... padahal?)
Tapi tetap saja kan Prabowo Subianto itu temannya SBY? tanya saya berlanjut. Entong yang mukanya mirip anak saya si Rizal ini, menjawab, "Ya iya lah... Kan seperti kata Helmy Yahya, hampir semua temen dekatnya SBY, nama nya berakhiran dengan hurup "O". Dan ini berarti Wiranto juga teman dekatnya SBY, sekalipun pernah jadi komandannya di struktur ketentaraan". Dan saya pun ngangguk-ngangguk lagi berusaha ngerti... (Ngerti nggak loh?)
Karena masih penasaran saya bertanya lagi lebih jauh kepada Entong yang kini mengelola sebuah blogs kritis terhadap pemerintah rezim siapa aja, mulai dari Soekarno sampai pemerintahan SBY ini. "Bang Entong, darimana ente tahu kalo SBY itu temen deketnya Prabowo? Apa bukan sekarang ini mereka saling berseteru memperebutkan posisi dan dukungan suara untuk pilpres besok? Walaupun beda kelas, satu untuk capres dan satu lagi untuk cawapres! Bahkan ada yang memprediksikan Prabowo bisa mengalahkan dan menjungkal SBY?" (saya berusaha sebisa mungkin pasang wajah nggak berkesan "tolol" banget, takut nanti diledek sama temen saya yang kadang suka aneh dan konyol ini).
"Ah mas Sidik ini gimana seh! Mang nggak merhatiin kalimat saya? Mereka itu dulu adalah teman lama. Dan kalau sekarang, saya bilang sekarang neh... bukan dulu... mereka jadi bersaing, itu semua karena pilpres ini. Nggak baca apa bahwa mereka inilah yang dalam cerita tokoh pewayangan kisah 'Mahabharata'nya versi Indonesia, adalah para jenderal yang sedang bertempur memperebutkan perhatian seluruh bangsa ini dalam ajang pertempuran pilpres 2009... Udah denger kan perang terbuka kubu Prabowo dan SBY di Ponorogo? Kita harus ngerti itu mas Dik!" jelasnya sambil sedikit ngotot dan muncrat ke muka saya.
Karena masih penasaran saya bertanya lagi lebih jauh kepada Entong yang kini mengelola sebuah blogs kritis terhadap pemerintah rezim siapa aja, mulai dari Soekarno sampai pemerintahan SBY ini. "Bang Entong, darimana ente tahu kalo SBY itu temen deketnya Prabowo? Apa bukan sekarang ini mereka saling berseteru memperebutkan posisi dan dukungan suara untuk pilpres besok? Walaupun beda kelas, satu untuk capres dan satu lagi untuk cawapres! Bahkan ada yang memprediksikan Prabowo bisa mengalahkan dan menjungkal SBY?" (saya berusaha sebisa mungkin pasang wajah nggak berkesan "tolol" banget, takut nanti diledek sama temen saya yang kadang suka aneh dan konyol ini).
"Ah mas Sidik ini gimana seh! Mang nggak merhatiin kalimat saya? Mereka itu dulu adalah teman lama. Dan kalau sekarang, saya bilang sekarang neh... bukan dulu... mereka jadi bersaing, itu semua karena pilpres ini. Nggak baca apa bahwa mereka inilah yang dalam cerita tokoh pewayangan kisah 'Mahabharata'nya versi Indonesia, adalah para jenderal yang sedang bertempur memperebutkan perhatian seluruh bangsa ini dalam ajang pertempuran pilpres 2009... Udah denger kan perang terbuka kubu Prabowo dan SBY di Ponorogo? Kita harus ngerti itu mas Dik!" jelasnya sambil sedikit ngotot dan muncrat ke muka saya.
Saya pun kesal sambil mengusap semburan ludahnya di muka saya, "Kita... kita, lo aja kaleh!" balas saya cemberut. Tapi dalam hati saya mengakui pengamatannya yang lumayan lah! Sedikit lebih pintar dari para pengamat politik di televisi, yang kebanyakan "imbisil" (jangan marah bang!)
Terus apa seh kelebihan mas Prabowo saat ini dalam menghadapi lawan-lawannya dalam pertarungan pilpres 2009 ini? tanya saya dan kali ini saya pasang wajah begok saya supaya mas Entong mau lebih banyak mbocorin isi kepalanya yang memang sudah bocor itu.
"Mas Prabowo Subianto itu punya ilmu "malih rupa" yang sangat tinggi, sehingga dia bisa jadi Kuda Hitam. Kamu tahu nggak mas Prabowo itu hilang kabar beritanya untuk beberapa tahun, dan tiba-tiba non gol jadi kandidat presiden dari partai barunya, yang semula hanya berangkat dari sebuah gerakan kembalinya Indonesia Raya... Ngerti nggak?" tanyanya menegaskan yang kali ini dengan menutup moncongnya dengan tangan. Saya pun lagi-lagi ngangguk dan merasa tambah bodoh.
"Maksud kang Entong, Mas Prabowo itu bisa berubah jadi Kuda Hitam? Wah sakti banget dong!" tanya saya aneh, "Memang ada ilmu sakti kayak gitu, berubah wujud jadi kuda hitam?" dan Si Entong jatuh "gedubrak" di depan saya, dia nggak bisa ngomong lagi, pingsan kali.
Sambil menepuk-nepuk kepala teman dekat saya yang super itu, saya membisikkan kata, "Setahu saya neh Kang Entong, Prabowo itu dulunya memang sudah terkenal sakti di medan pertempuran, khususnya saat ia bertempur sebagai Sandi Yudha di Timor-Timur dan sempat membunuh presiden Fretilin, Nicolao Lobato. Beda dengan para jenderal pesaingnya, baik SBY maupun Wiranto yang disebut Jenderal "Teritorial" atau "Jenderal Sekolahan" yang juga para perwira yang lebih banyak di belakang meja."
Saya pun berusaha cari informasi tentang JK dalam melawan SBY di googling. Tapi itu nanti di tulisan saya yang berikutnya... mohon maklum dan sabar!
Narasumber: Entong bin Onoh, Redaktur: DikRizal
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan