iklan header
iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Sate Pojok Pekayon

Hidupkan Lagi Legenda Kelezatan Yang Pernah Hilang
Sate Pojok Rawamangun Warung Pak Aca

Sate Pojok dengan bumbu rahasianya
Pekayon Bekasi - webrizal.com
Sudahlah jadi kebiasaan orang, bila mengenal kelezatan satu sajian di tempat makan tertentu, maka dia tak akan berpindah ke lain tempat. Sekalipun kemudian tempat makan itu hilang (dari peredaran... entah kemana), maka memori yang terekam dalam syaraf ujung lidah mereka akan selalu menanti kehadirannya kembali entah kapan dan dimana.

Jadi ongkrongankomunitas Hrley Davidson
Kalau sudah begitu maka liputan kali ini mencoba mencari kelezatan legendaris yang hilang dan muncul kembali. Hmmm bukan tugas yang mudah tapi juga tidak terlalu sulit. Buktinya, saat saya menyusuri jalan Pekayon hendak menuju kawasan Kemang Pratama, tak sengaja mata saya menangkap satu tempat makan yang tulisannya terbaca biasa saja pada awalnya.

mudah dicarinya kok

Sebenarnya sih nggak juga, karena sudah beberapa kali saya melewati jalan Pekayon antara Kemang Pratama dan Perum Galaxy mata saya sering tak sengaja menangkap nama Sate Pojok Pekayon dengan tulisan putih terang berlatar belakang merah indigo yang enak dilihat.

Eits... tadi apa namanya? Oh iya... SATE POJOK PEKAYON. Nah nama yang unik untuk kita ngulik, bukan? Ya... kenapa Sate Pojok? Apa karena lokasinya di pojok atau... satenya cuma ada di pojokan tusuk satenya aja... tengahnya nggak ada sate? Hehehehe.... ngarang aja!

Sate Pojok yang legendaris itu
Sate Pojok Pekayon ternyata adalah satu merk yang hendak dihidupkan kembali dari sebuah nama resto sederhana "sate pojok" yang terkenal di bilangan terminal Rawamangun. Sate Pojok dekat terminal  bus Rawamangun itu adalah milik pegawai Depdikbud (pada masa itu), Pak Aca, yang kini sudah almarhum.

Saat itu di tahun 70-an hingga 80-an, Sate Pak Aca yang ada di Sate Pojok begitu terkenal, bahkan mungkin termasuk salah satu tempat makan pertama yang paling rame sebelum lintasan kuliner di jalur menuju terminal Rawamangun ada di awal tahun 1990-an.

Feny - the manager
Keluarga dari keturunan langsung dari pak Aca, yakni generasi kedua dan ketiganya, ingin menaikkan kembali merk sate pojok yang pernah terkenal itu dan membawanya ke Pekayon. "Maka nama Sate Pojok Pekayon pun kami pilih karena kami ingin mengunggulkan menu sate kambing serta sate marangi sebagai unggulan," ungkap Feny sang menantu yang juga pengelola dan penanggungjawab Sate Pojok Pekayon kepada kulinerkuliner.com

"Untuk resep bumbunya tetap mama yang bikin, karena mama ikut "mbah kakung" (pak Aca) dari kecil dan selalu membantu mbah hingga masa remaja. Jadi beliau hapal betul resep bumbu rahasia Sate Pojok," papar Feny, wanita yang bersuamikan Aji ini menambahkan tentang menu unggulan warisan pak Aca yang masih dipertahankan dalam sajian di Sate Pojok Pekayon.

Kelezatan Legendaris Resep Turun Temurun?
Kalau saya sendiri sih gak mau ambil pusing. Mau itu resep warisan nenek moyang kek, atau warisan leluhur kek, yang penting bagi saya... cicipin, rasakan dan kunyah serta telan. Kalau enak ya rekomendasi... kasih skor.. satu jempol, dua jempol apa empat jempol atau malah bisa jadi cuma kasih satu kelingking saja kalau memang perlu.

Pada kunjungan pertama kulinerkuliner.com kali ini, sajian sop iga ala Sate Pojok dan Sate Kambing ala Sate Pojok sebagian menu pembuka. Hmmmm, harus diingat, gigi lemah dan ompong saya nggak mau berkompromi dengan daging kambing atau sapi yang alot dan keras. Apalagi seratnya susah dikunyah... wah udah nggak zaman deh! Pokoknya kalau gigi ompong saya yang rapuh ini bisa kompromi dan lidah mau menari, maka Sate Pojok memang pantas untuk direkomendasi.

Sialnya..... ternyata Sate Pojok lembut banget di gigi saya... cuma sekali kunyah, maka tekstur daging kambing yang dibakar setengah matang ini dengan mulusnya bergulingan di antara gigi lunak saya. Hmm... lezatnya memang pantas dapat 3 jempol.... (tahu kan kenapa? karena satu jempol lagi kan lagi megang tusuk satenya! Hehehehe...!).

Demikian juga sop iganya... ini yang lebih sensasional.... saking lembutnya itu potongan daging iga yang masih menempel di tulang rusuknya, gampang banget dipotong sama sendok. Bukan pisau daging loh! Dan juga nggak perlu pake garpu. Saking lembut dan lunaknya, daging iga bisa dipotong dan saya suap dengan satu tangan. Wah... entu daging sapi begitu enjusi (juicy)... ditambah aroma dan rasa rempah yang nendang ke seluruh rongga mulut saya. Busyet... ini mah sajian resto hotel berbintang... tapi anehnya kok harganya warung pinggir jalan?

Tempat kumpulnya banyak komunitas
Halah... nanti gue disangka promosiin ini tempat makan lagi. Nggak juga seh... kan nggak ada nomor teleponnya...Jadi biar para pembaca yang nyari sendiri tempatnya dan cari tahu sendiri nomor telepon kontaknya, kalau penasaran mau pesan kirim sate kambing nan lunak atau sate marangi yang (sorry guys,,,, gue belum ngerasain jadi nggak bisa komentar).

Ok deh... liputan kali ini tentang kelezatan sate kambing khas pojok yang empuk dan juicy akan kita bahas pada liputan selanjutnya.Yang jelas kalau para pembaca kepingin berkunjung ke Sate Pojok Pekayon, maka perhatikan saja jam tayangnya, yakni mulai buka dari jam 10.00 pagi hingga jam 11.00 malam. Tapi bila ada pengunjung (seperti yang sudah-sudah seh), ada komunitas motor gede, Harley Davidson Bekasi yang kebanyakan tinggal di Kemang Pratama dan Galaxy, yang mesen tempat di Sate Pojok Pekayon sebagai meeting point.

Biasanya komunitas moge ini booking tempat sampai jam 2.00 dini hari saat malam mingguan. Wah benar-benar banana... eh maksudnya, benar-benar memberikan kepuasan layanan kepada pelanggan. Pantas bila Sate Pojok dijadikan meeting point rutin (per minggu atau bulannya?). Anda tertarik juga menjadikan Sate Pojok sebagai tempat ketemuan atau rendezvous? Hubungi saja (021) 9346.1965

Sidik Rizal - kulinerkuliner.com
Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara

Post a Comment

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

Lebih baru Lebih lama
Kandidat Calon Walikota Bekasi, Heri Koswara