iklan header
iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Kartini Bekasi itu Seorang Penjual Ayam Bakar



Bisa Jadi Kartini Modern itu adalah Ibu Kita, Saudara Perempuan Kita atau Istri Kita


Bekasi - webrizal.com

PERNAH kah Anda bayangkan seperti apa sebenarnya perjuangan pahlawan wanita Indonesia yang kita kenal dengan nama RA Kartini? Setiap tanggal 21 April, bangsa kita akan selalu merayakan hari kelahiran wanita Jepara pembela harkat martabat kaum wanita itu sebagai momentum diperingatinya perjuangan kaum wanita dalam peningkatan status dan derajat seluruh wanita Indonesia.



Pada hari kelahiran ibu kita Kartini itulah, bekasi-online.com mencoba mencari satu figur yang memang pantas disebut wanita pejuang modern. Ternyata perjuangan para wanita bukan saja ada di belakang dapur atau di dalam rumah, bahkan terkadang mereka harus menjadi tulang punggung keluarga. Bukan saja melayani suami di rumah dan merawat serta membesarkan anak-anaknya, tapi di lain pihak seorang ibu terpaksa harus mencari nafkah untuk keluarga tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita.





Kalau bukan wanita perkasa, maka wanita jenis apa yang bisa jadi the super-mom seperti di atas? Untuk membuktikan bahwa di Indonesia di masa modern seperti sekarang ini, bekasi-online.com berhasil menemui seorang wanita yang bisa mewakili gambaran sosok Kartini modern era abad 21 ini. Dia adalah Ibu Rofiah alias Mama Viki, seorang pedagang kaki lima, namun berhasil membesarkan ke-3 anaknya sementara sang suami terkena sakit stroke parah sehingga otomatis beban keluarga ditanggung sepenuhnya sendirian.



Kota Bekasi, sebagai kota penunjang metropolitan memang tak sedikit menghasilkan wanita-wanita perkasa macam Ibu Rofiah. Banyak sekali wanita pekerja yang rela mendapatkan shift kerja hingga malam hari menuju pagi. Mereka rata-rata adalah wanita pekerja pabrik yang bertebaran di Kota dan kabupaten Bekasi. Belum lagi banyak wanita pedagang yang mulai bekerja dari selepas Maghrib hingga Shubuh di pasar-pasar tradisional. Dari merekalah lahir anak-anak bangsa yang terkadang membuat tak habis pikir banyak orang, kok bisa ya seorang wanita melakukan pekerjaan multi tasking sekaligus berperan sebagai ibu.



Saat bekasi-online mewawancarai ibu Rofiah, wanita pedagang di Warung Ayam Bakar Barokah, dia sedang bekerja sendirian tanpa anak buahnya. Kebetulan beberapa anak uahnya sedang mengambil liburan. Tampak sekali, ibu Rofiah begitu disibukkan dengan pesanan beberapa pelanggan yang seolah tak berhenti dari menit ke menit hingga menjelang Maghrib.



Terlebih saat diwawancarai dia tetap bisa melayani beberapa pelanggannya dengan memanggang beberapa pesanan ayam bakar, dia bercerita bahwa suaminya sedang terkena penyakit stroke, sehingga mau tak mau dia harus bekerja mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan keluarga. Mendengar penuturannya, bekasi-online.com pun jadi terenyuh, karena sebagai lelaki, merasakan apa yang sudah dilakukan tak sekeras apa yang telah dilakukan wanita yang berpenampilan umumnya ibu rumah tangga biasa.



Sedikitnya dia harus memasak untuk 35 ekor ayam bakar setiap harinya untuk memenuhi permintaan pelanggannya. Ibu Rofiah sendiri, sedikitnya sudah berdagang selama 7 tahun hingga kini ke-3 anaknya telah selesai sekolah, dimana yang paling kecil baru saja lulus SMA dan kini suaminya sedang terkena sakit stroke parah.



Wanita perkasa yang masih punya penampilan menarik ini, bukanlah wanita manja yang tergantung pada suaminya. Rofiah tak pernah mau menyerah, kalau perlu dia harus turun tangan agar dapurnya bisa tetap mengebul sehingga keluarganya bisa tetap hidup layak. Beruntung kini beberapa anaknya sudah ada yang mandiri karena bekerja.



Pada intinya adalah sosok Kaartini kini bukan saja ada pada wanita profesional yang serba sukses dengan penampilan seperti wanita modern kebanyakan. Sosok Kartini bisa ada pada wanita sederhana seperti figur Rofiah, yang seorang wanita pedagang ayam bakar di warung kaki lima sederhana, namun telah berhasil menafkahi keluarganya sehingga anak dan suaminya bisa hidup layak.



Penulis pun teringat dengan perjuangan ibu kandung yang telah menjadi janda di suia yang terbilang masih muda dengan 5 orang anak tanggungan ditinggal mati sang suami. Karena ketidakberdayaan menafkahi anak, meski menjadi pegawai negeri instansi Pajak, maka 3 orang anaknya yang terkecil dititipkan pada orang tuanya di Jawa Tengah. Barulah setelah mereka beranjak dewasa mencapai bangku sekolah tingkat atas, ke 5 anaknya tinggal bersama dirinya. Namun begitu, perjuangannya seorang diri menafkahi ke 5 anaknya hingga selesai semua pendidikannya dan kini sudah berumah tangga semuanya, membuat saya semakin bangga terhadap sosok wanita perkasa seperti Kartini ada di ibu penulis.



Dan ternyata sosok perkasa Kartini juga bisa pada ibu-ibu kita, yang telah berhasil membesarkan kita sehingga kita kini bisa membaca tulisan ini. Sosok kartini ada pada saudara-saudaraperempuan kita yang kini tengah bekerja menjadi ibu rumah tangga atau wanita pekerja baik di tingkat eksekutif hingga buruh rendahan. Sosok Kartini bisa pula ada pada wanita miskin yang tetap menyusui anaknya dan berdagang sayuran atau barang kelontong. Sosok Kartini ada pada wanita-wanita yang tetap mau bekerja keras buat anak dan mungkin juga suaminya yang tengah tak berdaya untuk menafkahi keluarga.



Tidakkah seharusnya kita menghargai mereka para wanita yang begitu perkasa berjuang demi keluarganya dan juga demi bangsa kita, seperti para tokoh-tokoh elit di kursi pemerintahan atau para wanita legislatif ataupun juga para wanita pengusaha. Semua wanita itu kini tak mungkin bisa mendapat peluang untuk turut berkiprah dalam memajukan bangsa ini menjadi bangsa yang besar, kalau bukan karena perjuangan para wanita terdahulu. Bersyukurlah bangsa ini mempunyai wanita-wanita pejuang seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutiah, Martina Kristina Tiahahu, Dewi Sartika, RA Kartini dan semua istri para pahlawan yang karena merekalah, suaminya bisa menjadi orang besar.



APakah kita masih punya semangat menghargai Kartini-Kartini di antara kita semasa hidup kita? Sekaranglah kita belajar menghargai mereka dengan menghargai ibu-ibu kita, saudara perempuan kita dengan memberi kesempatan mereka untuk bisa berkiprah lebih tanpa harus merasa tersaingi bagi kaum lelaki. Selamat memepringati Hari Kartini, 21 April 2011.



Sidik Rizal - bekasi-online.com
Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara

Post a Comment

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

Lebih baru Lebih lama
Kandidat Calon Walikota Bekasi, Heri Koswara