FOKE - NARA (Kandidat No. 1)
Fauzi Bowo
Dr. Ing. H. Fauzi Bowo lahir di Jakarta, 10 April 1948, umur 64 tahun. Ia adalah Gubernur DKI Jakarta  Periode 2007 - 2012. Setelah lulus SMA, Fauzi pernah kuliah di Fakultas  Teknik Universitas Indonesia 1966/1967.  Kemudian pada usia 19 tahun,  Fauzi kuliah di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.
Saat lulus sarjana muda, Fauzi belajar ilmu politik di Berlin, lalu belajar sosiologi di Zurich. Setelah itu ia kembali melanjutkan kuliah arsitekturnya dan mendapat gelar master untuk Teknik Arsitektur Perencanaan Kota dan Wilayah dari Universitat Braunschweig tahun 1976. Setelah mendapat gelar Master tersebut Fauzi Bowo kembali ke Indonesia, dan mulai berkarier di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1978.
Saat lulus sarjana muda, Fauzi belajar ilmu politik di Berlin, lalu belajar sosiologi di Zurich. Setelah itu ia kembali melanjutkan kuliah arsitekturnya dan mendapat gelar master untuk Teknik Arsitektur Perencanaan Kota dan Wilayah dari Universitat Braunschweig tahun 1976. Setelah mendapat gelar Master tersebut Fauzi Bowo kembali ke Indonesia, dan mulai berkarier di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1978.
Slogan  Jakarta untuk Semua ternyata mampu menarik simpatik masyarakat ibu  kota. “Untuk membangun Jakarta, serahkan kepada ahlinya dan kepada yang  sudah berpengalaman. Jika tidak, kehancuran tinggal menunggu waktu.”  Kalimat tersebut diucapkan berulang-ulang oleh Fauzi saat kampanye dan  terbukti mampu mendulang suara sekaligus memenangkan pilkada 8 Agustus  2007 lalu. Alhasil, Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Prijanto terpilih  sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode  2007-2012.
Begitu  ditetapkan sebagai pemenang pilkada, pria yang memiliki kegemaran  mengoleksi motor gede ini berjanji akan membawa Jakarta ke arah yang  lebih baik. Bahkan ia berjanji tidak akan melakukan diskriminasi dalam  pelayanan publik kepada seluruh warga ibu kota. Semua warga ibu kota  berhak atas semua pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi  (Pemprov) DKI Jakarta. Oleh karena itu, apabila terjadi perlakukan  istimewa kepada salah satu golongan saja, maka sistem pemerintahan ke  depan tidak akan berjalan dengan baik.
Fauzi  Bowo juga berjanji akan merampingkan struktur Pemerintahan Provinsi DKI  Jakarta selama lima tahun ke depan. Hal ini dimaksudkan untuk  menciptakan sistem pemerintah daerah yang mandiri dan profesional. Hal  tersebut tidak lain adalah amanat yang terkandung dalam PP 41/2007  tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah disarankan untuk melakukan  perampingan struktur di pemerintah daerah.
Nachrowi Ramli
Mayor Jenderal (Purnawirawan) Haji Nachrowi Ramli  atau akrab kita panggil “Bang Nara” lahir dan besar di Jakarta,  tepatnya di Gang Masjid Jalan Kramat Sentiong, pada 12 Juli 1951, umur  61 tahun.
Nachrowi  Ramli adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta.  Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di dunia militer dan intelijen,  khususnya bidang telik sandi.
Pria yang akrab dipanggil Nara ini adalah satu dari sedikit putra Betawi yang berhasil menjadi Jenderal TNI AD dan perwira teknik elektro. Di Akademi Militer (Akmil)[1], Nara teman satu angkatan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan lulus tahun 1973. Setelah itu, Nara berkarier di dunia intelijen sejak tahun 1974 hingga menjadi Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia tahun 2002 – 2008.
Pria yang akrab dipanggil Nara ini adalah satu dari sedikit putra Betawi yang berhasil menjadi Jenderal TNI AD dan perwira teknik elektro. Di Akademi Militer (Akmil)[1], Nara teman satu angkatan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan lulus tahun 1973. Setelah itu, Nara berkarier di dunia intelijen sejak tahun 1974 hingga menjadi Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia tahun 2002 – 2008.
Putra  Betawi ini lahir dan besar di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat.  Komitmen Nara terhadap perkembangan masyarakat dan budaya Betawi  ditunjukkan dengan kegemarannya mendalami silat Betawi serta kiprahnya  sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) dan  Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi).
Selesai mengabdi di militer dan Lembaga Sandi Negara, Nara kemudian berkiprah di dunia politik sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta. Terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Daerah pada bulan November 2010. Nara berhasil melakukan konsolidasi dan menegakkan disiplin bagi para kader partai. Partai Demokrat adalah partai pemenang Pemilihan Umum 2009. Di DKI Jakarta, Partai Demokrat mendapatkan 32 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.
Selesai mengabdi di militer dan Lembaga Sandi Negara, Nara kemudian berkiprah di dunia politik sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta. Terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Daerah pada bulan November 2010. Nara berhasil melakukan konsolidasi dan menegakkan disiplin bagi para kader partai. Partai Demokrat adalah partai pemenang Pemilihan Umum 2009. Di DKI Jakarta, Partai Demokrat mendapatkan 32 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.
 
 
 
 
 
 
 

 
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan