Mengetahui berita di TV-One juga MetroTV bahwa harga daging sapi termahal di dunia bahkan pernah menembus Rp120rb per kilogram saat menjelang lebaran lalu, membuat banyak orang berpikir seribu satu kali untuk buka warung bakso.
Atau malah warung bakso jadi kebanjiran pelanggan, khususnya yang mempertahankan harga murahnya sementara harga daging sapi melonjak ke langit. Rahasianya? Belilah tepung sagu atau tapioka rasa daging sapi. Pasti laku.
Sebagai konsultan kuliner, kadang suka bingung saat beberapa sumberdaya seperti bahan baku daging sapi yang harganya melonjak ke langit yang biru, atau apa merah ya? Kita ini butuh daging sapi apa daging banteng? Jangan-jangan daging banteng moncong putih kali? Habis dibantai Matador? Makanya mahal.
Pedagang yang baik dan peduli pasar, mungkin akan mengambil langkah, mendingan gak dagang daging sapi jika harganya melonjak terus. Mereka kuatir konsumen gak mau beli dan sekalipun beli, apa mereka harus ngomong kasar, "Kalo gak mau beli, ya tanya aja toko sebelah!" Padahal di sebelahnya toko bangunan dan toko mainan anak. Penjual daging yang aneh.
Di pasar Rawabebek juga gitu, meskipun dekat dengan TPH (tempat pemotongan hewan) Cakung harga daging sapi ikut melonjak, lebih mahal dari harga kacang goreng.
Kalau ditanya kenapa bisa mahal, para pedagang bilang, ini mungkin karena import daging sapi dibatasi, jadi mereka hanya bisa menjual stok daging sapi lokal yang jumlahnya juga terbatas. Ya kalau gitu jualan daging kerbau aja... lebih murah kan?
Saya pernah mewawancarai beberapa penggemar bakso, diantaranya kebanyakan adalah cewek ABG, dimana harga daging sapi jadi mahal, apakah mereka tetap membeli bakso daging sapi jika harganya juga ikutan naik?
Ada 6 orang dari 10 cewek ABG yang saya tanya, mereka menjawab: "Kalo bakso sapi jadi mahal, kita mah mendingan cari bakso buaya aja."
"Loh, emang berani makan bakso buaya?"
"Gak lah, bakso buayanya kita mainin, asal buayanya mau nraktir makan bakso duluan."
Ya Ilahi, ini mah blue comedy. STOP!
Sejatinya sebagai konsultan usaha kuliner, saya harus bisa menjawab semua tantangan dan peluang yang datang ketika investor mau membuka usaha seperti restoran steak ataupun sekadar warung bakso sapi dengan merk ternama maupun merk yang baru. Tapi pokok permasalahan yang timbul justru berapa harga bahan bakunya. Apa kita nunggu mencair dulu harga bahan bakunya. (Pak Sidik, itu beku, bukan baku!!!)
"Kalau mau buka usaha restoran steak bagaimana Pak?" tanya prospek investor via telepon.
"Jika uang bukan masalah, silakan saja buka restoran steak, saya akan bantu. Tapi bila investasi Anda terbatas mendingan buka usaha warung bakso, di samping harga daging sapi sedang tinggi, bakso sapi dibuat dari daging sapi dan sagu. Jika Anda mengerti maksud saya, bakso rasa daging sapi?"
Atau pernahkah anda mendengar waralaba kemitraan usaha resto Steakso? Ya betul steak dari bakso. Rasanya gak kalah lezat dari steak reguler. Bahkan dengan kekenyalan dan kelenturan tekstur bakso. Steakso bisa menjadi pilihan penggemar steak yang gak punya gigi. Ompong.
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan