iklan banner gratis
iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Zero Mistake di Ujung Laras: Disiplin Besi Pasukan Penjaga Presiden

Danpaspampres Mayjen TNI Edwin Adrian Sumantha Ngomong Serius: Jangan Main-Main di Istana, Bang!


 — JAKARTA | Hari itu, Rabu pagi, 6 Agustus 2025, langit di atas Lapangan Hitam Mako Paspampres nyaris tak berawan.

Derap sepatu lars terdengar serempak ketika ratusan prajurit berbaris tegap.

Di hadapan mereka, Mayor Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha berdiri, menyapu pasukan dengan pandangan tajam.

Bukan sekadar apel rutin. Inilah apel gelar pasukan menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia—agenda kenegaraan dengan tingkat kerumitan tinggi.


Di balik simbolik upacara pengibaran bendera di Istana Negara, kirab budaya, hingga pertemuan kenegaraan, ada mesin pengamanan raksasa yang bekerja dalam diam.


Dan di jantung sistem itu berdiri Pasukan Pengamanan Presiden: Paspampres.

Zero mistake. Tidak ada ruang bagi kelengahan sekecil apa pun,” ujar Danpaspampres yang juga pernah menjabat sebagai Komandan Seskoad ke-42 itu


“Kesalahan satu orang bisa berdampak secara nasional, bahkan terhadap marwah bangsa.”
 
Kesempurnaan dalam Diam
Menurut Mayjen Edwin, pengamanan VVIP bukan sekadar pengawalan fisik. Ia adalah medan kerja penuh tekanan.

Setiap jengkal Istana, jalur kendaraan, panggung, podium, hingga titik pandang kamera televisi harus steril.


"Prajurit dituntut memahami medan tugas dan menguasai titik-titik krusial secara detail," katanya. Ancaman bisa datang dari mana saja—baik nyata maupun bayangan.

Sinergi antar satuan, menurut Edwin, adalah urat nadi suksesnya pengamanan.

Maka setiap personel—mulai dari Grup Paspampres, Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan, hingga Timsus Penjinak Bahan Peledak dan Nuklir-Biologi-Kimia—harus padu seperti orkestra. Tak ada nada sumbang.

“Para komandan satuan wajib lakukan pengecekan berlapis dan holistik,” ujar lulusan Akmil tahun 1997 itu.

“Kami tak bisa hanya mengandalkan otot. Butuh disiplin, kepekaan intelijen, dan kesiapsiagaan moral.” imbuhnya lagi kepada Kandidat2.com.
 
Ritual Teknis dan Keyakinan Spiritual
Dalam apel tersebut, seluruh alutsista Paspampres digelar.


Dari kendaraan taktis, kendaraan khusus, hingga perlengkapan deteksi radiasi. Edwin memeriksa satu per satu—dari sistem komunikasi hingga almatsus medis.

Namun, bagi Edwin, kesiapan teknis saja tak cukup. “Saya selalu ingatkan, jangan pernah tinggalkan doa dalam setiap penugasan,” ujarnya. Baginya, kesiapan mental spiritual adalah pelindung tak kasat mata.
Perisai Terdepan Bangsa

Paspampres, ujar Edwin, bukan hanya pelindung VVIP. Mereka juga penjaga kehormatan negara di mata dunia.
Oleh karena itu, apel ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah penguatan tekad kolektif bahwa tugas mereka strategis—tak bisa gagal.

“Melalui apel ini, kami meneguhkan kesiapan untuk memastikan seluruh rangkaian peringatan HUT ke-80 RI berjalan aman, lancar, dan sukses,” pungkasnya.

Tak lama lagi, kamera-kamera dunia akan menyorot ke Istana. Di balik layar, para penjaga bersenjata tetap berdiri siaga. Tanpa selebrasi. Tanpa lengah. Tanpa salah. [■] 

🗞️ Laporan ini disusun oleh Tim Redaksi Kandidat2.com
📍 Untuk peliputan mendalam dan eksklusif lainnya, ikuti terus kanal investigasi kami.
Reporter: KiJayawangsa - Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL

Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara
iklan header

Post a Comment

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

أحدث أقدم
Banner Iklan Kandidat square 2025