iklan header
iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Caleg Stress Pasca Pemilu: Huhuuuuuuu!! :(

Semenjak pihak Kedubes Amerika Serikat (Atase Kepustakaan Kongres AS) menghubungi saya, kok saya jadi ikutan stress kayak caleg-caleg pasca pemilu. Gimana enggak stress, mereka sebenarnya cuma minta izin untuk meng-capture (ngambil data) dari blogs saya yang ngejibun jumlahnya.



Sebenarnya saya udah bilang ke mereka bahwa ini sebenarnya hasil kerja saya dengan teman-teman saya yang "kurang kerjaan" tapi masih peduli sama lingkungan (taelah dah tuh si Sidik gayanya kayak caleg 2014 nyolong start dari tahun 2009--hihihi).





Saya stress karena mau nggak mau neh blogs saya harus disusun sedemikian hingga rapih dan up to date. Terus netralitas tetep harus kujaga (waks... kayak syair lagu sapa yah??). Karena nuansa politik lokal yang ada dalam tulisan dan reportase saya dan rekan-rekan memang non-partisan. Semakin nggak berpihak semakin enak buat dikonsumsi sapa aja. (Celakanya... gue dapat duitnya dari mana neh... kalo nggak ada iklan atau pesanan tulisan HAHAHAHAHA!)



So sewaktu rekan blogger saya, NIETHA (the owner of Lumbung Hati) minta nulis tentang caleg-caleg stress pasca pemilu, saya jadi tersentuh (hiks!). Bener aja, kalo kemarin saat mereka lagi "semangat-semangat" 45=nya berjuang bersosialisasi dengan segala cara (malah ada yang make semua cara aneh dan gila), berarti sekarang saya harus menuliskan juga gimana kondisi mereka setelah kampanye pileg (pemilihan caleg).



Bagi saya sendiri, pemilu lalu bukanlah kemenangan para caleg buat mereka yang berhasil dapat suara terbanyak, khususnya caleg-caleg dari partai Demokrat (nah nyang kayak gene neh, kadang gue harus jujur walau sebenernye eneg dan risih... abis gimana enggak... kan banyak dari temen-temen gue kader partai biru berbintang merah putih ini. Pastinya mereka nanti sewot kan). Tetapi sebagai jurnalis, mau nggak mau gue harus melaporkan keadaan yang faktuil (hehehe bener juga kan... kalo salah, tanya deh toko sebelah).



Kemenangan para caleg partai Demokrat no.1 di berbagai daerah sebenarnya adalah fenomena "korban nikmat" dari "kharisma figur" BLT eh salah SBY. Coba deh lu pikir (hehehe), kalo nggak setuju, protes aja sonoh ke MK. Sebagai contoh, di TPS 79 Harapan Baru Regency, KPPSnya Risdal (kayaknya juga pak RT di wilayah situ deh...) mengatakan bahwa posisi tinggi partai Demokrat (dan bukan tertinggi) adalah 48 suara, sedangkan caleg wilayah HBR, yakni no.8, Andi Zabidi hanya peroleh 8 suara. Demikian pula perolehan suara Arwis Sembiring, caleg Demokrat no.1 dapil yang sama. Caleg Batak pengusaha angkot di Jakarta Timur ini mendapatkan suara yang sangat fenomenal.



Mau contoh lain lagi? Di wilayah saya Pulogebang (perbatasan Bekasi Barat dan Jakarta Timur) TPS 97, RT06/RW07, Pulogebang, Kec. Cakung. Partai Demokrat (DPR RI) menang telak 90 suara akan petati (sengaja bukan tetapi, karena saking uanehnya) calegnya hanya 16 suara. Para konstituen (saya sudah menduga pasti kebanyakan para ibu-ibu) lebih mencontreng logo partai Demokrat dibandingkan para calegnya.



Jadi jelas kan kemenangan fenomenal satu partai ini pastinya akan banyak menimbulkan KONFLIK internal partai Demokrat. Seperti berita terakhir yang saya terima dari caleg DPRD Kota Bekasi, dapil Bekasi Barat, Roy Achyar (Partai Golkar yang kebetulan juga masih anggota dewan (Rabu, 15 April 2009) saat bertemu dengan saya di kantor DPRD Kota Bekasi, di ruang kantor sang Ketua DPRD Kota Bekasi, Yusuf Nasih. (Kayaknya mereka sedang konsolidasi hasil mutakhir penghitungan suara, karena dapat dipastikan bahwa mereka sudah bisa mendapatkan kursi dewan). Menurut Roy Achyar, Demokrat punya peluang mendapat 3 kursi dari kecamatan Bekasi Barat dan Medan Satria (pastinya dua kursi sudah di tangan sementara waktu), PKS 2 kursi, PDIP 2 kursi, Golkar 1 kursi, PAN 1 kursi, PPP 1 kursi . Dan Hanura kursi ke -11 (langsung disambut tawanya... rupanya dia berusaha melucu... ya saya pun ikut ketawa walo gak mudeng beberapa detik...hahahahaha). Rupanya kursi yang diperebutkan cuma 10 kursi, dan Hanura dapat kursi ke-11 sudah pasti ini hanya lelucon saja. Dasar caleg "nggak beres" (bukan kata saya loh, tapi kata orang HANURA... hehehe "adu domba")



Otomatis "caleg stress" langsung nongol banyak ke permukaan seperti taik ngambang di sungai (sorry yah nggak ada istilah lain yang lebih tepat seh). Hanya caleg-caleg berkualitas batu berlian saja yang masih tetap di tempat, walaupun mereka tenggelam hilang entah kemana beritanya pasca pemilu ini. Apa yang berikut ini akan saya laporkan harap disikapi sebagai otokritik dan sentilan halus yang gak bakal nyakitin. Kalo nyuakitin... yah salah sendiri napa jadi sensi gettohh!



Pertama, saya coba menghubungi caleg PDIP, H. R. Budhy Prihanto untuk DPRD Kota Bekasi, via telepon nggak bisa, tapi akhirnya dengan sukses, saya berhasil mengkontak dia. "Huwaduh Bang (biasa dia panggil saya dan semua wartawan seperti ini), suara saya jatuh!!" katanya lemas dan jelas nggak ada semangat seperti saat pertama saya lihat dia tapi kini rumahnya yang dulu merah hitam dominan temboknya dan ada kepala banteng moncong putih berubah jadi putih total. Sepertinya dia sangat sakit hati (maaf--kalau nggak mau dibilang kecewa bgt) dengan massa pendukung PDIP. Walau ada sinyalemen kelak dia mungkin bakalan jadi musuh "bebuyutan" sang Ketua DPC PDIP Mochtar Mohamad, karena kekecewaannya yang begitu dalem (duallem buanget!) tapi mungkin adalah karena kekecewaan sementara pasca pemilu. (Ini dalam pengertian positif loh... bukannya pengertian negatif, karena saya tahu biar bagaimanapun mereka berdua adalah sahabat di luar urusan partai).



Dari caleg satu ini (H. Budhy kebetulan adalah tetangga rumah dan saya sudah menganggap dia seperti bapak saya sendiri karena baiknya dia selama ini kepada saya, dan ini sebagai otokritik saya buat dia, mudah-mudahan nggak marah ya Pak Haji) kita bisa tarik kesimpulan. Saya nggak tahu dia sudah belajar banyak apa belum. Tapi yang jelas saya mau ambil satu baliho kampanyenya yang menurut saya rada lucu. "Pilihlah caleg yang sejalan dengan Walikota!". (Jadi kalo dia mau jujur... baliho (mini banner)nya itu selama ini ternyata tidak berhasil mempengaruhi benak para konstituennya yang rata-rata tinggal di komplek perumahan, kalo di perkampungan nggak tauk deh... apa mempan?). Itulah tagline-nya yang menurut saya sangat kontraproduktif.



Masalahnya dia tidak bisa menerima dan menangkap aspirasi warga di lingkungannya yang apriori terhadap sang Walikota. Iya kalo mereka mendukung Walikota, lah kalo nggak? Runyam kan. Kenyataannya dia kalah di TPS-TPS lingkungannya. Otomatis ada dendam membara tumbuh di dadanya terhadap "tim sukses"nya yang mungkin "sukses" memoroti sang caleg naas itu. (Gimana anak-anak? Sudah belajar dari pengalaman?)



Mungkin saran dan kiat agar sang caleg tidak stress amat adalah seperti apa yang saya dapati dari beberapa kandidat yang kini masih survive dan bahkan lebih berkiprah di tengah masyarakat.



Coba deh kita perhatikan kejadian berikut ini:





1. SCTV, Cirebon. Caleg stress datangi paranormal untuk terapi.

Saya jadi ingat satu nara sumber saya yang dirinya nggak mau disebut paranormal dan kebetulan juga caleg partai Demokrat dapil Bekasi Selatan dan Jatiasih untuk DPRD Kota Bekasi, Bunda Ratu. Mungkin kalo dia gagal sekalipun, dia gak akan begitu stress, karena akan banyak rekan-rekan sesama caleg yang datang ke tempat prakteknya dan berkonsultasi atau curhat berbagi rasa kecewa. (jadi kalao anda caleg yang berpotensi stress pasca pemilu, alih profesi aja, jadi konsultan psikologi atau psikiater atau paranormal lah -- yang nggak perlu sertifikasi kan?)

Barangkali ini bisa jadi ladang bisnis baru anda di samping anda bisa lalui proses pembelajaran kembali, kenapa mereka-mereka ini (para caleg stress) bisa gagal. Dengan begitu anda bukan hanya bisa belajar banyak dari kegagalan para caleg stress, tapi anda juga dapat pemasukan baru... (iye nggak seh?)



2. RCTI, Caleg Bulukumba segel SD setelah gagal peroleh suara. Nah ini dia caleg "pamrih style" yang bener-bener nggak main-main. Bayangin aja, selama ini dia bikin kegiatan donasi buat sebuah SD (dugaan saya neh), terus begitu anak-anak SD nggak nyontreng dia, terus sekolah itu disegel. Hahahahahaha.... ya jelas dia kalah. Masak dia berharap anak-anak SD nyontreng namanya. Bodohnya lagi disegel tuh SD. Untung aja ada Sekolah Juara, itu tuh program Rumah ZAKAT, yang iklannya "Apapun partainya, Pendidikan gratis Sekolah Juara akan dibangun di kota ini". Nah buat daerah Bulukumba, karena sekolahnya disegel, ya udah cari aja caleg yang menang, minta mereka untuk menyediakan ruang sekolah... (kan bisa tabungan suara tuh... karena 10 tahun lagi anak-anak SD itu tumbuh jadi calon pemilih potensial).



3. RCTI Gagal dapat kursi, caleg ribut dengan karyawan, Sulawesi Selatan, Makassar. (13 April 2009). Janji bayar gaji dengan mobil ditolak. Nah ini dia bos yang jadi caleg tapi modal pas-pasan. Kalo modal uang seh gak begitu masalah saat cekak banget di kantong, tapi modal MORAL kadang juga cekak. Nah yang kayak gene biasanya bikin konflik dengan "orang-orang kecil" yang notab ene adalah karyawannya sendiri. Mungkin dia terlanjur janji sama karyawan-karyawannya, nanti kalo dia menang gajinya didobel plus bonus uang rapel kampanye. Tapi sementara saat kampanye gaji mereka terpaksa harus dipotong dulu buat biaya kampanye seperti baliho, cetakan anu dan itu, bikin kaos kampanye dll.



Wah ini keliatan banget "blogoknya" (ngerti dong). Ngapain juga buang uang bikin atribut kampanye make haknya para karyawan? Kan seharusnya karyawan jauh lebih penting, karena mereka adalah pemilih sang pemimpin dari lingkaran terdekat. Jelas tindakjannya sangat tidak produktif (kontra-produktif banget men!). Wajar kalo semua janjinya untuk membayar kembali gaji para karyawan dengan jualan mobilnya ditolak. Ya iyalah, janji pertama aja GAGAL, pasti janji berikutnya bagai 'MEMBELI PENIPU".



4. SCTV, Mantan Bupati Ponorogo Coba Bunuh Diri, tampak dalam tayangan cuma bercelana dalam (untung aja celdamnya nggak hijau warnanya -- mungkin sebelumnya dia kuatir nanti disangka KOLOR IJO kali yah?). Ini mantan Bupati bener-bener ngetop abis. TE-O-PE dah! Gagal jadi Bupati langsung ber-kolor-ria, hingga seluruh nusantara tahu. Sebenarnya tindakannya ini bisa jadi positif, karena apa... SBY langsung kalah ngetop saat beritanya muncul di beberapa TV swasta. Kalo dia "cerdik" (dan gue yakin belum bisa). Abis dia ditayangin, langsung aja dia sembuh... terus bikin pernyataan sama wartawan... kalo dia sebenarnya hanya berpura-pura gila... biar para wartawan mau meliput dia... abis itu dia ikut PILED (pemilihan caleg).... Pasti dia menang deh... karena jargonnya yang Mesti dia pake adalah "MANTAN BUPATI yang ternyata tidak gila.... jadi wakil anda mengawal demokrasi.... (Atau apalah kata-kata bombastis yang menunjukkan dia nggak bener-bener gila... sekalipun kedengarannya SUNGGUH gila)... Sayang dia belum cukup kuat untuk itu... kayaknya dia lebih suka mendekam di RSJ, terus komentar ke semua orang..."Lagi PW neh!!!"



5.SCTV, Solo Jawa Tengah, Caleg Demokrat, meninggal dunia serangan jantung, PASCA PEMILU LEGISLATIF. Nah yang gene lagi... bener-bener nggak dipikirin apa, udah tahu kalo dia punya sakit jantung, eh nekad jadi caleg. Lebih parahnya dia nggak sadar kalo penyakitnya bakalan jadi tiket ke akhirat saat nanti nggak menang. masih nekat ngotot nyaleg. (geleng-geleng MODE ON).



6. TVOne, 14 April 2009, Caleg Muda PKB, Bogor mati gantung diri di gubuk pematang sawah. Setelah tahu perolehannya hanya 8 suara. Busyet kasihan banget caleg muda ini. Mungkin selama ini, dia selalu didatangi oleh calon pemilih yang mau jadi tim sukses dan menjadi relawan pendukung kampanyenya. Tapi terlanjur ngasih begitu banyak uang secara membabibuta... dan terlalu percaya kepada mereka... Nggak nayangka pas perhitungan suara di tingkat kelurahan ternyata ia hanya dapat 8 suara... Selidik punya selidik ternyata itu adalah suara dari dua orangtuanya, paman dan bibinya, kakaknya, adiknya, teman dekatnya dan dirinya sendiri, pas kan 8 suara? Wah ternyata seluruh daerah nggak nyolek dia sedikitpun. Mungkin pikirannya sebelum mutusin bunuh diri, dia sempat mikir, "Wah ternyata tim suksesnya udah ngebohongin saya mentah-mentah, katanya mau ngasih dukungan 8000 suara, kok jadi seperseribu doang! Daripada nanggung malu nggak terbukti punya 8000 suara, mendingan ngambil ikutan nyaleg di akhirat aja deh... di sana mungkin lebih jujur dan adil. pasti saya bisa menang!" (hiks ... sedih banget deh kalo bener kayak gini).



7. Seorang caleg Golkar, Roy Achyar, caleg dapil Bekasi Barat-Medan Satria, DPRD Kota Bekasi bilang ke saya langsung tentang perolehan suaranya yang gagal di beberapa TPS. Rupanya dia didatangi oleh seorang yang mengaku-ngaku pendukung beratnya di satu TPS. Dengan semangat berapi-api (mulutnya keluar api beneran kayak naga di pilem-pilem kartun Amrik sana gettu deh), dia bilang bahwa dia adalah pendukung Bang Roy Achyar, sampai titik darah penghabisan. Mendengar sang pendukung begitu semangat, Roy Achyar bertanya, di TPS mana dia mencontreng. Dan dengan polos dan sigap disebut TPS 23. Roy pun langsung menyemprot dengan caci maki, "Penipu kamu...!" rupanya justru di TPS itu suaranya anjlok gak ada pendukung sama sekali. Dan sang pendukung "paslu" (bukan panwaslu loh) pucat pasi, hingga bibirnya kering tak berdarah sama sekali. (mending begitu kan, daripada berdarah-darah bibirnya digebuk bogem Roy Achyar).

Padahal menurut pengakuan Roy Achyar, dia sudah keluar "minyak wangi" buat menyedot massa dan dibagikan per botol dengan label nama dan partainya. Dengan target, setiap mereka pake minyak wangi tersbut, maka terbentuk asosiasi di otak mereka, inilah wanginya Roy Achyar. Menurutnya ini hanyalah sebagian dari kiat menjaring suaranya. Walau gagal! Tapi setidaknya dia nggak terlalu stress pasca pemilu lalu. Namun bisa dipastikan dia akan meraih kursi untuk wilayahnya.



8. Seseorang tewas diserang oleh pendukung caleg PPRN. Mau tau komentar gue tentang peristiwa ini? Kembali ke jaman batu aja nggak cukup! Atau istilah vandalisme aja juga nggak cukup.... Mereka yang lakukan itu pasti PKI! (Pendukung Kehilangan Ingatan)... bener nggak? Abis kok moral agama dan logikanya bener-bener nggak ada ya?



KIAT CEGAH STRESS DAN BANGKIT DARI KEGAGALAN

1. Perbanyak lobby (silaturrahim atawa koneksi) kali ini dengan petinggi partai dan anggota dewan baik yang masih duduk maupun yang nanti duduk di kursi dewan. Ini adalah bagian yang terberat buat para caleg yang gagal memperoleh suara banyak. Karena biasanya mereka akan sedikit mengalaman perasaan hiper minder (bener gak sih hiper-minder?). Sebenarnya mereka nggak perlu minder berlebihan. Minder secukupnya aja tanpa bumbu pedas dan jangan berlebihan diadon dengan rasa kecewa yang terlalu dalam (maksud loh?).



2. Bangun koneksi dengan wartawan-wartawan yang punya potensi dan wawasan lumayan luas lah. (Cari mereka yang belum established... hehehe, karena kalo wartawan yang udah mapan dan berasal dari media GEDE biasanya belagu...!) Jadi cari saja wartawan blogger, atau radio lokal atau koran lokal tapi minimal mampu membentuk opini publik secara heboh. Setelah koneksi tersambung dengan para wartawan, maka atur strategi dan berdiskusi dengan mereka untuk saling mutualisme simbiosis. Tapi nggak perlu katakan bahwa anda punya ambisi besar untuk 5 tahun mendatang... (karena kalo ketahuan oleh mereka... yah lagi-lagi mereka akan "using" alias manfaatin anda hingga sekering-keringnya).



3. Bangun jaringan dengan mahasiswa-mahasiswa yang idealis dan masih mau serta doyan diajak demo. Cari yang mempunyai jaringan massa kuat di organisasi kemahasiswaan. Ingat jangan sekali-kali menggabung mereka dengan massa pendukung anda yang selama ini jadi bagian tim sukses dan relawan kampanye anda. Karena pada kenyataannya mereka yang datang dari tim sukses anda adalah "orang-orang" gagal yang sangat berbahaya bagi kelanjutan suksesi kampanye anda di masa mendatang. Mereka sudah terbukti gagal jadi "penggembira" kampanye anda selama ini. Pilih dari kalangan anak muda idealis yang nggak perlu "uang bensin" banyak. Karena umumnya para mahasiswa masih ada ynag "sangat kreatif" menciptakan public opinion secara "murah meriah".



4. Bila anda mau mensponsori satu kegiatan kreatif generasi muda (baik itu LSM atau kumpulan mahasiswa "kurang kerjaan" dan "wartawan super" seperti yang saya maksud di point ke-3), usahakan untuk merogoh kantong anda lebih dalam. Tapi kalau mau sedikit lebih "licik" (sori ini kiat ini agak devilish banget... padahal ini adalah ide satu anggota dewan yang pernah saya temui), anda bisa dorong proposal program mereka agar bisa dibiayai oleh APBD. Terus anda bisa belagak akan mendukung program mereka secara penuh tapi tidak mau terlibat secara langsung. Katakan saja "Saya dukung anda secara penuh, dan usahakan agar ada APBD yang membiayai proyek kalian, tapi jangan masukkan nama saya ke dalam kegiatan kalian...". Dijamin anda akan selamat dan mendapat keuntungan dari proses kegiatan kreatif para generasi muda itu secara tidak langsung. Dan ketika ada masalah anda nggak perlu terlibat atau perlu cuci tangan lagi kan? (ini ide bener-bener gila kan? tapi biasanya efektif... karena datangnya dari caleg yang kini akan duduk di dewan).



Untuk sementara segityu aja dulu. Nanti kita lihat apakah akan ada perkembangannya. Kalau anda mau mencegah diri anda agar tidak terlalu stress. Ya banyakin aja sholat malam (buat muslim) atau perbanyaklah ibadah di rumah ibadat seperti gereja, atau pura atau klenteng. Karena kalo anda mau jujur, sudah berapa banyak seh anda pergi ke rumah ibadah dan melakukan sembahyang atau peribadatan pendekatan diri kepada Tuhan? Kalo banyak, lalu kenapa anda stress? Pasti ada yang salah dengan "niat" dan "cara" anda. Nggak percaya? Ya udah kalo masih mau stress sendirian... sonoh geh jangan baca blogs saya ini...! (melengos mode on)



(Sidik Rizal, ini bagian pertama dari 3 bagian tulisan Caleg Stress Pasca Pemilu: Huhuuuuuuu!!:( )

----------------------------------------------------------------

Ini beberapa kutipan dari media online yang terkait dengan caleg stress.



DEPRESI: Lima Caleg Berobat ke Gunung Salak



BOGOR (Lampost): Sadar gagal di pemilihan legislatif (pileg) yang digelar serentak 9 April lalu, lima calon anggota legislatif (caleg) melakukan pengobatan depresi dengan mendatangi sebuah padepokan di lereng Gunung Salak, Bogor, Selasa (14-4).



Padepokan tersebut bernama Majlis Dzikir ArRusy (MDA). Padepokan tersebut berlokasi di Kampung/Desa Bitung Tengah, RT 04/1 Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.



Informasi yang diperoleh Lampung Post, kelima caleg tersebut merupakan caleg yang gagal melenggang dan duduk di kursi Dewan (DPRD Kabupaten Bogor, DPRD Jabar, dan DPR RI) dari daerah pemilihan (dapil) 4 dan 5 Kabupaten Bogor.



Ustaz Saefudin Zuhri, pimpinan padepokan Majlis Dzikir ArRusy, menyebutkan kedatangan para calon anggota legislatif (caleg) tersebut sebenarnya sejak hari H pemungutan suara. Dan mereka yang terdiri dari tiga partai besar tersebut rutin berkonsultasi.



Menurut Saefudin, mereka datang sendiri, tapi juga ada yang datang dibawa keluarganya. Rata-rata caleg yang datang ke padepokan merasa stres dan mengeluhkan biaya yang sangat besar untuk pencalonan menjadi anggota Dewan.



"Mereka pusing karena sudah mengeluarkan biaya banyak, tapi ternyata dari hasil penghitungan suara sementara saja mereka dipastikan tidak lolos," kata dia. Adapun sistem pengobatan ala padepokan tersebut dilakukan secara perorangan dan bertahap.



Menurut dia, siapa saja yang stres bisa sembuh setelah mengikuti empat kali proses penyembuhan selama satu bulan. Sementara itu, proses penyembuhannya dilakukannya langsung.



Adapun tahap-tahap penyembuhannya dilakukan dengan memberikan air dan pendekatan zikir. Sementara itu, pada pekan kedua pengobatan dilakukan pendekatan hati. Tahap ketiga pada pekan ketiga, dia mengajak langsung pasien berdiskusi.



"Caranya dengan pendekatan khotbah. Dan proses seperti ini berlanjut hingga sembuh. Penerapannya zikir ditingkatkan dan mengajak diskusi untuk diterapkan dalam perilaku." MI/R-1

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------





Tulisan ringan ini bukan untuk menakut-nakuti dan menciutkan nyali para Calon Legislatif (Caleg) 2009 yang akan berlaga di Hari-H Pemilu Legisltaif pada 9 April 2009. Justru sebaliknya, dimaksudkan untuk membesarkan & menguatkan hati para caleg pada hari-hari ini yang tengah mengimplementasikan segala strategi dan taktiknya di lapangan.

Seperti kita ketahui bersama, Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengabulkan uji materi mengenai Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Di mana calon terpilih didasarkan suara terbanyak, bukan berdasarkan nomor urut.

Konsekuensi dari keputusan tersebut, partai-partai politik yang belum menerapkan sistem sebagaimana putusan MK di atas agak kelabakan. Lebih-lebih para calon legislatifnya. Mereka yang tadinya sudah melihat di pelupuk mata akan melenggang mulus ke gedung DPR, DPD atau DPRD harus bekerja dan berusaha lebih keras lagi. Sebab apabila bersantai-santai dan sedikit lengah, ‘gajah yang di pelupuk mata’ itu akan menjadi ‘kuman di seberang lautan’ alias ‘bablas’ jatah kursinya. Dengan sistem calon terpilih didasarkan suara terbanyak, maka mau tidak mau dan suka atau tidak suka mengharuskan para caleg rajin menyapa calon pemilih.

Untuk dapat rajin menyapa calon pemilih diperlukan adanya modal atau biaya (pepatah Jawa: jer basuki mawa beo). Sekurang-kurangnya biaya untuk transportasi, telekomunikasi dan akomodasi. Tetapi tidak mungkin kan, setelah caleg bertemu dengan calon pemilih hanya dengan tebar pesona dan janji-janji saja. Dan jauh hari sebelumnya, para caleg pasti telah menyiapkan ‘dana politik’ untuk daerah pemilihannya.

Dana politik yang telah dianggarkan dapat membengkak berkali-kali lipat dari yang diperkirakan sebelumnya. Dana politik itu biasanya dialokasikan untuk transportasi, komunikasi (pulsa handphone/wartel) dan akomodasi, sewa posko, internet (membuat situs/website/jejaring sosial dunia maya), iklan (televisi, radio, media cetak/elektronik/dunia maya), honor team sukses, perizinan-pajak, konsumsi, atribut pemilu dan sebagainya.
Dengan demikian dapat dipastikan, bahwa biaya-biaya politik di atas bisa mencapaai ratusan juta hingga milyar rupiah apabila menjadi calon legislatif DPR atau DPD. Semakin jenjang pencalegan ke bawah, biaya politik juga menurun. Namun tetap tidak bisa dikatakan murah, sekalipun untuk Caleg DPRD Kabupaten/Kota.

Saya jadi membayangkan betapa susah dan sulit serta high cost bagi usaha-usaha para caleg menemui dan bersilaturahmi ke calon pemilih di daerah pemilihan luar Pulau Jawa. Apalagi yang luas dapilnya meliputi satu provinsi, dengan beberapa kabupaten didalamnya. Untuk menyapa calon pemilih di pedalaman Kalimantan Tengah, misalnya, berapa sungai dan anak sungai yang mesti dilewati dengan jarak berpuluh-puluh kilometer panjangnya. Dari satu pemukiman penduduk ke pemukiman penduduk terdekatnya saja, sudah harus mengeluarkan berliter-liter solar untuk perahu, sampan atau speedboat yang disewanya. Belum biaya lainnya.

Demi untuk meraih suara, banyak caleg di daerah pemilihan dengan pulau-pulau kecil yang sambung menyambung rela berterik-terik matahari dan pasrah diombang-ambingkan ombak. Di Papua, saya dengar dari penuturan seorang caleg DPR-RI yang harus menyewa pesawat kecil untuk menemui calon pemilihnya. Terbang di atas hutan dengan pucuk-pucuk pepohonan menjulang tinggi, mengarungi lembah-lembah dan ngarai serta bermanuver di antara bukit-bukit dan pegunungan. Suatu usaha luar biasa dengan taruhan nyawa didalamnya.

Di atas usaha-usaha kasat mata di atas, tentu banyak caleg yang mengiringi langkah dan manuver Pemilu 2009 dengan restu dan doa. Restu masyarakat, orang tua, sanak keluarga, handai taulan, kyai bahkan paranormal. Bisa jadi pula, hari-hari ini mungkin saja para caleg yang sebelumnya longgar dalam memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa semakin meningkatkan intensitas doa dan ibadah malamnya. Sesuatu yang manusiawi sifatnya.

Berpijak dari pandangan-pandangan yang saya kemukakan di atas, apabila caleg tidak siap menang atau siap kalah, tidak menyiapkan mental baja dan keimanan kokoh, bukan hal mustahil apabila pasca Hari-H Pemilu 2009 mendatang, kita akan baca di media massa ada caleg yang stres dan stroke akibat kegagalan meraih kursi legislatif.
Pada Pemilu 2004, saya mendapat informasi bahwa ada seorang caleg DPR-RI yang dikejar-kejar hutang oleh pengusaha atribut lantaran belum melunasi order pesanannya. Makanya, belajar dari pengalaman Pemilu 2004 banyak pengusaha atribut saat ini yang maunya ‘Cash and Carry’. Kasihan juga ya, sudah kalah dan tidak jadi anggota legislatif masih terbebani lilitan hutang.

Seorang teman berseloroh, bila menjelang Hari-H Pemilu ada caleg yang gemar mendatangi paranormal, bukan mustahil pasca Pemilu Legislatif berganti mendatangi psikiater. Semoga tidak demikian adanya.

Tunggu dulu! Jangan-jangan, sebelum Hari-H Pemilu Legisltif 2009 saja sudah ada Calon Legislatif yang mengalami stres...
==================================================

Karawang (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Wilayah Front Pembela Islam (DPW FPI) Kabupaten Karawang berencana membuka layanan konsultasi dan penyembuhan bagi calon legislatif (caleg) yang stres usai Pemilu 2009 mendatang.



Ketua DPW FPI Karawang, ustadz Cepyan Lukmanul Hakim, Minggu, mengatakan, kemungkinan caleg yang stres itu terbuka, karena saat ini banyak caleg yang terlalu berambisi menjadi anggota DPRD. Selain itu, juga karena tidak seimbang antara kemampuan dan keinginan.



"Untuk DPRD Karawang terdapat 661 caleg, sedangkan yang akan ditetapkan menjadi anggota DPRD hanya 50 orang. Itu juga yang menjadi salah satu penyebab akan adanya caleg yang stres," katanya.



Dikatakannya, sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Karawang menetapkan para caleg masuk katagori daftar calon tetap (DCT), tidak sedikit caleg yang mengalami stres ringan.



Selanjutnya, setelah ditetapkan menjadi DCT, masing-masing caleg berupaya mendapatkan nomor urut satu. Namun kenyataannya, pemilu kali ini ditetapkan melalui perolehan suara terbanyak.



Atas hal tersebut, pihaknya memprediksi caleg yang stres berat pasca pemilu nanti mencapai 20 sampai 30 orang. Sedangkan yang stres ringan diperkirakan mencapai 50 persen dari jumlah caleg di Karawang.



"Dengan prediksi seperti itu, kami akan membuka layanan konsultasi dan penyembuhan bagi caleg yang stres pasca pemilu nanti," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA
Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara

1 Komentar

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

  1. kerenn banget artikelnya. bisa jadi referensi buat para caleg2 di pemilu berikutnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

Lebih baru Lebih lama
Kandidat Calon Walikota Bekasi, Heri Koswara