3 kandidat Ketum PARFI dengan Ketum lama Yenny Rahman |
Misalnya perubahan status Anggota Muda (AM) menjadi Anggota Biasa (AB), terkait hak suara untuk memilih dan dipilih menjadi Calon Ketum PARFI,” tegas Eggi Sudjana, saat menggelar Jumpa Pers di kawasan Mega Kuningan Jakarta, Senin (16/5).
Kongres PARFI XIV 2011 |
“Gatot Brajamusti tidak memenuhi syarat, karena pencalonannya menyimpang dari AD ART, dimana Calon Ketum PARFI minimal sudah 3 kali main film sebagai pemeran utama, sementara ia belum pernah sama sekali,” imbuh Eggi.
Selain itu, status Gatot sebagai Ketua Pelaksana Kongres yang ikut mencalonkan diri, akan berdampak pada objektifitas pemilihan Ketum PARFI.
Sialnya, dalam pengelolaan kepanitiaan, Gatot Brajamusti tidak mengindahkan sistem alokasi keuangan panitia. “Masak panitia kongres pakai rekening pribadi dalam mengatur arus keluar masuk keuangan,” lanjut Eggi lagi. Eggi melihat aktivitas panitia kongres tidak transparan.
Dikhawatirkan jika kongres tetap digelar, akan terjadi konflik internal antar pendukung yang berpotensi terjadinya perpecahan di tubuh PARFI.
Karenanya, Eggi Sudjana mendesak membubarkan Panitia Kongres PARFI ke 14 karena dinilai cacat hukum.
Deddy Mizwar menjembatani komunikasi Aa Gatot vS Ki Kusumo? |
Dikhawatirkan jika kongres tetap digelar, akan terjadi konflik internal antar pendukung yang berpotensi terjadinya perpecahan di tubuh PARFI.
Yenny Rahman |
Selanjutnya menunda kongres sampai batas waktu terbentuknya panitia baru yang bisa bersikap lebih adil, transparan dan objektif.
Selanjutnya Eggi mengusulkan agar Ketua Umum PARFI, Jenny Rahman dan Dewan Pertimbangan Organisasi PARFI, membentuk Tim Pencari Fakta untuk mengungkap dugaan kecurangan dalam tahapan persiapan kongres. “Jika tidak diindahkan, kami terpaksa akan menempuh jalur hukum,” ujar Eggi.
Langkah Ki Kusumo, Boy Tirayoh dan Eggi Sudjana, mendapat dukungan penuh dari artis-artis senior PARFI, seperti HIM Damsyik, Aspar Paturusi, Ade Irawan, Kamel Marvin, Stanley dan beberapa perwakilan PARFI daerah seperti Edwar AN (Yogyakarta), Yani Saridil (Kerawang), Al Mosaf (Cikampek), Yugo Alpiano dan Rocky Manoarfa (Jakarta), Hendra Conti (Banten), Han (Semarang) serta Asmui Alkafi (Lampung)
Selanjutnya Eggi mengusulkan agar Ketua Umum PARFI, Jenny Rahman dan Dewan Pertimbangan Organisasi PARFI, membentuk Tim Pencari Fakta untuk mengungkap dugaan kecurangan dalam tahapan persiapan kongres. “Jika tidak diindahkan, kami terpaksa akan menempuh jalur hukum,” ujar Eggi.
Ki Kusumo & Eggy Sudjana |
AA Gatot Brajamusti |
Sementara itu, ketika dikonfirmasi mengenai berbagai tudingan tersebut, Aa Gatot Brajamusti terkesan enggan memberi komentar. “Saya ingin menenangkan diri, dan berharap kongres berlangsung sesuai rencana,” kata Gatot Brajamusti yang ditemui di sela persiapan kongres, di Hotel Grand Sahid Jakarta, Selasa (17/5).
Namun, dia terlihat cukup terkejut dengan tudingan pihak Eggy tersebut. “Kok bisa-bisanya menuding begitu ya?” kata Aa Gatot sambil melepas tawa.
Berbagai tudingan tersebut, menurut Aa Gatot sangat tidak mendasar dan bukan tidak mungkin pihaknya menuntut balik. “Yang pasti, rekening panitia memakai rekening pribadi saya, karena kongres tidak dibiayai pihak manapun sebagai sponsor,” kata Gatot Brajamusti.
Pihaknya panitia pelaksana, lanjut Gatot, hanya mendapatkan masukan dana Rp10 Juta dari pihak luar. “Uang sebesar itu, biaya pendaftaran calon ketua umum saat akan debat kandidat, yaitu Rp5 Juta per orang,”jelas Gatot.
Gatot bahkan bertanya balik, apa dasarnya ada pihak yang ingin membubarkan kongres PARFI. “Saya dan Jenny Rachman intensif berkomunikasi, terutama agar kongres dapat terlaksana sesuai dengan skedul. Jadi apa dasarnya membubarkan kongres ?,”katanya.
Atas berbagai reaksi pihak calon ketua umum, Aa Gatot memberikan pernyataan sikapnya, bahwa siapapun dipersilakan menjadi Ketua Umum.
“Siapa saja silakan mendaftar dan kalau mau jadi ketua umum, ya silakan. Saya tidak pernah mencalonkan diri kok,” katanya.
Atas sikap kedua pihak yang saling ngotot, tampaknya kongres akan berjalan tidak mulus alias dibayangi kericuhan.
Namun, dia terlihat cukup terkejut dengan tudingan pihak Eggy tersebut. “Kok bisa-bisanya menuding begitu ya?” kata Aa Gatot sambil melepas tawa.
Berbagai tudingan tersebut, menurut Aa Gatot sangat tidak mendasar dan bukan tidak mungkin pihaknya menuntut balik. “Yang pasti, rekening panitia memakai rekening pribadi saya, karena kongres tidak dibiayai pihak manapun sebagai sponsor,” kata Gatot Brajamusti.
Pihaknya panitia pelaksana, lanjut Gatot, hanya mendapatkan masukan dana Rp10 Juta dari pihak luar. “Uang sebesar itu, biaya pendaftaran calon ketua umum saat akan debat kandidat, yaitu Rp5 Juta per orang,”jelas Gatot.
Gatot bahkan bertanya balik, apa dasarnya ada pihak yang ingin membubarkan kongres PARFI. “Saya dan Jenny Rachman intensif berkomunikasi, terutama agar kongres dapat terlaksana sesuai dengan skedul. Jadi apa dasarnya membubarkan kongres ?,”katanya.
Boy Tirayoh Walk Out saat insiden kericuhan kongres PARFI |
“Siapa saja silakan mendaftar dan kalau mau jadi ketua umum, ya silakan. Saya tidak pernah mencalonkan diri kok,” katanya.
Atas sikap kedua pihak yang saling ngotot, tampaknya kongres akan berjalan tidak mulus alias dibayangi kericuhan.
Kongres PARFI Kisruh Saling Tuding Curang
KEKISRUHAN Kongres Parfi yang ke-14 tak lepas dari peran Deddy Mizwar sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Parfi. Hal tersebut diungkapkan Jenny Rachman, mantan Ketua Umum Parfi yang kini menggugat terpilihnya Gatot Brajamusti sebagai Ketua Umum Parfi yang baru.
Sejak awal, Jenny Racman mengaku sudah meminta agar DPO turun tangan untuk memverifikasi setiap kandidat ketua umum Parfi. Namun, Deddy yang diduga mendukung Gatot tak menggubris permintaan Jenny.
"Deddy bilang tak masalah, tapi ternyata yang terjadi karena ketidaktegasan itu yang muncul premanisme untuk mendukung kandidat tertentu," kata Jenny Rachman.
Sebelum kongres, Jenny sudah menyampaikan surat dari kantor pengacara Eggy Sudjana & Rekan yang menerima kuasa dari Ki Kusumo dan Boy Tirayoh, namun karena tak digubris maka kejadian memalukan itu terjadi.
Ketidakberesan itu membuat banyak pihak menyesalkan. Pengurus Besar Parfi yang notabene memang milik semua anggota menilai kongres tersebut tak sah, karena kandidat terpilih ternyata tak sesuai AD/ART organisasi.
"Sebagai Ketua DPO, Deddy punya dosa besar di perfilman kita, karena membiarkan kongres berlangsung ricuh dan diwarnai aksi premanisme," kata Jenny.
Jenny menduga ada kepentingan tertentu melanggengkan Gatot sebagai ketua umum. Sebab, kabarnya nanti kalau Gatot terpilih, sejumlah produksi film akan menggunakan peralatan syuting dari Deddy Mizwar.
Selama ini Jenny mengaku juga kecewa dengan l angkah Deddy. Sebab, sebagai Ketua DPO yang semula diharapkan mampu menjadi pendorong roda organisasi Parfi, ternyata tak pernah bersinergi dengan pengurus Parfi di bawah pimpinan dirinya. (may)
JAKARTA, (PRLM).- Kisruh kongres ke-14 Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) berbuntut panjang. Terpilihnya Aa Gatot Brajamusti, banyak mengundang kekecewaan. Kubu yang kecewa melaporkan Aa Gatot ke pihak kepolisian. Seperti yang dilakukan Ki Kusumo dan sejumlah artis senior, mereka membuat laporan di Sentral Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya, Senin (23/5).
Saat melapor, Ki Kusumo didampingi artis senior Ade Irawan, Roy Marten, Pangky Suwito, dan Yati Octavia. Mereka mempercayakan masalah pengaduannya kepada pengacara Eggi Sujana. Ki Kusumo mempermasalahkan kartu AB yang didapat Aa Gator Brajamusti. "Seorang anggota Parfi harus bisa menunjukkan karyanya. Kapan pernah main film. Kapan membuat film dan judulnya apa. Yang jadi masalah, belum kelihatan karyanya tapi sudah mendapa kartu AB," kata Ki Kusumo.
Ki Kusumo menduga, Aa Gatot memalsukan data. Karena itu, kongres Parfi harus diulang. Sementara Aa Gatot harus turun dulu dari jabatan sebagai Ketua Parfi. Hal yang sama disampaikan Roy Marten. Untuk kebaikan Parfi ke depan, kongres harus diulang. (Mun/A-147)***
KEKISRUHAN Kongres Parfi yang ke-14 tak lepas dari peran Deddy Mizwar sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Parfi. Hal tersebut diungkapkan Jenny Rachman, mantan Ketua Umum Parfi yang kini menggugat terpilihnya Gatot Brajamusti sebagai Ketua Umum Parfi yang baru.
Sejak awal, Jenny Racman mengaku sudah meminta agar DPO turun tangan untuk memverifikasi setiap kandidat ketua umum Parfi. Namun, Deddy yang diduga mendukung Gatot tak menggubris permintaan Jenny.
"Deddy bilang tak masalah, tapi ternyata yang terjadi karena ketidaktegasan itu yang muncul premanisme untuk mendukung kandidat tertentu," kata Jenny Rachman.
Sebelum kongres, Jenny sudah menyampaikan surat dari kantor pengacara Eggy Sudjana & Rekan yang menerima kuasa dari Ki Kusumo dan Boy Tirayoh, namun karena tak digubris maka kejadian memalukan itu terjadi.
Ketidakberesan itu membuat banyak pihak menyesalkan. Pengurus Besar Parfi yang notabene memang milik semua anggota menilai kongres tersebut tak sah, karena kandidat terpilih ternyata tak sesuai AD/ART organisasi.
"Sebagai Ketua DPO, Deddy punya dosa besar di perfilman kita, karena membiarkan kongres berlangsung ricuh dan diwarnai aksi premanisme," kata Jenny.
Jenny menduga ada kepentingan tertentu melanggengkan Gatot sebagai ketua umum. Sebab, kabarnya nanti kalau Gatot terpilih, sejumlah produksi film akan menggunakan peralatan syuting dari Deddy Mizwar.
Selama ini Jenny mengaku juga kecewa dengan l angkah Deddy. Sebab, sebagai Ketua DPO yang semula diharapkan mampu menjadi pendorong roda organisasi Parfi, ternyata tak pernah bersinergi dengan pengurus Parfi di bawah pimpinan dirinya. (may)
Ki Kusumo, artis senior lainnya dan Eggy Sudjana melaporkan AA Gatot |
Saat melapor, Ki Kusumo didampingi artis senior Ade Irawan, Roy Marten, Pangky Suwito, dan Yati Octavia. Mereka mempercayakan masalah pengaduannya kepada pengacara Eggi Sujana. Ki Kusumo mempermasalahkan kartu AB yang didapat Aa Gator Brajamusti. "Seorang anggota Parfi harus bisa menunjukkan karyanya. Kapan pernah main film. Kapan membuat film dan judulnya apa. Yang jadi masalah, belum kelihatan karyanya tapi sudah mendapa kartu AB," kata Ki Kusumo.
Ki Kusumo menduga, Aa Gatot memalsukan data. Karena itu, kongres Parfi harus diulang. Sementara Aa Gatot harus turun dulu dari jabatan sebagai Ketua Parfi. Hal yang sama disampaikan Roy Marten. Untuk kebaikan Parfi ke depan, kongres harus diulang. (Mun/A-147)***
Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan