Sudah Saatnya Gus Mus Turun Gunung untuk Menjewer Kuping Gus Yahya Yang Kelewatan Bawa NU ke Ranah Politik
bekasi-online.com, Senin 29 Januari 2024, Oleh : Ahmad SururiJAWA TIMUR, BksOL - Melihat Gus Yahya membawa NU ke dalam pusaran politik membuat kita, nahdliyin akar rumput ini mengelus dada. Bukan bermaksud su'ul adab atau kemeruh. Tapi manuver politik Gus Yahya memang membahayakan NU.
Baca juga: Caleg Demokrat, H. Awing Asmawi Yang Pernah Difitnah Non Muslim Ini Ternyata Aktif Ikut Kajian Para Ulama dan Kyai NU
Dengan asas kecintaan inilah, semoga saja pendapat dari orang dhaif ini ndak disalahpahami.
Baca juga: Presiden Jokowi Menegaskan Bahwa Presiden Boleh Kampanye dengan Alasan Ini, Berdasarkan Undang-Undang Pemilu tahun 2017
Lihat juga: Video tentang Mengapa Gibran Rakabuming Bisa Jadi Beban Berat Dan Akan Mengganggu Kemenangan Prabowo Subianto?
Kegelisahan saya ini adalah juga kegelisahan orang banyak. Mereka yang tumbuh dan hidup dalam napas ke-NU-an. Tidak mencari hidup dari NU. Tapi berupaya sebisa mungkin menghidupkan NU.
Baca juga: Yusril: Jokowi Benar, Berdasarkan UU Pemilu 2017, Presiden dan Wapres Dibolehkan untuk Berkampanye Pemilu Baik Pilpres Maupun Pileg.
Melihat NU hari ini, saya sampai malu dan terpaksa menyebutnya sudah seperti perusahaannya Jokowi. Gus Yahya menjadi CEO dan Jokowi menjadi komisarisnya.
Apapun perintah komisaris, CEO harus patuh. Karena komisaris punya saham cukup besar. Dia bisa melengserkan CEO dengan hanya bersiul kecil. Setidaknya sampai Oktober 2024.
Baca juga: Puluhan pemuda Kelurahan Sepanjang Jaya Ramai Datangi Reses 1 Aleg DPRD Kota Bekasi dari PPP, Gus Shol, H. Sholihin
NU ya jam'iyyah. Tugasnya menjadi jembatan antara pemerintah dan ummat. Bukan menjadi kepanjangatanganan penguasa. Atau amit-amit, malah jadi pesuruhnya penguasa.
Ada banyak kabar yang masuk ke telinga saya. Tentang mobilisasi struktural NU. Ada nama khofifah disebut. Dasarnya, dia diancam dengan kasus hukum. Khofifah tinggal dorong sedikit sudah pasti masuk.
Maka dia terpaksa bergerak. Tapi itu kan urusan pribadi. Jangan bawa-bawa NU. Salah sendiri terperosok.
Kalau Gus Ipul dasarnya kesepakatan dengan komisaris tadi. Makanya suara Gus Ipul keras sekali kampanyenya. Kalau tidak membawa nama NU ndak masalah. Tapi "nyales" begitu pakai embel-embel NU kok ya ndak pantes rasanya.
Memang sudah dibantah PBNU, katanya itu pernyataan pribadi. Lah kok bisa? Bagaimana bedainnya? Wong dia ndak cuti kok dari struktur.
Kecuali mau non-aktif dulu sebelum ngomong begitu ya monggo.
Orang-orang ini harus diingatkan. Jangan nyari makan dari NU. Karena malati. Mbebayani. Apalagi sampai merugikan NU. Ini soalnya doa wali Mbah Kholil Bangkalan, "ya Jabbar, ya Qohhar..."
Belakangan memang, beberapa orang non-aktif dari NU. Tapi itu dilakukan sesudah kegelisahan orang memuncak. Sesudah ada banyak protes. Sesudah memobilisir massa. Lha kok enak banget?
Kondisi inilah yang harus segera dihentikan. Gus Yahya harus diingatkan, langkah politiknya berbahaya. Sebesar apapun jasa Jokowi, dia tidak pantas menyetir NU.
Dan menurut hemat saya, dalam hal ini hanya Gus Mus yang bisa memberikan nasehat. Karena yang lain mungkin ndak bakal didengar.
Sampai hari ini saya menganggap Gus Mus salah satu pasak bumi Indonesia yang masih tersisa.
Contoh dari Gus Mus terang dan patut ditiru. Ketika beliau menolak jabatan Rois Aam NU. Bukan karena tak pantas, tapi karena akhlak beliau yang luhur, seperti yang dicontohkan gurunya, Kyai Ali Maksum.
Meskipun akhirmya Kyai Ali akhirnya dipaksa oleh banyak ulama dan menerimanya.
Ulama dulu begitu tinggi akhlaknya. Mereka menolak jabatan, karena tanggung jawabnya berat. Bukan seperti ulama sekarang yang berebut jabatan. Bahkan sampai-sampai disponsori penguasa. Dan memakai politik uang.
Itu aib. Tapi dilakukan dengan tanpa merasa berdosa. Maka ketika menjabat, perintah pemodal jadi agenda utama. Padahal NU bukan perusahaan.
Gus Mus, Panjenengan harus turun gunung. Situasinya sudah gawat. Jewer kupingnya Gus Yahya. NU lebih penting untuk diselamatkan. Jangan mengekor perintahnya Jokowi.
Mohon ingatkan Gus Yahya terhadap wejangan Gusdur, "Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian."
Kalau nanti Gus Yahya melawan perintah Jokowi dan dilengserkan, ya ndak apa-apa. Daripada kuwalat sama NU. [■]

Posting Komentar
Silakan beri komentar yang baik dan sopan