iklan header
iklan header
iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Mengapa Islam Sering Dinisbatkan pada Radikalisme & Terorisme?

Standar Ganda Media Barat Buat Umat Islam Terus-menerus Dikaitkan Dengan Radikalisme/Terorisme

kandidat-kandidat.com, Kamis 6 Mar 2025, 02:32 WIB, DikRizal

JAKARTA, Kandidat2  — Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang, dan toleransi. Namun, di berbagai media dan dalam opini masyarakat global, Islam sering dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme.


Stigma ini membuat banyak orang memiliki persepsi yang keliru terhadap Islam dan umat Muslim.

Baca juga: Potensi ATHG di Lingkungan Masyarakat Heterogen Seperti Kota Bekasi

Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut beberapa faktor utama yang menyebabkan Islam sering dikaitkan dengan paham radikal dan tindakan terorisme.

1. Kesalahpahaman dan Distorsi Ajaran Islam

Banyak orang yang tidak memahami ajaran Islam secara utuh dan hanya melihat sebagian kecil ayat atau hadis tanpa memahami konteksnya.

Beberapa kelompok ekstremis juga sering memanipulasi ayat-ayat Al-Qur'an untuk membenarkan tindakan mereka.

Misalnya, ayat-ayat yang berbicara tentang perang sebenarnya memiliki konteks khusus, seperti saat umat Islam diperangi dan harus membela diri. 

Namun, kelompok radikal sering menggunakannya tanpa melihat konteks historisnya.

Allah SWT berfirman:

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَاۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ


"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-Baqarah: 256)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Islam tidak memaksakan keyakinannya kepada siapa pun, apalagi dengan cara kekerasan.

2. Peran Media dalam Membentuk Opini Publik

Media memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu isu.

Sayangnya, banyak media Barat dan global yang cenderung menyudutkan Islam dengan menampilkan berita terorisme yang sering dikaitkan dengan Muslim.

Jika ada pelaku kejahatan dari latar belakang Muslim, label “teroris” sering digunakan.

Namun, jika pelakunya berasal dari agama lain, sering kali hanya disebut sebagai "penjahat" atau "pelaku kriminal".

Misalnya, serangan oleh individu non-Muslim sering disebut sebagai "gangguan mental" atau "tindakan kriminal," sedangkan jika pelakunya Muslim, maka langsung dikaitkan dengan Islam dan disebut sebagai "teroris".

Standar ganda inilah yang membuat Islam terus-menerus dikaitkan dengan radikalisme.

3. Faktor Politik dan Kepentingan Global

Banyak kasus terorisme yang sebenarnya tidak sepenuhnya terkait dengan agama, tetapi lebih kepada faktor politik dan kepentingan global.

Beberapa kelompok ekstremis muncul sebagai akibat dari ketidakadilan politik, penjajahan, atau intervensi militer di negara-negara Muslim.

Konflik di Timur Tengah, misalnya, sering kali melibatkan kepentingan negara-negara besar yang memanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk agenda politik mereka.

Selain itu, istilah "perang melawan terorisme" yang sering digunakan oleh negara-negara Barat sering kali justru menjadi alat untuk menyerang negara-negara Muslim.

Hal ini semakin memperkuat stigma bahwa Islam terkait dengan radikalisme, padahal banyak tindakan terorisme juga dilakukan oleh kelompok atau individu non-Muslim.

4. Kurangnya Pemahaman Umat Muslim Sendiri

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian umat Muslim masih memiliki pemahaman yang kurang mendalam tentang ajaran Islam yang sebenarnya. Beberapa orang terpengaruh oleh propaganda kelompok ekstremis yang menanamkan pemahaman yang keliru tentang jihad dan ajaran Islam lainnya.

Jihad dalam Islam bukan berarti "perang membabi buta," tetapi lebih luas mencakup perjuangan untuk kebaikan, baik dalam bentuk ilmu, kerja keras, maupun memperbaiki diri. Namun, istilah ini sering disalahgunakan oleh kelompok tertentu untuk membenarkan tindakan kekerasan.

5. Ketidakadilan dan Ketimpangan Sosial

Ketidakadilan ekonomi, diskriminasi, dan penindasan terhadap komunitas Muslim di berbagai belahan dunia juga menjadi pemicu munculnya kelompok-kelompok ekstrem.

Ketika suatu kelompok merasa tertindas dan tidak memiliki saluran untuk menyuarakan hak-haknya, sebagian kecil dari mereka mungkin memilih jalan kekerasan.

Misalnya, beberapa individu yang bergabung dengan kelompok radikal sering berasal dari lingkungan yang miskin, tertindas, atau mengalami diskriminasi yang parah.

Mereka kemudian mudah terpengaruh oleh propaganda kelompok radikal yang menjanjikan perlawanan terhadap ketidakadilan.

Kesimpulan

Islam bukan agama yang mengajarkan radikalisme atau terorisme, tetapi ada berbagai faktor yang menyebabkan Islam sering dikaitkan dengan hal tersebut.

Kesalahpahaman terhadap ajaran Islam, pemberitaan media yang bias, kepentingan politik global, serta ketidakadilan sosial menjadi alasan utama mengapa stigma ini terus berkembang.

Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya —yang penuh dengan kedamaian, kasih sayang, dan keadilan— serta aktif dalam menyebarkan pemahaman Islam yang benar agar stigma negatif terhadap Islam bisa dikikis. [■]

Penulis Opini: DikiKelana TimRedaksi, Editor: 
SidikRizal/BksOL
Kandidat Calon Walikota Bekasi Heri Koswara

Post a Comment

Silakan beri komentar yang baik dan sopan

Lebih baru Lebih lama
Pimpinan DPRD Kota Bekasi