contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Opini Nikmatul Sugiyarto: Gibran Versus Rakyat

banner

“Pak Prabowo, Tenang, Saya Sudah di Sini”, Ucap Gibran Pasca Pendaftaran Capres Cawapres di KPU. Asik Sekali Gibran Melontarkannya Tanpa Tahu Malu

kandidat-kandidat.com, Senin, 5 Februari 2024, Nikmatul Sugiyarto

JAKARTA, BksOL - “Pak Prabowo, tenang, saya sudah di sini”, ucap Gibran pasca pendaftaran capres dan cawapres di KPU. Asik sekali sepertinya Gibran melontarkan kalimat itu tanpa tahu malu.


Padahal di luar sana ada banyak kalangan sedang mengoreksi putusan janggal ketua Mahkamah Konstitusi, yang merangkap sebagai pamannya.

Baca juga: Foto Viral Kampanye Terselubung Jokowi, Prabowo dan Ganjar Jadi Bahan Lelucon dan Meme Banyak Netizen


Setelah banyaknya laporan dan bukti konkret, kejanggalan itu terungkap sebagai pelanggaran kode etik yang dilakukan sang paman dalam mengeluarkan putusan.


Anwar Usman menerima akibatnya dengan dipecatnya dia dari jabatan ketua MK.

Lalu apa kabar dengan putusan yang keluar dari pelanggaran tadi? Tidak berpengaruh sama sekali, dengan dalih final dan tetap.

Baca juga: Kampanye Akbar di GBK, Senayan, Ganjar Pranowo: Rakyat Bukan Ayam!


Itu adalah awal mula drakor digelar Pak produser sekaligus sutradara politik negeri ini. Siapa lagi kalau bukan masternya negeri ini?

Presiden Jokowi sebagai badan eksekutif, seharusnya memiliki keleluasaan untuk mencegah hal ini terjadi.


Atau setidaknya mencegah pengangkangan hukum oleh lembaga se-independen MK. Tapi dia diam dan merestui anaknya maju menjadi cawapres Prabowo Subianto, yang dulu dianggapnya sebagai orang jahat karena telah menggaungkan fitnah Jokowi PKI, Jokowi Chinese hingga Jokowi Kristen.


Terkesan sekali bukan ucapan Gibran yang menenangkan Prabowo tadi, digaungkan karena menggunakan kekuasaan ayahnya dalam kontestasi pilpres nanti?

Kalau bukan pakai alat negara, tidak mungkin Gibran bisa setenang itu, Karena majunya dia menjadi cawapres berasal dari penabrakan konstitusi.

Baca juga: Kenapa Presiden Ikut Cawe-Cawe, Ternyata DPR RI Telah Menyetujui UU Pemilu pada 21/Juli/2017 Lalu

Alat negara dijalankan untuk menghalangi langkah mereka berkuasa di negeri ini. Salah satunya saingan terkuat mereka, @ganjarpranowo dan @mohmahfudmd.

Kenapa mereka? Karena keduanya adalah kebalikan dari Prabowo-Gibran.

Ganjar-Mahfud maju tanpa permasalahan, sesuai dengan konstitusi yang berlaku. Selanjutnya yang menjadi krusial adalah rekam jejak yang jauh di atas Prabowo-Gibran.



Mulai dari keberhasilan Ganjar dalam memegang amanah di kursi eksekutif sebagai gubernur dua periode dan Mahfud di ranah penegakan hukum.

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) adalah musuh keduanya dalam menjalankan tanggungjawab.


Ganjar dinilai banyak memahami kebutuhan rakyat, sehingga urusan kenegaraan maupun geopolitik menjadi keahliannya.

Dari duduk di kursi legislative dia sudah banyak berbaur dan menampung aspirasi rakyat. Pun saat 10 tahun mengomandoi Jateng, banyak program dijalankan dengan keberhasilan yang nampak di depan mata.


Begitu pula dengan Mahfud yang banyak dicari rakyat untuk mencari keadilan. Integritas keduanya tidak diragukan, apalagi Mahfud juga sudah teruji selama menjalani amanah sebagai yang mulia di kursi ketua MK dua periode.


Baca juga: Zeng Wey Jian: Apa Yang Terjadi Jika Pasangan Capres Cawapresnya Adalah Ganjar Anies, Apakah Bisa Dipaksakan?

Sedangkan Prabowo dengan masa lalu pelanggar HAM berat, dipecat dari dunia militer dan banyak polemik yang ditimbulkan selama menjabat di kemenhan.

Itu sudah dapat dirumuskan bahwa dia bukanlah seorang calon pemimpin.

Lihat saja lima tahun terakhir dengan Program Strategis Nasional ketahanan pangan atau food estate yang gagal dan mangkrak, membuat komcad tanpa pemberdayaan.

Baca juga: Kemungkinan 3 kontestan pasangan capres cawapres, jika akhirnya MK memutuskan, Gibran gagal jadi cawapres Prabowo

Belum lagi mempermalukan negara dengan proposal Perdamaian Rusia - Ukraina yang tidak berpihak pada korban pelanggaran HAM.

Lalu semena-mena membeli pesawat bekas dengan utang, hingga menjalin kerja sama dengan pihak luar di saat negara kita lebih dari mampu menyediakan atribut militer.


Begitu kok nyuruh rakyat untuk “cinta tanah air”? Manis di mulut, pahit di kenyataan.

Belum lagi dengan Gibran yang baru 2 tahun menjadi walikota, sudah dapat apa saja dia? Bisa menghadirkan artis korea hingga mengadakan konser-konser itu modalnya dari mana? Perlu ditanyakan lagi.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
Kandidat Calon Walikota Bekasi, Heri Koswara